Monday 22 July 2013

Bermegah Megah Membangun Masjid dan Menghiasi Mushaf adalah Tanda Akhir Zaman


Dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda :

سنن أبي داوود ٣٧٩: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْخُزَاعِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسٍ وَقَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِي الْمَسَاجِدِ

Sunan Abu Daud meriwayatkan , Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah Al Khuza’i telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas dan Qatadah dari Anas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan tiba Hari Kiamat sampai manusia bermegah-megahan dalam membangun Masjid.”

Berkaitan dengan hadis di atas dan untuk menguatkannya, Ibnu Abbas ra berkata, “ Sungguh, umat ini akan menghiasi masjid masjid sebagaimana orang orang Yahudi dan Nasrani menghiasi tempat tempat ibadah dan gereja gereja mereka. Orang yang memerhatikan –masa sekarang- seluruh penjuru dunia Islam dan alat alat transportasi, akan melihat mereka berbangga bangga seperti ini, menghiasi masjid, dan sombong dalam mendirikan masjid. Manusia membaca hadis ini dan mengetahuinya bahwa menghiasi masjid termasuk salah satu tanda kiamat. Namun, mereka tetap melakukannya, seolah olah mereka digiring untuk melaksanakan ketaatan dan pembenaran terhadap hadis Rasulullah SAW.

Ibnu Abbas menambahkan, dalam kitab Jami Ash Shaghir karangan As Suyuthi, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Jika kalian mempercantik masjid masjid kalian dan menghiasi mushaf mushaf kalian, kehancuranlah atas kalian.”

Hal itu disebabkan Allah SWT melihat orang orang yang memakmurkan Masjid dengan hati dan iman mereka. Allah SWT menghendaki para hambaNya berhias dengan iman dan mempercantik diri dengan takwa, Itulah yang asli.

Jika masjid masjid telah dihiasi, yang tersisa hanyalah dinding dinding dan perhiasannya. Padahal, semua itu akan musnah ketika terjadi kiamat nanti, sedangkan hati dan iman tidak. Akan tetapi, semua ini memang sudah ketetapan Allah SWT.
Mahir Ash Shufiy
www.eramuslim.com

Apa Maksud Kiamat akan Datang Tiba-tiba, Walau Memiliki Tanda Tandanya



Kata baghatan (tiba-tiba) , di dalam Al Qur’an disebut sebanyak tiga belas kali yang berarti menunjukkan urgensi Kiamat yang datang secara tiba-tiba. Kiamat datang secara tiba-tiba, meskipun terdapat tanda-tanda kecil menengah dan besar yang menandakan akan terjadinya kiamat. Tanda-tanda tersebut telah terbukti sepanjang sejarah Islam, sejak Rasulullah SAW diutus.

Kiamat tidak akan datang pada saat ini, tetapi akan datang setelah generasi sekarang. Dan  tanda-tanda kiamat yang paling besar akan datang sebelum kiamat terjadi . jika demikian, bagaimana mungkin kiamat datang secara tiba-tiba? Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, kiamat terjadi secara tiba-tiba tidak berarti menghilangkan tanda-tanda kiamat.  Dengan demikian, manusia mengetahui bahwa kiamat itu pasti terjadi, tidak mungkin mundur jika waktunya telah tiba.

Rasulullah SAW sebagai penutup nabi dan rasul, diutus pada waktu kiamat sudah dekat sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits bahwa beliau mengisyaratkan dengan telunjuk dan jari tengahnya yang sangat dekat.
Meskipun tanda-tanda kiamat telah diketahui , hingga kini kami yakin bahwa kiamat akan datang secara  mendadak . Kami tidak mengetahui kapan, tahun berapa, bulan apa, hari apa , jam berapa dan menit ke berapa kiamat terjadi. Kiamat merupakan saat berakhirnya keberadaan dunia karena pada saat itu Allah mengizinkan Malalikat Israfil meniup sangkakala.
Kedua, kiamat hanya menimpa orang-orang yang jahat dan buruk perangainya karena Allah telah meniupkan angin sejuk dari Syam, yang mencabut nyawa semua manusia yang miliki iman hingga jika ia mendaki bukit pun, niscaya nyawanya akan dicabut oleh angin sejuk tersebut.

Diriwayatkan dari An Nuwas bin sama’an r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, Ketika keberadaan masyarakat seperti itu, tiba-tiba Allah mengutus angin sejuk yang bertugas mencabut naywa orang beriman hingga yang tersisa hanya orang-orang jahat. Mereka berbuat zina secara terang-terangan, sama dengan hewan. Merekalah yang mengalami kiamat (HR Muslim)
Allah berfirman :
12:107
Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangn kiamat kepada mereka secara mendadak (QS Yusuf : 107)

21:40
Sebenarnya (hari kiamat) itu akan datang kepada mereka secara tiba-tiba , lalu mereka menjadi panik mereka tidak sanggup menolaknya (QS Al Anbiya : 40)

29:53
..dan (azab itu) pasti akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka mereka tidak menyadarinya  (QS Al Ankabut : 53)

43:66

Apakah  mereka hanya menunggu saja kedatangan hari kiamat yang datang kepada mereka secara mendadak sedang mereka tidak menyadarinya (Qs A-zukhruf: 66)
Apa maksud sabda Nabi Saw dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim “..hingga yang tersisa hanya orang-orang jahat .Mereka berbuat zina terang-terangan , sama dengan hewan. Merekalah yang mengalami kiamat”

Yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah laki-laki yang berhubungan badan dengan wanita yang bukan istrinya di hadapan khalayak ramai, sama persis dengan keledai dan mereka tidak risih dengan hal tersebut.
Diriwayatkan dari Mirdas Al Aslami r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,” Orang-orang saleh telah meninggal dunia dan tinggalah orang-orang  yang jahat , sama seperti gandum atau kurma sisa . Mereka tidak mempedulikan Allah sama sekali (Hr Imam Bukhari)

Dalam riwayat lain disebutkan  “ Orang-orang rendahan sama dengan gandum yang buruk.”
Orang-orang yang mengalami hari kiamat secara tiba-tiba , tidak dapat menghindar karena mereka tidak mengerti sedikitpun tentang hari kiamat. Sebagian mereka telah mendengar tentang hari Kiamat tetapi tidak meyakini dengan terjadinya hari kiamat. Mereka adalah orang-orang yang jahat, kufur dan lacur. Mereka akan mengalami hari kiamat, sedangkan mereka dalam kesesatan yang nyata.

Sementara itu orang-orang yang berada pada masa Nabi Isa a.s menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah , seperti adanya Al Mahdi, turunnya Nabi Isa, munculnya dajjal, seta Yakjuj dan Makjuj. Kelompok yang sama dengan nabi Isa telah diselamatkan Allah dari api neraka karena ketaqwaan, keimanan dan budi pekerti mereka. Orang-orang yang menyaksikan tanda-tanda besar kiamat itu mengetahui bahwa hari kiamat makin dekat, tinggal dua jengkal, bahkan lebih dekat dari itu. Namun, mereka tidak mengetahui secara pasti kapan hari kiamat akan tiba, meskipun mereka mengetahui secara pasti kapan hari kiamat akan tiba, meskipun mereka mengetahi tanda-tandanya.

Itu merupakan rahasia Allah bagi semua makhlukNya, termasuk orang yang menyaksikan tanda kiamat yang paling benar sekalipun. Sedang orang yang mengalami kiamat secara tiba-tiba , tidak dapat menghindarinya karena mereka tidak mengerti sedikitpun tentang tanda-tanda kiamat. Bagaimana mungkin mereka akan mengerti tanda-tanda , sementara mereka tidak mempedulikan , sebagaimana dijelaskan oleh Rasul dalam hadis?
Mahir Ash Shufiy
www.eramuslim.com

Tuesday 16 July 2013

Penghuni Terbanyak di Neraka Adalah Perempuan


Dalam kitab At-Tadzkirah, Al Qurthubi memberikan komentar tentang sedikitnya wanita yang menjadi penghuni surga dan banyak menjadi penghuni  neraka.

Dia berkata,” Sesungguhnya perempuan sedikit yangmasuk surga karena mereka kalah dengan hawa nafsu dan lebih cenderung pada gemerlapnya dunia, disebabkan kurangnya akal mereka untuk meberikan perhatian pada akhirat. Mereka tidak mampu melakukan amalan akhirat dan kecenderungan pada dunia dan berhias diri untuknya . Meskipun demikian mereka  menjadi penyebab pokok berpalingnya para lelaki dari akhirat karena hawa nafsu dan kecenderungan kepada wanita. Kebanyakan wanita berpaling dari akhirat karena diri mereka sendiri yang mudah tertipu oleh bujuk rayu orang-orang yang berpaling dari agama serta sulit menerima seruan orang-orang yang bertakwa mengenai akhirat dan amalan-amalannya.”
Meskipun demikian, di antara mereka terdapat banyak wanita salehah yang melaksanakan ajaran Allah , agama serta taat kepada Allah dan RasulNya . Di antara mereka banyak yang masuk surga. Bahkan, banyak yang mendahului kaum laki-laki karena keimanan dan amal saleh yang mereka lakukan.
Orang-orang kafir , musyrik, munafik, baik laki-laki maupun perempuan semuanya masuk neraka. Sedangkan ahli Tauhid- dalam banyak hadis – mengisyaratkan bahwa banyak wanita di antara mereka yang menjadi penghuni neraka.
Dari Abu Said Khudri r.a. bahwa Nabi SAW bersabda,..” Wahai wanita sekalian bersedekahlah! Sesungguhnya aku melihat kalian, lebih banyak menjadi penghuni neraka.” Para wanita berkata, “Kenapa demikian, wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Kalian banyak melaknat dan durhaka kepada suami . “ (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw. Dalam khotbah salat gerhana bersabda, “Aku melihat neraka dan aku melihat penghuninya kebanyakan dari kaum perempuan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Utsamah bin Zaid r.a. bahwa Nabi saw. Bersabda, “ Aku berdiri di pintu neraka, ternyata kebanyakan orang yang masuk ke dalamnya adalah perempuan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hal ini bukan berarti berlaku pada semua perempuan yang beriman secara umum. Di antara perempuan yang beriman, ada yang mendapatkan tingkatan yang tinggi ketika melakukan amalan taat kepada Allah SWT. Allah SWT pun tidak menyia-nyiakan amal  perbuatan seseorang, baik lelaki maupun perempuan dan telah mempersiapkan pahala yang besar  bagi perempuan yang salehah.

3:195
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “ sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amalan bagi orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, karena sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain (QS Ali Imran; 195)
Allah SWT memuji para wanita salehah dengan berfirman,
4:34
…Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga mereka (Qs. An Nisa: 34)
Demikian juga , Allah telah menyiapkan pahala besar bagi para wanita yang banyak berzikir kepada Allah yang menjaga diri dan taat. Allah SWT berfirman,
33:35
Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin , laki-laki dan perempuan yang taat dalam ketaatannnya,  laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk , laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,  Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar (QS Al Ahzab: 35)

Ayat-ayat dalam Al qur’an menunjukkan  bahwa sesungguhnya Allah tidak menganiaya sedikitpun dari mereka . seseorang tidak menjadi berdosa karena dosa orang lain . Bagi perempuan yang beriman berusaha mendapatkan tempat, rumah dan kediaman di surga yang abadi disisi Allah SWT  agar menempuh jalan Tuhan yang lurus. Dan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama karena dunia dan segala perhiasannya adalah fana, mudah hilang, dan tidak berharga. Hal ini sebagaimana ayat-ayat dalam Al Qur’an dan hadis-hadis  Rasulullah yang telah disebutkan di depan…
Mahir Ash Shufiy
www.eramuslim.com

Monday 15 July 2013

Inilah Manajemen Ramadhan Ala Rasulullah


Oleh : Ustadz Fatuddin Jaffar
Agar Ramadhan menjadi bulan rahmat, ampunan dan keselamatan dari neraka maka momentum yang penuh berkah ini perlu dijadikan sebagai momentum Training Manajemen Syahwat, dan sekaligus menjadi Training Manajemen Ibadah. Inilah yang dilakukan Rasul Saw. Sebab itu, kita perlu menelusuri bagaimana Rasulullah Saw. dan generasi Islam pertama, generasi terbaik umat ini, menjalankan manajemen Ramadhan.

Untuk mendapatkan gambaran utuh dari manajamen Ramadhan Rasul Saw. ada empat  situasi yang perlu kita perhatikan. Pertama, sebelum memasuki Ramadhan. Kedua, saat memasuki Ramadhan. Ketiga, setelah memasuki Ramadhan. Keempat, ketika memasuki 10 hari terakhir.

Pertama, sebelum memasuki Ramadhan
Para Sahabat dan generasi setelah mereka (Tabi’in) selalu merindukan kedatangan Ramadhan. Mereka selalu berdoa agar diberi Allah kesempatan menemui Ramadhan sejak enam bulan sebelum Ramadhan tiba. Imam Malik, misalnya, sering minta izin pada Sahabatnya setelah pengajian untuk mempelajari bagaimana Sahabat memenej kehidupan ini, termasuk hal-hal yang terkait dengan Ramadhan mereka. Kendati Beliau tidak hidup bersama para Sahabat, namun Beliau mampu meneladani mereka melalui sejarah hidup mereka.
Ma’la Bin Fadhal berkata : Dulu Sahabat Rasul Saw. berdoa kepada Allah sejak enam bulan sebelum masuk Ramadhan agar Allah sampaikan umur mereka ke bulan yang penuh berkah itu. Kemudian selama enam bulan sejak Ramadhan berlalu, mereka berdoa agar Allah terima semua amal ibadah mereka di bulan itu. Di antara doa mereka ialah : Yaa Allah, sampaikan aku ke Ramadhan dalam keadaan selamat. Yaa Allah, selamatkan aku saat Ramadhan dan selamatkan amal ibadahku di dalamnya sehingga menjadi amal yang diterima.
Dari sikap dan doa yang mereka lakukan, jelas bagi kita bahwa para Sahabat dan generasi setelahnya sangat merindukan kedatangan Ramadhan. Mereka sangat berharap dapat menjumpai Ramadhan agar mereka meraih semua janji dan tawaran Allah dan Rasul-Nya dengan berbagai keistimewaan yang tidak terdapat di bulan-bulan lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa para Sahabat dan generasi setelahnya memahami dan yakin betul akan keistimewaan dan janji Allah dan Rasul-Nya yang amat luar biasa seperti rahmah (kasih sayang), maghfirah (ampunan) dan keselamatan dari api neraka. Inilah yang diungkapkan Imam Nawawi : Celakalah kaum Ramadhaniyyin. Mereka tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan. Sungguh Rasulullah, Sahabat dan generasi setelahnya mengenal Allah sejak jauh-jauh hari sebelum Ramadhan dan di bulan Ramadhan pengenalan kepada Allah lebih mereka tingkatkan.

Kedua, saat memasuki Ramadhan
Saat hilal muncul di ufuk pertanda Ramadhan tiba, Rasul dan para Sahabat melihat dan menyambutnya dengan suka cita sambil membacakan doa seperti yang diceritakan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dalam hadits berikut :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ : اللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِ وَالتَّوْفِيقِ لِمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى ، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ
Dari Ibnu Umar dia berkata : Bila Rasul Saw. melihat hilal (anak bulan) dia berkata : Allah Maha Besar. Ya Allah, jadikanlah hilal ini bagi kami membawa keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman dan taufik kepada yang dicintai Robb kami dan diridhai-Nya. Robb kami dan Robbmu (hilal) adalah Allah. (HR. Addaromi).

Itulah contoh nyata dari Rasul Saw. dan para Sahabat ketika meyambut kedatangan Ramadhan. Bukan dengan hiruk pikuk pawai di jalanan sambil keliling kota memukul beduk dan sebagainya. Tidak pula dengan pesta petasan yang jelas-jelas menimbulkan keributan dan mubazir. Bukan pula dengan ajang promosi produk dan iklan diri agar dikenal dan dipilih masyarakat untuk jadi pejabat. Namun, keyakinan, pikiran, perasaan, kerinduan dan hati mereka tertuju hanya pada kebesaran Ramadhan yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Dengan harapan, jika amal ibadah Ramadhan dijalankan dengan ikhlas dan khusyu’, mereka akan meraih rahmat, ampunan dan terbebas dari api neraka. Ketiga nikmat itu tidak akan ternilai harganya bagi mereka dibandingkan dengan dunia dan seisinya. 

Ketiga, setelah memasuki Ramadhan
Apa yang dilakukan Rasul dan para Sahabat setelah memasuki Ramadhan? Setelah memasuki bulan Ramadhan, sejak hari pertama dan sampai hari terakhir, Rasulullah dan para Sahabat meningkatkan kemampuan menahan diri dari berbagai syahwat, seperti syahwat telinga, syahwat mata, syahwat lidah, syahwat perut (makan dan minum), syahwat kemaluan, syahwat cinta dunia, syahwat kesombongan dan berbagai syahwat yang memalingkan mereka dari mengingat dan mencintai Allah serta akhirat. Latihan mengendalikan dan menundukkan berbagai syahwat ini dilakukan sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari. Inilah inti shaum (puasa)  Ramadhan yang diwajibkan Allah.
Apakah setelah sepanjang hari bergulat dengan dorongan-dorongan berbagai syahwat tersebut malam harinya digunakan untuk istirahat, makan, minum dan sebagainya? Ternyata tidak. Di malam harinya Rasulullah dan para Sahabat memanfaatkannya untuk qiyam (berdiri beramal ibadah) seperti shalat taraweh, berzikir, membaca dan tadabbur Al-Qur’an dan berbagai ibadah lainnya. Artinya, selama Ramadhan, Rasul dan para Sahabat benar-benar menfokuskan diri bertaqorrub kepada Allah melalu training manajemen syahwat dan sekaligus training manajemen ibadah. Dua hal inilah yang harus dimiliki oleh setiap hamba yang ingin mendapat ridha Allah di dunia dan bertemu dengan-Nya di syurga.
‘Aisyah meriwayatkan : Rasulullah adalah orang yang paling dermawan. Di bulan Ramadhan Beliau lebih dermawan lagi ketika bertemu Jibril. Jibril menemui Beliau setiap malam Ramadhan untuk mengajarkan (mudarosah) Al-Qur’an. Sebab itu, kederwawanan Rasul Saw. di bulan Ramadhan lebih  kencang dari (tiupan) angin. (HR. Bukhari).

Inilah contoh nyata dari Rasul Saw. dan para Sahabat ketika mereka memasuki bulan Ramadhan. Hampir tak satupun syahwat yang tidak dapat mereka tundukkkan dan kendalikan dan tak satupun kebaikan dan amal sholeh yang mereka tinggalkan. Ramadhan benar-benar menjadi sistem penyeimbang dalam hidup ini sehingga mereka berhasil terbebas dari pengaruh syahwat buruk, karena merekalah yang mengendalikannya. Pada waktu yang sama, mereka berhasil meningkatkan kualitas diri dengan berbagai amal ibadah yang mereka lakukan dalam rangka taqorrub ilallah. Dengan demikian tercapai janji Rasul Saw. Siapa yang shaum (puasa) di bulan Ramadhan dan dia mengetahui aturannya (batas-batasnya), dia menjaga apa yang seharusnya dijaga maka akan dihapus dosa-dosa sebelumnya. (HR. Ahmad dan Baihaqi).

Keempat, ketika memasuki 10 hari terakhir Ramadhan
Jika kita teliti perilaku hidup Rasul Saw. dan para Sahabat di bulan Ramadhan, kita menemukan berbagai keajaiban. Di antaranya ialah, saat memasuki 10 hari terakhir Ramadhan. Apa yang mereka lakukan sangat kontras dengan apa yang terjadi di masyarakat Muslim hari ini. 10 Hari terakhir Ramadhan mereka habiskan di masjid, bukan di pasar, tempat kerja, di pabrik, kunjungan daerah dan sebagainya.
Menurut presepsi dan perilaku kebanyakan masyarakat Muslim Indonesia, 10 terakhir Ramadhan itu adalah kesempatan berbelanja untuk mempersiapkan keperluan lebaran dan pulang kampung, kendati mengakibatkan harga-harga semua barang naik dan membubung. Anehnya, mereka ikhlas dan tetap semangat berbelanja. Sebab itu, mereka meninggalkan masjid-masjid di malam hari dan tumpah ruah ke tempat-tempat perbelanjaan sejak dari yang tradisional sampai ke mall-mall moderen.
Lalu apa  yang terjadi? Berbagai syahwat cinta dunia tidak berhasil dikendalikan, dan bahkan cenderung dimanjakan di bulan yang seharusnya dikendalikan. Pada waktu yang sama, semangat beramal ibadahpun tidak terbangun dengan baik sehingga kehilangan banyak momentum dan keistimewaan yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Coba bayangkan, terhadap janji Allah yang bernama Lailatul Qadr yang nilainya lebih baik dari 1.000 bulan saja belum tertarik? Jika tertarik, tentu mereka mengejarnya di masjid pada 10 hari terakhir Ramadhan dengan cara beri’tikaf di dalamnya secara penuh seperti yang dicontohkan Rasul Saw. Ini yang terjadi pada salah seorang teman ketika ditanya kenapa gak jadi i’tikaf? Dia katakan : saya sedang sibuk-sibuknya sosialisasi ke daerah. Lalu saya katakana : Mana yang lebih mahal menurut Rasulullah, i’tikaf di masjid 10 hari terakhir Ramadhan atau sosialiasi pencalegan Anda? Kemudian Anda bisa jamin umur Anda akan sampai pada 10 terakhir Ramadhan yang akan datang? Sungguh terkadang kita berlagak seakan lebih pintar, lebih hebat dan lebih sibuk berjuang dari Rasul Saw.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari, Abu Daud dan Ibnu Majah bahwa Rasul Saw. beri’tikaf 10 hari terakhir Ramadhan. Pada tahun terakhir berjumpa Ramadhan, Beliau i’tikaf selama 20 hari. Kebiasaan I’tikaf ini diteruskan oleh para Sahabat dan istri-istrinya setelah peninggalan Beliau.
Pertanyaannya adalah : Bukankah Rasulullah orang yang paling sibuk berdakwah dan mengurusi umatnya? Bukankah para Sahabat orang yang  paling giat berdakwah dan berjihad di jalan Allah? Lalu, kenapa mereka bisa melaksanakan i’tikaf pada 10 terakhir Ramadhan? Jawabanya ialah : itulah jalan yang harus ditempuh sebagai bagian dari sistem Allah yang menyampaikan hamba-Nya ke tingkat taqwa, tak terkecuali Rasulullah dan para Sahabatnya. Lalu bagaimana dengan kita? Sudah pasti jalannya sama jika menginginkan sampai ke peringkat yang sama pula (taqwa).
(Bersambung…)
www.eramuslim.com

Wednesday 10 July 2013

Semua Orang Kelak Melalui Jembatan Shirath


Keadaan orang orang beriman dalam menyeberangi jembatan bermacam macam sesuai dengan keimanan, perbuatan, kemaksiatan dan dosa yang pernah mereka lakukan di dunia. Di antara mereka ada yang selamat ketika menyeberanginya. Ada yang menyeberanginya seperti angin dan ada pula yang sempat tercakar oleh besi berkait yang berada di sisi Shirath. Akan tetapi, mereka berhasil selamat. Sedangkan, sebagian lagi ada yang jatuh ke neraka disambar oleh duri duri yang siap menyeret mereka.
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda dalam sebuah hadis yang panjang, “…kemudian jembatan shirath itu diletakkan di dua sisi neraka jahanam dan diizinkan (pemberian) syafaat. (Para Nabi) berdoa,” Ya Allah selamatkan kami ! Selamatkan kami ! . Dikatakan, “Ya Rasulullah, apa itu Jisrun?” Beliau menjawab,”Tempat tergelincirnya kaki. Di atasnya terdapat besi pengait yang tajam, dan duri duri runcing yang disebut sebagai Sa’dan (yang siap menyambar orang yang menyeberanginya). Orang orang beriman menyeberang di atasnya dengan berbagai keadaan, ada yang menyeberanginya dengan mata terpejam, tetapi cepat, ada pula yang seperti kilat, angina, burung, kuda yang berlari cepat, dan seperti orang yang sedang naik kendaraan. Orang yang Muslim dan Makhdusy (yang tercakar) selamat, sedangkan yang makdus (menolak menyeberanginya) masuk neraka. Dengan demikian, semua orang yang beriman selamat dari api neraka. Demi Zat yang kiwaku berada di tanganNya, kalian akan mencari keterangan dari Allah SWT tentang  saudara saudara kalian yang beriman yang berada di dalam neraka. Mereka berkata,” Wahai Tuhan kami, mereka  (saudara saudara kami)  puasa, shalat, dan haji  (bersama kami).’ Lalu dikatakan kepada mereka, “Keluarkanlah orang yang masih mempunyai  iman di antara mereka jika kalian mengetahuinya karena wujud mereka diharamkan (tidak diperkenankan) di Neraka.’ Maka mereka mengeluarkan banyak makhluk dari Neraka  dan sebagian dari mereka telah terbakar api neraka. Ada yang sampai betis da nada pula  yang sampai lutut mereka.” (HR Muslim)
Dalam menafsirkan hadis di atas , Imam Nawawi RA berpendapat  bahwa ada tiga golongan manusia dalam menyeberangi Shirath. Pertama , golongan yang selamat dan tidak terkena apa apa ketika menyeberanginya. Kedua, golongan  yang tercakar oleh besi  berkait yang tajam, tetapi mereka akhirnya selamat. Ketiga, golongan yang terbelenggu  kakinya dan jatuh  ke Neraka.
Orang orang yang beriman dan benar  berjalan di atas shirath  dengan aman  dan selamat. Mereka disinari oleh keimanan dan amal saleh mereka. Sinar itu  memancar  di depan dan sebelah kanan mereka .
66:8
“…pada hari itu ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang orang  yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka , sambil mereka berkata,” Ya Tuhan kami, sempurnakanlah  untuk kami  cahaya kami , dan ampunilah kami, sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu .” (QS At Tahrim :8)
Dari Sahl bin Saad Ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,” Berilah kabar gembira kepada orang yang berjalan menuju Masjid di malam hari dengan cahaya yang terang di hari kiamat.” (HR Ibnu Majah, Ibnu Huzaimah, dan Hakim)
Setiap orang mukmin melewati shirath dengan berjalan bersama cahaya keimanan, amal, keyakinan dan ucapan mereka. Kekuatan cahaya itu sesuai dengan kekuatan iman mereka.

-Mahir Ash Shufiy-
www.eramuslim.com

Kaum Kafir Alami Kekekalan Siksaan Neraka


Neraka mempunyai tingkatan-tingkatan, sebagian  berada di bawah sebagian yang lain. Al-Qur’an dan hadis telah menjelaskan hal ini.

Dari Samurah bin Jundab ra bahwa Nabi SAW bersabda,”Di antara mereka yang diambil oleh neraka hingga kedua mata kakinya, di antara mereka yang diambil oleh neraka hingga kedua lututnya, di antara mereka yang diambil oleh neraka hingga tengah tubuhnya, dan di antara mereka yang diambil oleh neraka hingga tulang selangkangannya.” (HR Muslim)

Dari Abu Said ra bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya siksa penghuni neraka yang paling ringan adalah seseorang yang memakai dua sandal dari api yang otaknya mendidih karena dua sandal ini walaupun siksa neraka cukup dengan ini. Di antara mereka ada yang sampai kedua lututnya walaupun siksa neraka cukup dengan ini, di antara mereka ada yang sampai ujung hidungnya walaupun siksa neraka cukup dengan ini, Di antara mereka ada yang sampai dadanya walaupun siksa neraka cukup dengan ini, dan dia antara mereka ada yang seluruh tubuhnya disiksa dengan api.” (HR Imam Ahmad dan Musnad)

7:40
7:41

“Sesungguhnya orang orang yang mendustakan ayat ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu pintu langit bagi mereka dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang orang yang berbuat jahat. Bagi mereka tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang orang yang zalim (QS Al A’raf 40-41)
- Mahir Ash Shufiy- www.eramuslim.com

Ampuhnya Doa Orang Berpuasa


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr HM Harry M Zein

“Berkata Rasulullah saw: Terdapat tiga kaum yang doanya tidak akan ditolak: imam yang adil, orang yang puasa sampai dia berbuka, dan orang yang teraniaya.” (Hadis Riwayat Abu Hurairah ra)

Suatu ketika ketika saat berkunjung ke salah satu pasar di Tangerang, seorang pedagang mengeluh bahwa doanya tidak pernah dikabulkan Allah SWT. Keluhan itu berawal ketika dia memenuhi kebutuhan hidup yang dianggap semakin sulit diperoleh.

Mungkin kasus ini tidak hanya terjadi pada diri seorang pedagang tersebut. Banyak kasus serupa yang terjadi di jagat bumi ini. Manusia berkeluh kesah, sangat wajar. Namun ketika dia berkeluh kesah lantaran doanya tidak pernah dikabulkan Allah SWT yang dilanjutkan dengan cacian dan ketidakpercayaan (iman) terhadap keperkasaan Allah SWT. Hal itu di luar kewajaran. Kita bisa bertanya-tanya, mengapa Allah SWT tidak mengabulkan doa?

Jika kita renungkan, sebenarnya apa yang dilakukan itu bukan tidak baik, namun perlu kita cermati bahwa seorang anak manusia sebagai khalifah di muka bumi ini memang berkewajiban untuk berusaha serta  berupaya secara lahiriah, namun usaha tadi berhasil atau tidaknya tergantung Allah SWT jua yang maha menentukan. Oleh karenanya memerlukan keseimbangan antara upaya sebagai salah satu  ikhtiar dan berdoa.

Kita sering  mendengar istilah DUIT (doa, usaha, ikhtiar dan tawakal). Dalam sebuah hadist shahih bahwa Rasulullah saw menuturkan bahwa “Doa orang yang berpuasa tidak akan ditolak”. Betapa strategisnya sebuah doa terlebih pada saat bulan Ramadhan.

Ada empat faedah keutamaan doa diantaranya:
Pertama,  doa merupakan bentuk ibadah kepada Allah SWT, sehingga seseorang yang selalu berdoa, ketahuilah, bahwa dia adalah orang yang dekat dengan Allah SWT dan meyakini akan kekuasaan-Nya.

Kedua, dengan berdoa dikabulkannya permintaan, bisa dalam bentuk penganugrahan berupa kebaikan ataupun tolak bala/bahaya dan keburukan.

Ketiga, menabung pahala di sisi Allah SWT apabila permintaan atau permohonannya belum dikabulkan semasa di dunia. Hal ini merupakan tabungan paling berguna serta paling baik.

Keempat, dengan doa berarti memurnikan ketauhidan, dan memutuskan segala bentuk ketergantungan kepada unsur kebendaan yang bersifat duniawi semata.

Untuk itulah bulan suci Ramadhan merupakan momentum bulan untuk kita berdoa serta terkabulnya sebuah doa. Perbanyaklah berdoa dan mintalah dengan kesungguhan hati. Ada banyak waktu mustajabah pada bulan suci Ramadan ini yang dipandang  terkabulnya sebuah doa, sebelum adhan Magrib saat waktu yang paling agung dan tepat untuk berdoa, yaitu sebelum berbuka puasa. Demikian juga waktu sahur merupakan saat yang paling baik untuk berdoa.

Apabila kita membaca sejarah para Nabi-nabi, seperti Nabi  Zakaria as., yang berkeinginan dikaruniai seorang anak, bertahun-tahun selalu dan selalu berdoa kepada yang maha Khalik yaitu Allah SWT. Sehingga akhirnya nabi Zakaria dikabulkan doanya. Nabi Ayyub as., dirundung penyakit, sehingga tidak melupakan untuk melakukan doa.

Begitu juga Nabi Musa pernah berdoa kepada Allah SWT yang dinyatakan dalam Surat Thaha [20]:25-27 yang artinya “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dan lidahku.” Dari penggambaran ini hendaknya agar kita memetik I’tibar untuk melakukannya. 

Walau strategi jitu sudah dirancang melalui akal pikiran  oleh para tim-tim sukses kandidat Gubernur/Wakil dengan harapan ingin memenangkan sebuah persaingan yang fairness, belum cukup. Karena jabatan, kedudukan, umur dan rizki adalah milik Allah SWT. Oleh karena itu memohonlah kepada-Nya. Semoga.
Redaktur : Heri Ruslan      www.republika.co.id

Ingin Rezekinya Diperluas? Hubungkanlah Tali Silaturahim…


Rasulullah SAW mengatakan dalam H.R Bukhari dan Muslim bahwa “Barang siapa yang ingin rizkinya diluaskan dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menghubungkan tali silaturahim.”

Istilah silaturahim di tengah-tengah masyarakat kita sering diartikan sebagai kegiatan kunjung-mengunjungi, saling bertegur sapa, saling menolong, dan saling berbuat kebaikan. Namun, sesungguhnya bukan itu makna silaturahim sesungguhnya. Silaturahim bukan hanya ditandai dengan saling berbalasan salam tangan atau memohon maaf belaka. Bila mencermati dari asal katanya, yakni shilat atau washl, yang berarti menyambungkan atau menghimpun, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang, maka silaturahim diartikan sebagai menghubungkan kasih sayang antar sesama. Silaturahim juga bermakna menghubungkan mereka yang sebelumnya terputus hubungan atau interaksi, dan memberi kepada orang yang tidak memberi kepada kita. Contohnya adalah ketika ada salah satu pihak yang lebih dulu menyapa saudaranya, sementara sebelumnya interaksi di antara keduanya sedang tidak harmonis, maka dialah yang mendapat pahala lebih besar. Dan juga silaturahim ditandai dengan hubungan dengan hati, yakni keluasan hati. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Saw, bahwa beliau bersabda, “Yang disebut bersilaturahim itu bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahim itu ialah menyambungkan apa yang telah putus” (HR Bukhari).

Demikian, silaturahim pun memiliki fadhilah yang mustajab untuk mendatangkan kebaikan; bahkan keburukan, bila memutuskannya. Sebagaimana disabdakan oleh Rasul SAW: “Tahukah kalian tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan? ‘Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan,’ sabda Rasulullah SAW, ‘adalah balasan (pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahim, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah balasan (siksaaan) bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan” (HR Ibnu Majah).
Rasulullah Saw juga pernah bersabda bahwa, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturahim.” Sudah ada balasan dari Allah bagi orang yang bersilaturahim yaitu surga, dan sebaliknya bagi orang yang memutuskan tali silaturahim yaitu neraka. Begitu besarnya balasan Allah sehingga begitu besar juga cobaan yang akan dihadapi. Dalam cobaan tersebut, hendaknya tidak mendahulukan hawa nafsu dan dendam, sehingga akan hilang balasan surga dari Allah.

Rasulullah SAW memberikan tips kepada kita agar terjalin saling mencintai dengan sesama muslim, yakni:
1.     Tebarkan salam
2.     Menghubungkan tali silaturahim
3.     Memberi makan kepada yang membutuhkan.

Betapa pentingnya silaturahim dalam hubungan sesama, Rasulullah saw berpesan “Sayangilah apa yang ada di muka bumi, niscaya Allah dan semesta alam akan menyayangimu” (H.R Tirmidzi), yang dapat diartikan bahwa hak saling berkasih sayang dan silaturahim tidak terbatas pada kerabat, tetapi sesama makhluk ciptaan Allah SWT.

Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk menyadari bahwa silaturahim tidak hanya tampilan lahiriah belaka, namun harus melibatkan pula aspek hati. Dengan kombinasi amalan lahiriah dan amalan hatinya, kita akan mempunyai kekuatan untuk bisa berbuat silaturahim lebih baik. Kalau orang lain mengunjungi kita dan kita balas mengunjunginya, ini tidak memerlukan kekuatan mental yang kuat. Namun, bila ada orang yang tidak pernah bersilaturahim kepada kita, lalu dengan sengaja kita mengunjunginya, maka inilah yang disebut silaturahim. Apalagi bila kita bersilaturahim kepada orang yang membenci kita atau seseorang yang sangat menghindari pertemuan dengan kita, lalu kita mengupayakan diri untuk bertemu dengannya. Inilah silaturahim yang sebenarnya. (Red/Eramuslim)
www.eramuslim.com

Tuesday 9 July 2013

Amalan Ketika Hamil : Agar Ia Menjadi Generasi Robbani..


Nikmat yang Allah berikan kepada seorang perempuan sungguh luar biasa, Allah memberikan talenta majemuk kepada seorang perempuan atau berperan ganda dalam hidup.
Nikmat ketika perempuan berperan menjadi hamba Allah, mendirikan sholat, puasa, sedekah dan berusaha menjaga iffah (kehormatan) dan izzahnya (harga diri). Kemudian nikmat saat Allah mempertemukan ia dengan jodohnya (suami) dan menikah kemudian Ia berperan sebagai istri, melayani suami sepenuh hati karena Allah, agar semua yang ia lakukan bernilai ibadah. Dan nikmat yang tak kalah luar biasanya adalah ketika Allah memberikan kepercayaan kepadanya mengandung (hamil). Salah satu peran berat yang harus dilalui perempuan adalah saat ia hamil. Perempuan harus mengandung selama 9 bulan, membawa janin mulai dari ons sampai kilo di dalam perut, ketika tidur ia serba salah, miring salah, terlentang salah, tengkurap apalagi..masya Allah. Kemudian ibu melahirkan dengan taruhan nyawa. Maka layaklah jika syurga itu berada dibawah telapak kaki ibu, subhanallaah.
Agar nikmat hamil itu tidak berlalu begitu saja, berlalu tanpa makna Ilahiah, maka sudah selayaknya seorang ibu mempunyai ilmu tentangnya . Melakukan sesuatu karena ilmu bukan karena pamali, bumali, bimali, kamali dan mali-mali lainnya.
Dan lahirnya seorang anak yang sholih, tidak terlepas dari peran ibu ketika ia mengandung. Apa saja yang harus dilakukan ibu selama mengandung?. Berikut ini adalah amalan yang sebaiknya dilakukan ketika ibu mengandung agar anak yang dilahirkan menjadi anak yang sholih. Aamiin, insya Allah.
  1. Perbanyak bersyukur, bersyukur kepada Allah atas kehamilan yang diberikan. Bersyukur tidak hanya dengan ucapan tapi juga perbuatan. Menjaga kandungan dengan baik itupun bagian dari sebuah kesyukuran kita. Karena apabila bersyukur Allah akan menambahkan nikmat kepada kita, dan tambahan nikmat itu adalah anak yang sholih yang kelak akan lahir dari rahim yang Allah titipkan kepada kita.
  2. Perbanyak doa. Berdoalah untuk sang jabang bayi. Walau ia belum lahir ia dapat merasakan doa-doa yang dipanjatkan ibu dan ayahnya. Berdoalah dengan khusyu, bisa menggunakan bahasa Arab atau bahasa Indonesia, yang penting kita mengerti doa yang kita panjatkan. Jangan sampai doa yang sudah panjang lebar kita panjatkan tetapi tidak tahu artinya. Ada banyak doa yang Rasulullah SAW ajarkan kepada kita, salah satunya ada dalam Qur’an Surat As-Shofat ayat 11. “Robbi habli minashsholihin” Ya Allah berikanlah kami anak yang sholih.
  3. Didik anak walau ia masih dalam kandungan. Pun ia belum lahir kedunia, pendidikan dalam islam dimulai ketika anak berada dalam kandungan. Ajak janin berbicara, membaca al-qur’an, memperdengarkan murotal al-qur’an, sering mengikuti kajian keislaman dan kebaikan lainnya. Selain itu perilaku orang tua (ayah dan ibu) ketika ibu mengandung akan berpengaruh besar pada janin. Memperbagus ibadah akan memberikan pengaruh positif pada janin. Subhanallah.
  4. Jaga emosi. Emosi ibu ketika mengandung berpengaruh juga pada janin. Maka, hendaklah ibu menjaga emosinya. Berusaha untuk selalu sabar, tidak mudah marah dan menjaga lisan, tidak mengeluarkan kata-kata kotor. Karena janin pun dapat merasakan emosi ibu yang sedang marah, mengumpat dan perbuatan buruk lainnya, naudzubillaah..
  5. Memperhatikan asupan makanan. Dalam Q.S Al-Baqoroh ayat 168 Allah berfirman, “Wahai manusia makanlah makanan yang ada di bumi yang halal lagi baik.” Berikan makanan yang halal kepada janin. Jangan sampai ada makanan haram masuk kedalam perut ibu, karena kehalalan rizki juga akan berpengaruh bagi janin. Makanlah makanan yang halal, baik dan bergizi, agar janin tetap sehat.
  6. Periksakan kandungan. Wajib bagi ibu yang sedang mengandung untuk memeriksakan kandungannya ke dokter atau bidan agar ia mengetahui bagaimana kondisi janin. Tak segan untuk meminta saran dokter atau bidan untuk kebaikan kandungannya.
  7. Kehalalan rizki. Perhatikan kehalalan apapun yang kita pakai dan makan. Jika ada yang subhat, lebih baik ditinggalkan. Pilih barang atau makanan yang sudah jelas kehalalannya.
Semoga amalan di atas manfaat bagi para ibu hamil, agar kelak generasi berikutnya menjadi anak yang sholih-sholiha dan negeri ini akan dipenuhi oleh generasi Robbani, Qur’ani.. aamiin.

Wallaahu’alam bisshowab..

(Uswati Hasanah, Guru TK Qurrata’Aini Baitussalaam Bogor)
www.eramuslim.com

Ramadhan 1 : Allahu Penguasa Langit dan Bumi, dan di Antaranya



Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
 
57:1
1.     Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Setiap jenis makhluk yang ada di langit dan yang ada di bumi menyucikan dan memuji Allah SWT dari sesuatu yang tidak pantas bagi-Nya. Allah SWT Mahaperkasa dalam kerajaan-Nya. Maha Bijaksana dalam perbuatan dan syariat_Nya.

57:2
 2.     Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

             Allah SWT memiliki kerajaan langit dan bumi beserta semua yang terdapat pada keduanya. Dengan demikian, hanya dia yang bisa mengatur, menghidupkan dari ketiadaan, mengembalikan kehidupan makhluk setelah mati, dan mematikan makhluk yang hidup.
Allah SWT Mahakuasa untuk melakukan segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang tidak mampu Dia lakukan. Semua yang Allah SWT kehendaki pasti terjadi dan semua yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi.

57:3
 3.     Dia-lah Yang awal dan akhir, Yang Zahir dan Yang Batin, Dan Dia Maha Mengetahui atas segala sesuatu.

Adalah Allah SWT Yang Awal, yang tidak ada sesuatu pun sebelum-Nya. Dia pula Yang Akhir, yang tidak ada sesuatu pun setelah-Nya. Dia yang Maha tampak, yang tidak ada sesuatu pun yang lebih tampak dari-Nya. Dia pula Yang Maha Tersebunyi, yang tidak ada satupun yang lebih tersembunyi daripada-Nya.
Tidak ada yang tidak terlihat bagi Allah di langit dan di bumi. Tidak ada yang luput dari pengetahuan-Nya. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dia mengetahui semua rahasia dan yang tersembunyi, yang tampak jelas dan yang samar.

57:4
4.     Dia-lah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas Arsy, Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan dia bersama kalian di mana saja kalian berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan

Hanya Allah SWT semata Yang menciptakan langit dan bumi beserta semua yang berada di antara keduanya dalam enam hari. Kemudian Allah SWT bersemayam di Arsy-Nya yang berada di atas semua langit, tentunya dengan sifat bersemayam yang sesuai dengan kebesaran-Nya.

Allah SWT mengetahui segala hewan, tumbuhan, air, perbendaharaan, dan lain sebagainya yang masuk ke bumi dan semua tumbuhan, hasil tani, buah-buahan, dan lain sebagainya yang keluar darinya.
Allah SWT juga mengetahui air dan lain-lain yang turun dari langit. Dia pun mengetahui malaikat, perkataan, dan perbuatan yang naik kelangit.

Allah SWT senantiasa mengetahui makhluknya dimana pun mereka berada. Allah SWT melihat segala ucapan, amal perbuatan, dan keadaan para hamba.

Tidak ada hal yang samar bagi-Nya dan tidak ada yang tidak terlihat oleh-Nya. Semua akan diperhitungkan berdasarkan perbuatan masing-masing.
-Aidh Al Qarni -
Sumber : Tafsir Muyassar – Qisthi
www.eramuslim.com

Monday 8 July 2013

Puasa, Momentum Perubahan Menuju Pribadi Yang Bertakwa



Oleh: Adam Cholil (Pengajar di HSG Khoiru Ummah Gresik)

Marhaban Ya Ramadhan. Allah swt. kembali menyuguhkan bulan Ramadhan yang mulia kepada kita. Bulan yang penuh rahmat, keberkahan, dan pengampunan. Bulan pertama kali diturunkan Al Quran kepada Nabi Muhammad saw. Bulan di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Setan-setan dibelenggu, pintu neraka dikunci, dan pintu surga dibuka selebar-lebarnya. Bulan Ramadhan adalah bulan anugrah bagi umat Islam, karena kita diberi kesempatan untuk kembali menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah swt., setelah selama sebelas bulan kita banyak melalaikan segala perintahNya dan terlena dengan kehidupan dunia.

Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadlan dengan dilandasi keimanan dan semata mengharap ridla Allah swt. akan keluar dari dosa-dosanya seperti keadaan saat ia keluar dari rahim ibunya. Pahala berbagai amal pun dilipatgandakan oleh Allah swt. hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan lebih. Bulan Ramadlan merupakan bulan sabar, bulan jihad, dan bulan kemenangan, serta bulan pembentuk ketqwaan.
Bukan hanya itu, bulan Ramadlan merupakan bulan membaca Al Quran, bulan mengeluarkan zakat fitrah, bulan memakmurkan masjid, bulan taubat kepada Allah swt., bulan ishlah antar sesama kaum muslim, bulan silaturrahim, bulan menolong mereka yang membutuhkan, bulan menjaga lisan dan perbuatan, bulan pembaharuan dan pengokohan iman, serta bulan penyucian hati dan pikiran.

Menuju Ketaqwaan yang Sesungguhnya
Ramadhan adalah bulan pembentuk pribadi yang bertaqwa. Yaitu pribadi yang senantiasa berupaya melaksanakan apasaja yang diperintahkan Allah swt. dan menjauhi apasaja yang dilarang-Nya. Dia berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ .
 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa.” (QS. Al Baqarah:183)

Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa inti dari puasa bulan Ramadlan itu adalah menjadikan manusia sebagai pribadi yang  bertaqwa. Imam Al Ghazali dalam kitab Minhajul ‘Abidin, halaman 121, mengatakan, bahwa pribadi yang bertaqwa adalah pribadi yang memiliki perasaan takut yang sangat kepada Allah swt, hanya ber­bakti dan tunduk kepada-Nya, serta membersihkan hati dan perbuatan dari segala dosa. Dengan begitu ia tidak akan berani sekecil apapun melanggar aturan Allah swt.

Ketaqwaan yang tulus haruslah ditunjukkan oleh lisan, hati, dan perbuatan seseorang. Allah swt. memerintahkan kita agar mengikuti seluruh yang dibawa Rasul saw. dan mencegah diri dari seluruh larangan yang disampaikan Rasul saw. Allah swt. berfirman:
“Apa saja yang dibawa Rasul kepada kalian maka ambillah. Dan apa saja yang dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah.” (QS. Al Hasyr [59]:7)
Jadi taqwa merupakan ketaatan total kepada Allah swt. dengan cara mengikuti setiap hukum dan aturan-Nya yang diwahyukan kepada Rasulullah saw. Allah swt. berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian semua ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh nyata bagimu. Tetapi, jika kalian menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana(QS. Al Baqarah [2] : 208 – 209).

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa sebagian orang-orang Yahudi yang masuk Islam menyangka bahwa keimanan mereka tidak ternodai sekalipun mereka tetap meyakini sebagian isi Taurat. Namun, Allah swt. menjelaskan bahwa masuk kedalam iman mengharuskan beriman kepada suluruh apa yang diturunkan Allah swt. berupa Islam ini. Bila tidak, berarti ia telah mengikuti syaithan yang sebenarnya merupakan musuh yang nyata. Saat itulah turun surat Al Baqarah [2] ayat 208 dan 209 tadi. Lebih jauh beliau memaknai ayat ini dengan menyatakan ‘Allah swt. memerintahkan kepada kaum beriman dan meyakini kebenaran Rasulullah Muhammad saw. untuk mengambil seluruh ajaran Islam dan syari’atnya, melakukan semua perintah-Nya dan meninggalkan apa pun yang Dia larang dengan sekuat tenaga’. (Tafsirul Qur`anil ‘Azhim, I, halaman 307 – 308).

Bulan Ramadlan merupakan saat yang tepat bagi kita untuk menjadi orang-orang yang melakukan ketaatan penuh kepada Allah swt. menjadi pribadi yang bertaqwa yang menjalankan hanya hukum dan aturan-aturan-Nya saja baik dalam hal yang berkaitan dengan pribadi, masyarakat, maupun negara.

Perbanyak Ibadah
Untuk menjadi pribadi yang bertaqwa sebagaimana hikmah disyariatkannya puasa Ramadhan hendaknya kita menjadikan Ramadhan sebagai ajang latihan untuk seterusnya menjadi pribadi yang taat dan gemar beribadah kepada Allah swt.  Beberapa kegiatan ibadah ini bisa kita jadikan sebagai amalan dibulan Ramadhan yang akan kita jalani:

  1. I’tikaf. Yaitu diam di masjid dengan niat yang khusus dan disertai ibadah. Imam Nawawi dalam kitab An-Nihayah mengartikan i’tikaf sebagai menetapi sesuatu dan menempatinya. Maka orang yang menetap di masjid dengan melaksanakan ibadah di dalamnya disebut orang yang beri’tikaf. Rasulullah saw. biasa melakukan i’tikaf pada 10 hari terakhir ramadhan. Ibnu Umar ra. Berkata:
 « كَانَ رسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ  العَشْرَ الأوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ »
Rasulullah saw. beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan. (HR. Mutafaq ‘alaih)
  1. Memperbanyak bersedekah. Ibnu Abas ra. berkata:
« كَانَ رَسُوْلُ اللهِ، صَلىَّ الله عليه وسلم، أَجْوَدَ النَّاسِ،
وَكَانَ أَجْوَدُ مَا َيكوُنْ ُفِيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ ».
Rasulullah saw. adalah orang yang sangat dermawan kepada siapapun, dan pada bulan ramadhan beliau lebih dermawan lagi saat Jibril menemui beliau. (HR. Mutafaq ‘alaih)
  1. Memperbanyak membaca al-Qur’an. Karena pahala membacanya akan dilipatgandakan melebihi pahala pada bulan selain ramadhan. Selain itu bulan ramadhan adalah bulan dimana al-Qur’an diturunkan pertama kali. Oleh karenanya para ulama terdahulu lebih banyak mengkhatamkan al-Qur’an dibulan ramadhan. Imam Syafi’i biasa mengkhatamkannya sebanyak 60 kali pada bulan ramadhan lebih banyak dari bulan lainnya yang hanya satu kali dalam sehari semalam. Malaikat Jibril senantiasa mendatangi Rasulullah saw. pada bulan ramadhan untuk membacakan al- Qur’an kepada beliau. Ibnu Abas berkata: Jibril menemui Rasulullah saw. pada setiap malam dibulan ramadhan kemudian ia membacakan Qur’an kepada beliau saw. (HR. Mutafaq ‘alaih)
  1. Bersungguh-sungguh memperhatikan lailatul qadr pada sepuluh malam terakhir. Rasulullah saw. bersabda:
« تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ في الوَتْرِ مِنَ العَشْرِ الأوَاخِرِ
مِنْ رَمَضَانَ. »
Carilah lailatul qadr pada tanggal ganjil di sepuluh malam terakhir bulan ramadhan. (HR. Bukhori)

  1. Melakukan ibadah umrah. Rasulullah saw. bersabda: “Umrahlah kamu pada bulan ramadhan, karena umrah pada bulan ramadhan sebanding dengan melaksanakan ibadah haji.” (HR. An-Nasai)

  1. Berjihad di jalan Allah. Dari Abu Sa’id Khudri radhiyallah ‘anhu, Rasulullah saw. bersabda:
« مَامِنْ عَبْدٍ يَصُوْمُ يَوْمًا ِفيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ بَاعَدَ اللهُ بِذَلِكَ
الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفاً. »
Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari dalam (perang) di jalan Allah, melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya -karena hari tersebut- dari neraka sejauh (perjalanan) 70 tahun. (HR. Mutafaq ‘alaih)
  1. Memperbanyak berdo’a. Dari Aisyah ra. ia berkata kepada Rasulullah saw. Ya Rasulullah, bagaimana jika suatu malam aku mengetahui bahwa itu malam lailatul qadar, apa yang harus aku baca? Beliau bersabda, bacalah;
« اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنّي. »
Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pemaaf, Engkau menyukai permintaan maaf maka ampunilah aku. (HR. Tirmidzi)

  1. Memperbanyak shalat sunnah.
« مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إيمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. »
Barangsiapa yang bangun (untuk shalat) pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Mutafaq ‘alaih)

Semoga kita menjadi manusia yang akan meraih ketaqwaan dengan kembali datangnya bulan suci Ramadhan tahun ini. Untuk itu kita harus bekerja keras dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Hati-hati terhadap bujuk rayu syaithan yang akan senantiasa mengintai manusia untuk menggelincirkan manusia dari jalan yang benar menuju kesesatan. Kita sambut Ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan yang dalam agar kita sukses dan dapat meraih kemuliaannya. Amin.
www.eramuslim.com

Tengoklah Sang ”HATI”, Sehatkah Hati Mu?


Dalam khazanah keimanan, bagian dari diri seseorang yang menjadi raja dari keseluruhan pribadi dan jiwanya adalah HATI. Seluruh tubuh adalah pelaksanan titahnya,  siap menerima apa saja. Aktivitasnya tidak dinilai benar jika tidak diniatkan dan dimaksukdan oleh sang Hati. Di kemudian hari, sang hati  inilah yang akan bertanggung jawab, datang menghadap dan ditanya tentang para prajuritnya. Sebab setiap pemimpin itu akan ditanyai atas apa yang dipimpinnya.

Allah Subhanahu waTa’ala berfirman :
“.. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung jawaban(Al Isra: 36)
Begitu pula Rasulullah bersabda tentang hati,” Ketahuilah di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pula seluruh tubuh, dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati..”
Membuat hati dalam kondisi tetap sehat, dengan mengkaji penyakit-penyakit hati  dan metode mengobatinya , merupakan bentuk ibadah yang utama bagi ahli ibadah
Hati bisa berada dalam keadaan 1. Sehat   2. Sakit  3. Mati

HATI YANG SEHAT,  adalah hati yang selamat (Qalbun salim). Barang siapa menghadap Allah nanti dengan kondisi hati yang tidak sehat maka akan celaka
Allah SWT berfirman :
“.. Adalah hari, dimana harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat..(Asy-Syu’ara : 88-89)
Hati yang selamat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat , keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah dan dari setiap syubhat yaitu keraguan dan  ketidak jelasan yang menyeleweng dari kebenaran. Hati yang tidak pernah beribadah kepada selain Allah dan berhukum kepada Rasulullah. “ Ubudiyahnya murni kepada Allah. Iraddah, mahabbah, inabah, ikhbat, khassyah, raja dan amalnya, semuanya Lillah, semata karena Allah.

Jika ia mencintai, membenci , memberi dan menahan diri semuanya dilakukan karena Allah. Ini saja tidak dirasa cukup, sampai ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk dan berhukum kepada selain Rasulullah. Hatinya telah terikat kepadanya dengan ikutan yang kuat untuk menjadikan Rasul sebagai satu-satunya panutan dalam perkataan dan perbuatan. Ia tidak akan berani bersikap lancang , mendahuluinya dalam hal aqidah, perkataan ataupun perbuatan

HATI YANG MATI, adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya.  Ia tidak beribadah kepadaNya, enggan menjalankan perintahNya, atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridhaiNYa. Hati ini selalu lebih tunduk kepada hawa nafsu  atau kecenderungan diri terhadap kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah SWT. Ia tidak peduli kepada keridhaan atau kemurkaan Allah SWT. Baginya yang penting adalah terpenuhinya hawa nafsu/keinginan. Ia menghamba kepada selain Allah demi kesenangannya ini.

Jika ia mencinta, membenci , memberi dan menahan diri semuanya karena  hawa nafsu. Hawa nafsu inilah telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Seluruh pikirannya dipenuhi dan dikerahkan untuk mencapai target-target duniawi.
HATI YANG SAKIT adalah hati yang hidup namun mengundang penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadang-kadang ia cenderung kepada penyakit. Padanya terdapat kecintaan, keimanan , keikhlasan dan tawakal kepada Allah yang merupakan sumber kehidupannya. Padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad, kibr (Sombong) dan sifat ujub yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya. Ia ada diantara dua penyeru kepada Allah, rasul dan hari akhir dan penyeru kepada kehidupan duniawi.

Seruan yang akan disambutnya adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab.
Demikianlah, hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu, tawadlu, lembut dan selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat kepada keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan.

INDIKASI  SAKIT- SEHATNYA HATI
Hati seseorang itu bisa sakit. Sakitnya bisa semakin parah dan tidak menyadarinya. Bahkan bisa jadi hati telah mati, tanpa disadari pemiliknya. Pertanda hati itu sakit atau telah mati adalah; ia tidak lagi dapat merasakan sakitnya bermaksiat dan betapa menderitanya berada dalam kebodohan tentang kebenaran serta memiliki aqidah yang sesat. Sebab hati yang hidup pasti merasa tersiksa bila melakukan perbuatan buruk . Begitu pula jika ia bodoh tentang kebenaran.
Terkadang, seseorang yang memiliki hati yang sakit dapat merasakan penyakitnya. Namun, ia tidak tahan mengecap pahitnya obat penawar . Dan ia pun lebih memilih menderita penyakit untuk selamanya.
Diantara tanda sakitnya hati adalah keengganan mengkonsumsi makanan yang bermanfaat. Justru  cenderung kepada yang mendatangkan mudharat. Juga enggan terhadap obat yang berguna dan cenderung kepada penyakit yang berbahaya.

Hati yang sehat selalu mengutamakan makanan yang bermanfaat daripada racun yang mematikan. Makanan terbaik adalah keimanan. OBAT TERBAIK ADALAH AL QUR’AN.
Adapun tanda sehatnya hati adalah “ ketidak hadirannya”  di dunia menuju ke negeri akhirat. Disana ia tinggal dan seakan-akan menjadi penghuninya. Kehadirannya di dunia ini ibarat orang asing yang mengambil kebutuhannya, lalu kembali ke negerinya. Kepada Abdullah bin Umar , Rasulullah berpesan
“ di dunia ini hendaknya kamu berlaku seperti orang asing atau orang yang lewat..”

Tanda sehatnya hati adalah selalu  mengingatkan si Empunya, sehingga ia mau kembali ke jalan Allah Subhanau wa Ta’ala, tunduk dan bergantung kepadaNya seperti bergantungnya seseorang yang mencintai kepada yang dicintainya. Ia hanya butuh cintaNya. Ia selalu berdzikir dan berkhidmat kepadaNya.

Tanda sehatnya Hati adalah jika si empunya hati ketinggalan atau tidak sempat melaksanakan wirid (bacaan rutin berupa dzikir atau Al qur’an) atau suatu ibadah, ia akan merasa sakit dan tersiksa melebihi orang kaya yang kehilangan harta..
Masya Allah..demikianlah begitu berharganya hati. (LR)
Sumber : Tazkiyatunnafs, Konsep penyucian jiwa menurut para ulama salafus saleh
www.eramuslim.com

Taubatlah Dengan Sholat

Setiap kita pasti memiliki dosa , kesalahan, noda dan aib. Jika demikian..apakah semua itu akan terus melekat dan kita berputus asa dari rahmat Allah akan ampunanNya..? Tidak sama sekali… karena Allah menyuruh kita untuk menuju pintu ampunanNya, maaf dan taubat.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wassalam meriwayatkan sabda Rabb ‘Azza wa Jalla
“…Wahai Anak Adam , jika kamu senantiasa berdoa kepadaKu, mengharapkanKu, meminta ampunan dari Ku, niscaya Aku akan mengampunimu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam, andaikan dosamu setinggi langit, kemudian kamu memohon ampunanKU, niscaya Aku aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam, andaikan Kamu menemui-Ku dengan kesalahan seluas bumi, tetapi tidak mensekutukan-Ku dengan apapun, maka aku akan mengampunimu dengan ampunan seisi bumi..”

Berbahagialah bagi orang yang mencuci bercak-bercak dosa dengan taubat, dan kembali terhindar dari segala kesalahan sebelum kesempatan hilang.  Siapakah yang bisa selamat dari penyakit dunia? Siapakah yang selalu sehat dan tidak pernah sakit? Siapakah yang hidup, sedang kehidupannya tidak pernah bersanding dengan kematian? Siapakah yang umurnya tidak pernah berakhir….??
Jika kita merasa bergelimang dosa, dan maksiat membumbung tinggi sampai ke angkasa…kesadaran ini adalah satu anugrah. Lanjutkanlah dengan menghapus dosa , yang dapat dilakukan dengan shalat Taubat. Mari kita  mengenal lebih dekat tentang shalat Taubat ini dan tata caranya menurut sunah Nabi ..!

Abu Bakar Ash-shiddiq Radiyallahu Anhu mendengar Rasulullahu shallallahu Alaihi Wassalam bersabda,
“ Tak seorang pun hamba mukmin yang memiliki dosa lalu ia bersuci dengan benar, kemudian bangun melakukan shalat dua rakaat memohon ampunan kepada Allah dari dosanya tersebut, melainkan Allah akan mengampuninya...” (Haidts Shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud 1521, at Tirmidzi 3006, Ibnu Majah 1395, An Nassai Ibnu Hibban 2/10
Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata kemudian ,” Rasulullah membaca firman Allah Subhanahu waTa’ala :
“ dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya diri, kemudian ia memohon ampun kepada Allah niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (AN Nisa : 110)

Kita mulai dengan “ Bersuci yang benar” maksudnya berwudhu sesuai dengan sunah-sunnah wudhu, tertib dari awal hingga akhir mulai dari membaca basmalah hingga akhir wudhu.

“Tak seorang pun hamba yang mukmin” baik laki-laki maupun wanita, tidak ada perbedaan. “kemudian bangun” maksudnya bersiap-siap setelah wudhu untuk melakukan shalat. “ memohon ampun kepada Allah “ memohon ampunan atas dosanya yang  merupakan penyebab ia melakukan shalat. Memohon ampun disini maksudnya taubat dengan penuh penyesalan, mencerabut dari dosa dan berazam untuk tidak kembali mengulang hal yang sama selamanya dan mengembalikan seluruh hak orang lain jika ada.
Demikian sangat jelas penjelas tentang keutamaan shalat taubat dimana ia merupakan sunnah Rasulullah dalam melakukannya. Shalat taubat bisa menghapus dosa dan menghapus segala kesalahan, mengangkat derajat , menambah kebaikan dan memupus keburukan. Oleha karena itu perbanyaklah melakukan shalat taubat semampumu. Inilah bagian dari rahamat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita. Allah pun membuka berbagai puintu taubat, melalui shalat taubat.  Maksiat atau dosa yang ‘dicuci’ kemudian dengan thaharah melalui wudhu, dan pengakuan yang direfleksikan dengan berdiri di hadapan Allah, setelah itu ketaatan yang teraktualisasikan dalam shalat, kemudian berdoa kepada Allah dalam sujud dan beristighfar seusai shalat. Semua hal ini jika dilakukan bisa menjadi resep mujarab diterimanya taubat berapapun besarnya maksiat dan dosa yang telah kamu lakukan terhadap Allah dalam berbagai hakNya.

Namun jika maksiat berkaitan dengan hak-hak hamba, maka sebelum shalat taubat, kamu mesti minta kehalalannya, dengan catatan kamu tidak mampu mengembalikannya, serta mengembalikan objek-objek kezaliman kepada si empunya jika kamu mampu melakukannya.
Abdullah bin Mas’ud Radliyallahu Anhu meriwayatkan bahwa seseorang datang menghadap Rasulullah Sallallahu Alaihi sa Sallam sembari berkata,” Wahai Rasulullah, aku bercanda dengan seorang wanita di pinggiran Madinah. Aku menciumnya tanpa sempat menjimaknya. Inilah aku , hukumlah aku sesukamu..”
Umar bin Al Khatab berkata kepadanya,” Sungguh Allah akan menutupi aibmu, seandainya kamu sendiri menutupinya..”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak mengatakan sepatah kaata pun. Si pria itupun kembali. Rasul terus mengikutinya yang  kemudian memanggilnya dan Rasulullah membacakan firman Allah;
“ Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatn yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat (QS Huud ; 114)
Seorang pria dari satu kaum bertanya, wahai Nabi Allah , apakah khusus bagi orang tadi?”

Rasulullah menjawab,” tidak, ia berlaku untuk seluruh manusia.”
Dalam riwayat lain , Muadz bin Jabal bertanya,” Wahai Rasulullah, apakah hal ini khusus bagi si pria tadi atau bagi kami semuanya?”
Rasul menjawab ,” Bagi kalian semua”
Sumber : (Majdi Fathi As-Sayid,  Al Kautsar)
www.eramuslim.com

Tuesday 2 July 2013

Harta dan Anak Menjadi Fitnah


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَخُونُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٢٧﴾
وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ ﴿٢٨﴾
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. Al-Anfaal: 27-28)
***
Kemudian, diulang lagi seruan kepada orang-orang yang beriman. Dibisikkan lagi kepada mereka bahwa harta dan anak-anak itu kadang-kadang dapat menjadikan manusia tidak mau memenuhi seruan Allah dan seruan Rasul. Karena, takut terhadap nasib anaknya nanti dan karena bakhil terhadap hartanya.

Kehidupan yang diserukan Rasulullah adalah kehidupan yang mulia, yang sudah tentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk mencapainya, harus ada pengorbnan. Oleh karena itu, Alquran mengobati ambisi ini dengan mengingatkan mereka terhadap fitnah harta dan anak-anak. Karena, harta dan anak-anak merupakan tempat ujian dan cobaan.

Alquran juga mengingatkan mereka agar jangan lemah menghadapi ujian ini, jangan mundur dari perjuangan, dan jangan melepaskan diri dari beban amanat, janji, dan baiat.

Alquran menganggap pelepasan diri dari semua ini sebagai pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul. Juga pengkhianatan terhadap amanat-amanat yang dibebanan kepada umat Islam di muka bumi.
Yaitu, amanat untuk menjunjung tinggi kalimat Allah dan menetapkan uluhiyyah-Nya saja bagi manusia, dan berpesan kepada manusia untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.

Di samping kehati-hatian ini, diingatkan pula mereka terhadap pahala yang besar dari sisi Allah kalau mereka dapat menanggulangi fitnah harta dan anak-anak, yang kadang-kadang menghalangi manusia dari berkorban dan berjihad.

Menghindarkan diri dari tugas-tugas sebagai umat Islam di muka bumi merupakan pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul. Persoalan pertama dalam agama Islam ini adalah persoalan ‘Laa ilaaha illallah, Muhammad Rasulullah.’ Tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Persoalan mengesakan Allah terhadap uluhiyyah, dan menerima dengan sepenuh hati akan semua ini menurut apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saja.

Manusia dalam seluruh sejarahnya, tak pernah mengingkari keberadaan Allah sama sekali. Mereka hanya mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan lain, yang kadang-kadang, dan ini hanya sedikit, dalam bidang akidah dan ibadah.
Adakalanya, dan ini yang terbanyak, dalam masalah hukum dan kedaulatan. Inilah yang lebih dominan dalam kemusyrikan. Oleh karena itu, persoalan utama agama Islam ini bukan mengajak manusia untuk mempercayai uluhiyyah Allah. Tetapi, mengajak mereka untuk mengesakan uluhiyyah bagi Allah saja, untuk bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah.

Yakni, mengesakan Allah sebagai satu-satunya yang berdaulat mengatur kehidupan mereka di dunia ini. Juga mengakui-Nya sebagai yang berdaulat untuk mengatur alam semesta, sebagai implementasi firman Allah: “Dialah Tuhan (Yang disembah) di langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi.” (QS. Az-Zhukhruf: 84)

Juga mengajak mereka bahwa hanya Rasulullah yang membawa wahyu dari Allah dan menyampaikannya kepada mereka. Dengan demikian, mereka berkewajiban mematuhi segala ajaran yang beliau sampaikan.
Inilah persoalan utama agama Islam, sebagai itikad yang harus ditanamkan dan dimantapkan di dalam hati, dan sebagai gerakan yang harus diaplikasikan di dalam kehidupan. Karena itu, menghindarkan diri dari hal ini adalah pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul.

Allah mengingatkan hal ini kepada golongan Islam yang telah beriman kepada-Nya dan telah menyatakan keimanannya ini. Sehingga, mereka mempunyai tugas untuk berjuang guna merealisasikan petunjuknya dalam dunia nyata. Juga supaya bangkit menunaikan tugas jihad ini terhadap jiwa, harta, dan anak-anak.
Allah juga mengingatkan mereka agar jangan mengkhianati amanat yang mereka usung pada hari mereka berbaiat kepada Rasulullah untuk memeluk Islam. Islam itu bukan sekadar ucapan dengan lisan, bukan sekadar retorika dan pengakuan-pengkuan.

Islam adalah manhaj kehidupan yang sempurna dan lengkap. Tetapi, untuk menegakkannya selalu menghadapi hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan.
Islam adalah manhaj untuk membangun realitas kehidupan di atas landasan Laa ilaaha illallah, yang mengembalikan manusia kepada menyembah Tuhan mereka Yang Mahabenar, mengembalikan masyarakat kepada hukum dan syariat-Nya. Mengembalikan para thaghut yang melampaui batas kepada uluhiyyah Allah dan kedaulatan-Nya dari kezaliman dan tindakan melampaui batas.
Juga, mengamankan kebenaran dan keadilan bagi semua manusia, menegakkan keadilan di antara mereka dengan timbangan yang mantap, memakmurkan bumi, dan melaksanakan tugas khilafah di muka bumi dengan menggunakan manhaj Allah.

Semua itu merupakan amanat yang barangsiapa tidak menunaikannya berarti telah berkhianat, melanggar perjanjian kepada Allah, dan merusak baiat yang telah diikrarkannya kepada Rasulullah.
Mereka semua perlu berkorban, bersabar, dan tabah. Mereka harus dapat menanggulangi fitnah harta dan anak. Juga melihat pahala yang besar di sisi Allah, yang disimpan untuk hamba-hamba-Nya yang terpercaya mengemban amanat-amanat-Nya, yang sabar, suka mengalah, dan suka berkorban.

“Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.” (QS. Al-Anfaal: 28)

Alquran ini berbicara kepada eksistensi manusia. Karena, Sang Pencipta mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi pada manusia ini, mengetahui yang lahir dan yang batin, mengetahui jejak-jejak langkah dan perjalanan hidupnya.

Allah mengetahui titik-titik kelemahan pada diri manusia. Dia mengetahui bahwa ambisi terhadap harta dan anak-anak itu merupakan titik kelemahan paling dalam pada diri mereka.
Oleh karena itu, di sini, Dia mengingatkan hakikat pemberian harta dan anak-anak itu. Allah memberikan harta dan anak-anak kepada manusia untuk menguji dn memberi cobaan kepada mereka dengannya.
Harta dan anak termasuk perhiasan dunia yang notabene adalah ujian dan cobaan. Karena, Allah hendak melihat apa yang diperbuat dan dilakukan seorang hamba terhadap harta dan anak ini. Apakah dia mau mensyukurinya dan menunaikan hak-hak nikmat yang diperolehnya itu? Ataukah, malah sibuk dengannya sehingga lupa menunaikan hak-hak Allah?

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).” (QS. Al-Anbiyaa: 35)

Maka, fitnah atau cobaan itu bukan hanya dengan kesulitan, kesengsaraan dan sejenisnya saja. Tetapi, fitnah itu juga bisa berupa kemakmuran dan kekayaan. Termasuk kemakmuran dan kesenangan itu adalah harta dan anak-anak. “Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan.”
Apabila hati sudah menyadari posisi harta dan anak-anak sebagai ujian dan cobaan, maka kesadaran itu akan membantunya untuk senantiasa berhati-hati, menyadari dan mewaspadai, agar jangan sampai ia tenggelam, lupa, dan terbenam dalam ujian dan fitnah.

Kemudian Allah tidak membiarkan manusia tanpa pertolongan dan bantuan. Karena, manusia itu kadang-kadang merasa lemah, setelah menyadari semua itu, untuk memikul beratnya pengorbanan dan tugas. Khususnya, pada titik kelemahannnya yaitu terhadap harta dan anak-anak.

Maka, Allah memanggil-manggil mereka untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dan lebih kekal. Sehingga, dengan adanya keinginan untuk mendapatkannya, ia menjadi tabah dan kuat menghadapi ujian itu. “Dan bahwa di sisi Allah terdapat pahala yang besar.”

Allahlah yang memberi manusia harta dan anak. Di balik itu, di sisi-Nya terdapat pahala yang besar bagi orang yang dapat menanggulangi fitnah harta dan anak-anak. Dengan demikian, tidak seorang pun yang pantas mengabaikan amanat dan tidak mau berkorban untuk jihad.

Kesadaran inilah yang dapat membantu manusia yang lemah, yang diketahui oleh Sang Maha Pencipta titik-titik kelemahannya. “Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An-Nisaa: 28)
Islam adalah manhaj yang lengkap tentang akidah dan pandangan hidup, tarbiyah dan pemberian arahan, masalah kewajiban dan tugas-tugas manusia. Islam adalah manhaj atau aturan Allah Yang Maha Mengetahui, karena Dia Yang Maha Pencipta.

“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al-Mulk: 14)
www.eramuslim.com

Kaum Kafirin Ingin Keluar dari Neraka


Sementara para pemikul “Arasy dan malaikat di sekitar mempersembahkan doa ini kepada Tuhannya bagi kaum mukminin, kita menjumpai orang-orang kafir berada di suatu tempat di mana setiap diri mencari-cari penolong, sedang penolong itu sangatlah langka. Kita menjumpai orang-orang kafir itu tatkala segala hubungan antara mereka dengan setiap orang dan setiap benda yang ada di alam ini telah terputus. Tiba-tiba mereka dipanggil deri segala penjuru dengan nada menghinakan, membenci, dan menggugat. Tiba-tiba mereka berada di tempat kehinaan setelah sebelumnya berlaku congkak; berada di tempat yang tidak mungkin menggapai harapan,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنَادَوْنَ لَمَقْتُ اللَّهِ أَكْبَرُ مِن مَّقْتِكُمْ أَنفُسَكُمْ إِذْ تُدْعَوْنَ إِلَى الْإِيمَانِ فَتَكْفُرُونَ ﴿١٠﴾
قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِّن سَبِيلٍ ﴿١١﴾
ذَلِكُم بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِن يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ ﴿١٢﴾
 
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari Kiamat), ‘ Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada kebencian kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman tapi kamu kafir. ‘Mereka menjawab .’Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka, adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?’ Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah dipersekutukan . Maka, putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.”’ (al-Mu’min : 10 – 12 )
 
Al-muqtu berarti kebencian yang kuat. Mereka diseru dari segala penjuru bahwa kebencian Allah kepadamu tatkala kamu diseru kepada kaimanan, lalu kamu ingkar, adalah lebih hebat daripada kebencian kamu atas dirimu sendiri. Sekarang kamu mencari-cari sesuatu yang dapat menyelamatkan kamu dari keburukan dan dari sesuatu yang dibenci karena kekafiran dan berpalingan kamu dari seruan keimanan sebelum habis waktunya. Alangkah menyakitkan peringatan dan gugatan ini pada situasi yang menakutkan dan sulit itu.

Sekarang, sedang penutup tipuan dan kesesatan telah jatuh, mereka mengetahui bahwa yang menjadi pusat tujuan hanyalah Allah Ta’ala.
Mereka berkata. ‘Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)? ‘ (al-Mu’min : 11)

Itulah pertanyaan yang hina, putus asa dan menestapa. “Ya Tuhan kami, ” padahal dahulu mereka kafir dan mengingkari-Nya. Engkau telah menghidupkan kami pada pertama kali. Ruh ditiupkan ke benda mati, tiba-tiba hidup , tiba-tiba kami hidup. Kemudian Engkau menghidupkan kami lagi setelah kami mati, lalu kami mengeluarkan kami dari tempat kami ini. Kami benar0benar mengakui dosa-dosa kami . “Maka adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” Bentuk nakirah ini menyiratkan keletihan dan keputusan yang pahit.

Di bawah situasi nestapa ini, dilontarkanlah kepada mereka alasa sehingga mereka kembali ketempat seperti itu , ” Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan, kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka, putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang MahaTinggi lagi Mahabesar .’ (al- Mu’min : 12)

Inilah yang menuntunmu ketempat yang hina itu, yaitu keimananmu kepada sekutu dan kekafiranmu kepada keesaan Allah. Keputusan ada di tangan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung. Itulah dua sifat yang serasi dengan konteks pemberlakuan keputusan. Yaitu, pengusaan atas segala sesuatu dan keagungan atas segala sesuatu pada maqam keputusan terakhir.

www.eramuslim.com

Kewajiban Beribadah kepada Allah

Di bawah nauangan pemandangan ini, disajikan sedikit sifat Allah yang sesuai dengan kedudukan yang tinggi. Diarahkanlah kaum mukminin pada konteks ini supaya mempersembahkan doa kepada-Nya serasa mempersembahkan doa kepada-Nya serasa mengesankan-Nya dan memurnikan ketaatan bagi-Nya. Dan, diisyaratkan wahyu yang memperingatkan hari pertempuran, pemutusan, dan pembalasa ketika kekuasaan, keperkasaan dan ketinggian hanya milik Allah .

وَ الَّذِي يُرِيكُمْ آيَاتِهِ وَيُنَزِّلُ لَكُم مِّنَ السَّمَاء رِزْقًا وَمَا يَتَذَكَّرُ إِلَّا مَن يُنِيبُ ﴿١٣﴾
فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ ﴿١٤﴾
رَفِيعُ الدَّرَجَاتِ ذُو الْعَرْشِ يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ لِيُنذِرَ يَوْمَ التَّلَاقِ ﴿١٥﴾
يَوْمَ هُم بَارِزُونَ لَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ لِّمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ ﴿١٦﴾
الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ ﴿١٧﴾
 
“Dan yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan rezeki dari langit. Dan, tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah). Maka, sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya). (Dialah) Yang Mahatinggi derajat-Nya, Yang mempunyai ‘Arasy, Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari Kiamat), (yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur), tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman), ‘Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini ?’ Kepunyaan Allah Yang Maja Esa lagi Maha Mengalahkan. Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberikan balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat depat hisabnya.” Al-Mu’min : 13-17).
 
“Dialah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya…”
Ayat-ayat Allah tampak pasa segala sesuatu di alam nyata ini, pada benda-benda yang besar seperti matahari, planet-planet, siang, malam, hujan, kilat, dan guruh. Ayat itu juga terdapat pada benda-benda kecil seperti atom, sel, dan molekul. Pada benda besar dan kecil terdapat yangda kekuasaan yang luar biasa. Kebesarannya tampak tatkala manusia berupaya untuk menundukkannya, bahkan menciptakannya. Tidaklah mungkin benda itu patuh secara total kepada makhluk yang paling krcil dan paling sederhana dari sekian makhluk yang diciptakan Allah di alam nyata ini.
 
… Dan yang menurunkan rezeki untukmu dari langit..”
Manusia mengenalkan sebagai hujan yang menjadi pokok kehidupan di bumi ini, sarana makanan, dan minuman. Selain hujan, banyak ayat lain yang disikapkan manusia dari hari ke hari, di antaranya sinar kehudupan. Jika tidak ada sinar ini, maka takkan ada kehidupan di planet bumi ini. Mungkin termasuk kedalam rezeki juga berbagai risalah yang diturunkan, yang menuntun langkah manusia sejak kanak-kanak, lalu kakinya diayunkan di jalan yang lurus, dan ditunjukkan kemanhaj kehidupan yang mengantarkan kepada Allah dan kepada hukum-Nya yang kokoh.

“… Tifaklah mengambil pelajaran kecuali orang yang kembali (kepada Allah).” (al-Mu’min: 13)
Orang yang kembali kepada Rabbnya akan ingat akan aneka nikmat-Nya, ingat akan karunia-Nya, dan ingat akan ayat-ayat-Nya yang dilupakan oleh orang yang keras hatinya.
Melalaui penceritaan kembali dan kesadaran serta renungan sebagai pengaruh yang timbulkannya di dalam kalbu, Allah hendak mengarahkan kaum mukmin supaya mereka hanya memohon kepada-Nya dan memurnikan ketaata bagi-Nya semata, dan tidak menghiraukan kebencian kaum kafir, “Maka, beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan penghambaan kepada-Nya, walaupun kaum kafir tidak menyukainya .” (al-Mu’min: 14 )
 
Kaum kafir tidak akan menyukai kaum mukmin yang memurnikan ketaatanya untuk Allah dan menyeru kepada-Nya semata, bukan kepada selain-Nya. Tidaklah diharapkan dapat menyenangkan mereka, meskipun kaum mukminin bersikap lembut kepada mereka, berdamai, atau melakukan hal-hal yang dapat menyenangkan mereka dengan berbagaui cara. Karena itu, lanjutkanlah aeah perjalanan kaum mukmin dengan meyeru Rabbnya semata, memurnikan akidah untuk-Nya, mengkonsentrasikan hati kepada-Nya, dan jangan dipersulit oleh karelaan atau kemurkaan kaum kafir, sebab mereka takkan pernah rela.

Kemudian dikemukakan sebagaian sifat Allah dalam konteks yang mengarah kaum mukmin supaya menyembah Allah Yang Esa, walaupun kaum kafir membencinya. Melalui sifat-sifat ini di ceritakan bahwa Allah Ta’ala, “Dialah Yang Mahatinggi derajat-Nya, Yang mempunyai ‘Arasy, Yang mengutus Jibril dengan membawa perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya..”
Hanya Allah Ta’ala yang memiliki ke agungan dan kedudukan yang tinggi. Dialah yang memiliki ‘Arasy, Yang berkuasa, dan Yang agung. Dialah yang menyampaikan perintah-Nya melalui ruh dan kalbu kepada hamba yang telah dipilih-Nya. Perintah merupakan kiasan dari wahyu dan rasulan. Pemakaian kiasan ini pertama-tama menerangkan hakikat wahyu ini, bahwa wahyu itu merupakan ruh dan kehidupan bagi manusia. Selanjutnya kiasan ini menerangkan bahwa wahyu diturunkan dari yang tinggi kepada hamba terpilih. Semua ini merupakan naungan yang serasi dangan sifat Allah Yang Mahatinggi dan Yang Mahaagung.
Tugas utama hamba yang dipilih Allah sehingga Jibril menyampaikan perintah itu kepadanya ialah memberi peringatan, “…supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari Kiamat),” (al-Mu’min: 15)

Pada hari itu seluruh manusi bersua. Manusia bersua dengan amalnya sendiri yang telah dilakukan pada kehidupan dunia. Manusia, malaikat, jin, dan seluruh makhluk bertemu dan menyaksikan hari yang disaksikan itu. Seluruh makhluk bertemu dengan Tuhannya pada saat perhitungan. Itulah hari pertemuan dengan segala maknanya.

Kemudia hari pertemuan pu disebut hari ketika segalanya transparan, tanpa penghalang, tanpa pelindung, tanpa kepalsuan, dan tanpa tipuan, “(Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur). Maka tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah..”
Tidak ada sesuatu pun dari perkara mereka yang tersamar bagi Allah kapanpun dan dimanapun. Namun, diselain hari ini, mereka kadang beranggapan bahwa dirinya tidak terlihat atau perilaku dan dinamikanya tersamar. Namun, hari ini mereka merasa dirinya tersungkap. Mereka berdiri dalam keadaan telanjang, tanpa penutu[, bahkan penutup imajinaf sekalipun.

Pada hari itu kaum yang sombong terbongkar dan kaum yang tiran tersingkap. Seluruh yang maujud berdidi dengan khusu, seluruh hamba menunduk, dan tinggalah Pemilik segala kekuasaan, Yang Mahakuasa dengan segala kekuasaan-Nya. Dialah semata yang tetap demikian disetiap saat. Pada hari ini, kekuasaan-Nya terlihat nyata bagi semua mata, setelah sebelumnya Dia hanya tampak bagi para pemilik kalbu. Dia diketahui oleh setiap orang yang ingkar dan sirasakan oleh setiap orang yang congkak. Segala yang bersuara petah hanyalah suara keagungan yang memiriskan, yang bertanya dan menjawab. Pada hari itu, tiada yang bertanya dan menjawab di antara yang maujud kecuali Dia, ” … (Lalu Allah berfirman), ‘Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini ?’ Kepunyaan Allah Yang Maja Esa lagi Maha Mengalahkan. Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberikan balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat depat hisabnya.” Al-Mu’min : 16-17)

Hari itu adalah hari pembalasa yang hak. Hari itu adalah hari keadilan. Hari itu adalah hari ketetapan dan keputusaan tanpa penangguhan dan keterlambatan.
Hari itu diliputi dengan keagungan dan kebisuan. Tempat itu diselimuti kekhawatiran dan kekhusuan. Seluruh makhluk mendengar dengan khusu. Perkara pun diputuskan dan lemabaran perhitunganpun dilipat.
Naungan tersebut selaras dengan firman Allah tentang orang-orang yang mendebat ayat-ayat Allah pada permulaan surah, “Maka, janganlah kamu terperdaya oleh hilir-mudiknya mereka (dalam berniaga) ke berbagai negeri.” Inilah akhir dari dinamika di bumi, ke tinggian tanpa hak, kecongkakan, lesombongan, kekayaan, dan kesengan.

Konteks selanjutnya mengarahkan Rasulullah supaya memperingatkan kaumnya akan hari tersebut yang ada pada salah satu panorama Kiamat di mana ketetapan dan putusan hanya milik Allah, setelah hari itu disampaikan kepada mereka dalam bentuk kisah tanpa memfokuskan sapaan,

وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ الْآزِفَةِ إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ ﴿١٨﴾
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ ﴿١٩﴾
وَاللَّهُ يَقْضِي بِالْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ لَا يَقْضُونَ بِشَيْءٍ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ ﴿٢٠﴾
 
“Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari Kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) samapai di kerpngkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. Dia menetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. Allah menghukum dengan keadilan. Dan, sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan suatu apapun. Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. ” (al-Mu’min: 18-20)

Hari yang dekat dan segera ialah hari Kiamat. Kata azafah menggambarkan seolah-olah hari itu datang dengan derapnya. Karenanya, diri-diri berduka dan kebingungan. Seolah-olah kalbu yang bingung meloncat kekerongkongan. Mereka menahan marah atas dirinya sendiri, cita cita, dan atas segala yang dikhawatirkan. Penahan marah membuatnya berduka dan membabini dadanya, sedang mereka tidak menemukan teman akrab yang dapat mengasihinya. Tidak juga menemukan penolong yang memiliki kalimat bertuah pada situasi yang sulit dan susah itu.

Pada hari itu merekan tampak trasparan. Tiada satupun dari persoalan yang samar bagi Allah, termasuk lirikan mata pengkhianat dan rahasia hati yang tependam.
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat san aoa yang disembunyikan oleh hati.” Al-Mu’min :19)

Mata yang berkhianat barupaya menyembunyikan pengkhianatannya, tetapi ia tetap diketahui Allah. Rahasia ygn tetutup disembunyikan dalam hati, tetapi ia terbukan bagi pengetahuan Allah.
Allah semata yang pada hari ini menetapkan keputusan dengan benar. Tuhan-tuhan yang diseru oleh mereka tidak memiliki arti, keputusan, dan ketetapan.
Allah menghukum dengan keadilan. Dan, sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan suatu apapun..”
Allah memutuskan dengan benar melalu pengetahuan dan aneka informasi; melalui pendengaran dan penglihatan. Mak, Dia tidak menxalimi seorang pun dan tidak melupakan satu perkarapun. “.. Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” Al-Mum’min: 20)
www.eramuslim.com