um'at, 24 Mei 2013
ORANGTUA mana
yang tidak sedih, melihat putri kesayangan yang dibesarkan dengan
sekuat tenaga, dengan penuh perhatian, harus meregang nyawa dalam
kondisi yang tidak terbayangkan setelah diperkosa beberapa pria. Tentu,
ini musibah yang sangat memberatkan jiwa-raga. Semoga Allah memberikan
ketabahan hati dan keteguhan jiwa kepada keluarga yang kehilangan.
Demikian kisah memilukan seorang gadis 17 tahun yang dibakar hidup-hidup
setelah diperkosa secara bergilir oleh beberapa pria baru-baru ini.
Kasus serupa juga dialami gadis 13 tahun di Lampung yang digilir tiga
orang pria setelah sebelumnya dicekoki minuman keras dan akhirnya
dibunuh. Kasus pemerkosaan disertai pembunuhan kini mulai ramai terjadi
di negeri ini. Ironisnya, sebagian pelaku adalah kalangan pelajar.
Patut muncul sebuah pertanyaan, apa yang sebenarnya terjadi, mengapa kejadian memilukan seperti ini kerap melanda?
Mungkin banyak aspek yang akan dikemukakan, tetapi kali ini mari kita
melihat diri sendiri, melihat kebiasaan hari-hari, untuk kemudian kita
ubah menjadi lebih baik sebagaimana tuntunan agama yang kita yakini.
Pendidikan Agama
Materialisme telah membutakan sebagian besar mata orangtua terhadap
makna masa depan. Masa depan tereduksi hanya pada usia tua, padahal
hidup di dunia ini hanyalah satu episode kehidupan untuk sampai pada
kehidupan yang sesungguhnya yakni akhirat.
Akibatnya, banyak orangtua yang lupa akan pentingnya pendidikan agama
bagi anak-anak mereka yang sebenarnya adalah kunci kebahagiaan para
orangtua sendiri, termasuk anak-anaknya. Kelupaan ini membuat benteng
budaya yang sudah bagus secara norma sosial dan agama hancur berserakan.
Lihat saja, bagaimana orangtua tidak bereaksi apa-apa ketika anaknya
tidak mendirikan sholat di rumahnya, menggunakan busana yang tidak
semestinya bahkan ketika terang-terangan anak-anak mereka tidak menutup
aurat. Bandingkan dengan reaksi para orangtua tatkala anaknya tidak mau
masuk sekolah atau ketika nilai sekolah anaknya turun.
Padahal, Allah telah memberikan kode-kode penting terkait perlunya
orangtua memberikan pendidikan agama kepada putra-putrinya. Sebagai
contoh, Nabi Ya’kub, menjelang wafatnya, beliau kumpulkan seluruh
keluarga dan anak-anaknya.
أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ
لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُواْ نَعْبُدُ إِلَـهَكَ
وَإِلَـهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَـهاً
وَاحِداً وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut,
ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah
sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan
nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa
dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (QS. al-Baqarah [2]: 133).
Artinya, pendidikan aqidah yang harus diutamakan di atas segala macam
jenis pendidikan. Kisah itu masih Allah lanjutkan dengan kisah betapa
seriusnya hamba Allah yang bernama Luqman Al-Hakim dalam membina aqidah
anaknya.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman [31]: 13).
Dengan pendidikan aqidah itulah anak akan tumbuh dengan iman yang
kuat terhadap kebenaran syariat, sehingga mereka tumbuh menjadi Muslim
yang kaffah. Ketika aqidah sudah kuat maka ilmu-ilmu yang lain akan
semakin memperkokoh aqidahnya.
Lihat saja para ulama terdahulu, sebut saja misalnya Fakhrudin
Al-Razi, beliau tidak saja hafal Al-Qur’an tetapi juga pakar matematika,
sastra, dan filsafat. Jadi, jangan salah kaprah, seolah-olah pendidikan
agama menghambat kemajuan anak dalam hal keduniawian. Justru pendidikan
agama itulah yang akan mengantarkan anak-anak kita tumbuh menjadi
manusia cerdas dan beradab.
Ajak Untuk Menegakkan Agama
Kebanyakan orangtua zaman sekarang memang tertinggal jauh dalam hal
teknologi, utamanya peralatan dan wawasan dunia modern. Tetapi, orangtua
tidak boleh inferior, kemudian membebaskan anaknya karena menganggap
anaknya pasti benar dan mengerti. Tetap harus dipantau, diawasi dan
dikontrol. Lebih dari itu, orangtua tetap harus superior dalam
urusan-urusan agama.
Orangtua jangan malu, jangan ragu dan jangan tidak enak untuk
bertanya kepada anak-anaknya apakah sudah sholat atau belum, sudah
membaca al-Qur’an atau belum, termasuk menegur gaya berpakaian anak jika
dianggap tidak sesuai aturan agama. Soal pakaian, orangtua harus ketat,
karena dari pakaian inilah sebenarnya anak membentuk pola pikir, pola
hidup dan akhirnya pola pergaulan. Tentu, semua itu dilakukan dengan
cara yang tepat dan bijaksana.
Jika hal semacam ini dilakukan sejak kecil, insya Allah orangtua
tidak akan terlalu sulit untuk mewujudkannya. Jika sudah remaja dan
dewasa, memang agak sulit, tetapi tetap bisa diupayakan dengan
keteladanan dan kesungguhan termasuk doa kepada Allah Ta’ala.
Cara sederhananya, mungkin orangtua perlu membuat acara keluarga yang
melibatkan semua anak-anaknya dalam membaca al-Qur’an bersama,
mendengarkan ceramah agama bersama, atau sesekali mengundang tetangga
yang lebih paham soal agama untuk berbagi pengalaman di rumah bersama
seluruh anggota keluarga.
Luqman Al-Hakim memberi pengajaran kepada anaknya;
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ
الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ
الْأُمُورِ
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian
itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. 31: 17).
Didik Cara Bergaul
Berikutnya, yang tidak kalah penting adalah mendidik anak tentang
cara bergaul, tepatnya sopan santun dan kepatutan. Orangtua harus selalu
menanamkan etika dalam pergaulan, terutama dengan teman lawan jenisnya,
sesuai dengan aturan syariat.
Misalnya, seorang anak gadis jangan sampai keluar rumah dalam keadaan
tidak berjilbab, meskipun hanya akan menemui teman perempuannya, karena
begitu keluar rumah jilbab itu wajib. Kemudian, jangan menemui teman
lelaki seorang diri, apalagi sengaja berdua, dalam urusan apapun. Lebih
dari itu, sebelum apapun, jangan pernah tidak minta izin orangtua.
Termasuk, pergaulan berkomunikasi dengan handphone, internet
dan segala macam jenis komunikasi canggih lainnya. Seorang anak gadis
tidak patut menerima panggilan telpon tengah malam, sembunyi-sembunyi,
apalagi berkomunikasi secara rahasia dengan orang lain.
Karena selain akan mengganggu kesehatan badan, juga akan mengurangi
konsentrasi terhadap pelajaran. Di samping itu, kalau ada apa-apa,
keluarga akan menanggung akibatnya.
Langkah semacam ini memang harus dilakukan para orangtua, agar anak
tidak lengah dari adab-adab pergaulan. Termasuk mendidik anak untuk bisa
memilah dan memilih jenis hiburan yang tepat, sehingga anak juga akan
memiliki filter dalam melihat perkembangan dunia hiburan yang umumnya
mengedepankan fisik (aurat).
Jangan lupa, Berdoalah Selalu
Setelah segala upaya ikhtiar kita lakukan, langkah yang tidak kalah
strategisnya adalah berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Para
orangtua sangat baik jika bangun di tengah malam, lalu menumpahkan air
mata kepada Allah agar berkenan menjadikan anak-anaknya tumbuh menjadi
Muslim yang sholeh, sabar, dan takwa.
Langkah semacam ini telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim Alayhissalam.
Di dalam Al-Qur’an Allah mengabarkan bahwa Nabi Ibrahim selalu berdoa
untuk anak-anaknya. “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS. 14: 40).
Akhir kata, orangtua sesungguhnya lebih memerlukan ilmu agama untuk
masa depan anak-anaknya, dengan tetap mendorong mereka belajar ilmu
keduniawian. Karena tanpa ilmu agama, bukan saja kesulitan dunia yang
akan datang, kesulitan akhirat pun pasti akan terjadi. Oleh karena itu,
selagi ada kesempatan, bersama keluarga, anak-anak, orangtua harus
meningkatkan pendidikan agama.*/Imam Nawawi
Red: Cholis Akbar
www.hidayatullah.com
Kewajiban berdakwah ada pada setiap muslim dan salah satu pahala yang terus menerus mengalir adalah ilmu yang bermanfaat. Indahnya saling amar ma'ruf nahi munkar. Indahnya memiliki Cinta dan Kasih karena Allah SWT. Indahnya kerinduan pada Rosullullah. Indahnya berfikir positif dan berprasangka baik. Indahnya zakat, infaq dan sodakoh bagi kemakmuran umat Islam dan akherat.Indahnya Islam sebagai agama tauhid pembawa rahmat sekalian alam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment