Rabu, 03 April 2013
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
TAK ada yang lebih berharga dalam rumah-tangga
kecuali pernikahan yang penuh barakah. Tak ada yang lebih patut kita
harapkan dalam pernikahan melebihi barakah. Inilah yang Rasulullah
shallaLlahu 'alaihi wa sallam tuntunkan kepada kita. Sesungguhnya,
barakah adalah kebaikan yang sangat banyak, kebaikan yang berlimpah,
kebaikan yang bertambah-tambah. Jika pernikahan kita berlimpah barakah,
maka bahagia pasti akan menyertai. Sebaliknya, pernikahan yang bahagia,
belum tentu ada barakah di dalamnya.
Jika Allah Ta'ala berikan
barakah, maka apa yang tampaknya merupakan kesulitan, maka ia akan
menjadi jalan kebaikan. Apa yang tampaknya berat, mendatangkan kebaikan.
Sebaliknya, jika Allah Ta'ala mencabut barakah dari pernikahan, maka
apa yang saat ini mendatangkan kesenangan dan kebahagiaan akan menjadi
jalan datangnya keburukan di kemudian hari. Itu sebabnya, kita harus
senantiasa mengharap barakah Allah 'Azza wa Jalla dan berusaha untuk
menempuh jalan yang penuh barakah.
Semoga Allah Ta'ala berikan
taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Kita memohon petunjuk dan
kekuatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala untuk mampu melaksanakan apa
yang telah ditunjukkan-Nya.
Sesungguhnya nilai setiap amal sangat
tergantung kepada niatnya. Jika niat kita benar dan mulia, maka hal-hal
mubah yang kita kerjakan dalam rangka meraih kemuliaan tersebut, akan
terhitung sebagai kemuliaan juga. Sebaliknya, apa-apa yang diwajibkan
maupun disunnahkan dalam agama ini, jika melakukannya bukan karena niat
yang benar, maka kebaikan tersebut tak berharga di hadapan Allah
subhanahu wa ta'ala.
Nikah merupakan salah satu sunnah Nabi
shallaLlahu 'alaihi wa sallam. Yang dimaksud sunnah dalam hal ini adalah
sesuatu yang dicontohkan dan sekaligus diperintahkan dengan perintah
yang jelas dari Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam. Jika kita
menikah karena ingin memuliakan sunnah, maka Allah Ta'ala akan limpahi
barakah dalam pernikahan kita. Karena itu, kita perlu membenahi niat,
terutama saat menjelang nikah agar niat kita lurus. Kita menikah karena
ingin mengikuti sunnah Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam. Bukan sekedar
karena sudah sangat ingin menikah.
Mari kita ingat sejenak sabda Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
اَلنِّكَاحُ
مِنْ سُنَّتِي فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي،
وَتَزَوَّجُوْا، فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ اْلأُمَمَ، وَمَنْ كَانَ ذَا
طَوْلٍ فَلْيَنْكِحْ، وَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَعَلَيْهِ بِالصِّيَامِ فَإِنَّ
الصَّوْمَ لَهُ وِجَاءٌ
“Menikah adalah sunnahku. Barangsiapa
yang enggan melaksanakan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku.
Menikahlah kalian! Karena sesungguhnya aku berbangga dengan banyaknya
jumlah kalian di hadapan seluruh ummat. Barangsiapa memiliki kemampuan
(untuk menikah), maka menikahlah. Dan barangsiapa yang belum mampu,
hendaklah ia berpuasa karena puasa itu adalah perisai baginya (dari
berbagai syahwat).” (HR. Ibnu Majah).
Maka, niat perlu
ditata, tujuan perlu dibenahi. Selebihnya, kita perhatikan apa-apa yang
dituntunkan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam terkait dengan
nikah, utamanya pada masa pengantin baru. Saya hanya membahas apa-apa
yang jarang dibahas, tetapi sangat penting bagi kebarakahan pernikahan.
Artinya, ada banyak hal lain yang perlu dipelajari dan tidak saya
sampaikan pada kesempatan kali ini mengingat sempitnya waktu serta
mempertimbangkan apa yang paling penting berkait dengan barakahnya
pernikahan.
Yang pertama, disunnahkan bagi kedua mempelai berdo'a
memohon barakah bagi pernikahannya serta meminta do'a kebaikan dan
kebarakahan kepada kaum muslimin. Sesungguhnya selain untuk mengumumkan
kepada masyarakat dan berbagi kegembiraan, walimah juga merupakan sarana
untuk meminta do'a kepada kaum muslimin. Dan tidak ada do'a yang lebih
utama untuk orang yang baru menikah, melebihi do'a barakah sebagaimana
yang dituntunkan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
بَارَكَ اللهُ لَكَ، وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي الْخَيْرِ
"Semoga Allah memberkahimu, dan semoga memberkahi atasmu, serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan." (HR. At-Tirmidzi).
Inilah
do'a yang dituntunkan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
ringkas, padat dan mencakup semua yang terbaik dalam pernikahan.
Sebagian orang menyusun do'a yang lebih panjang, tetapi kurang tepat
dari segi kesiapan kita untuk menjalani andaikata dikabulkan sepenuhnya,
disamping kurang mencakup segala kebaikan yang kita harapkan. Ini
misalnya dapat kita temukan pada do'a yang mulai kerap diucapkan dalam
beberapa perhelatan pernikahan belakangan ini. Sepanjang pemahaman saya,
do'a yang dituntunkan Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam merupakan
contoh terbaik. Bukan terlarang berdo'a dengan kalimat sendiri, tetapi
hendaknya tidak sampai berlebihan dalam berdo'a.
Tentang berlebihan dalam berdo'a, berkenanlah untuk membaca catatan lain bertajuk Bahkan Ia Masuk Ke Jantung Kita di Facebook page ini juga.
Yang
kedua, kita mendapati dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam
Malik, Ath-Thabrani dan Ibnu Majah bahwa ketika Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu 'anhu menikah dengan Fathimah radhiyallahu 'anha (putri
Nabi), maka pada malam pengantin baru sebelum kedua mempelai dukhul
(bermalam bersama), Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam meminta air
wudhu (beliau berwudhu), menuangkannya pada 'Ali, lalu mendo'akan
keduanya:
اَللَّهُمَّ بَـارِكْ فِيْهِمَا، وَبَارِكْ لَهُمَا فِيْ بِنَـائِهِمَا
Ya Allah, barakahilah keduanya dan berkahilah keduanya dalam percampuran keduanya.
Sekali
lagi, ini memberi pelajaran berharga bagi kita betapa yang paling patut
diharapkan, dimohonkan dengan penuh kesungguhan dan diupayakan oleh
orangtua yang menikahkan anak pun adalah barakah bagi pernikahan
tersebut serta percampuran yang terjadi di antara keduanya. Semoga
tidaklah lahir dari pernikahan tersebut kecuali keturunan yang memberi
bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illaLlah.
Yang
ketiga, sunnah bagi mempelai laki-laki sebelum bermalam pertama untuk
berdo'a dengan memegang ubun-ubun istrinya dengan do'a:
اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِمَـا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ،
وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّمَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
"Ya
Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya dan kebaikan
watak yang telah Engkau jadikan padanya, serta aku berlindung kepada-Mu
dari keburukannya dan keburukan watak yang telah Engkau jadikan
padanya." (HR. Abu Dawud & Ibnu Majah).
Merawat Cinta
Ada dua hal yang harus kita tumbuhkan dalam rumah-tangga, yakni qaulan ma'rufah (cara komunikasi yang penuh perhatian) da mu'asyarah bil ma'ruf (mempergauli
dengan baik). Di luar dua hal yang sangat penting tersebut, ada hal
lain yang perlu kita perhatikan. Saya memilih untuk lebih menjelaskan
tentang dua hal berikut ini, karena pembahasan tentang qaulan ma'rufan dan mu'asyarah bil ma'ruf sudah banyak terdapat dalam berbagai buku.
Dua hal tersebut adalah tentang keselarasan ruhiyah kita dan kebarakahan rezeki.
Renungilah sejenak sabda Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
"الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ"
“Ruh-ruh adalah seperti tentara yang berbaris-baris, maka yang
saling mengenal akan bersatu & yang saling mengingkari akan
berselisih.” (HR. Bukhari & Muslim).
Ruh kita sangat
dipengaruhi oleh niat kita, orientasi hidup kita, 'ibadah kita dan
tujuan hidup kita. Boleh jadi kita sering bersama-sama melakukan amalan
yang baik, tetapi jika niat masing-masing dari kita berbeda, maka akan
berbeda pula ruhiyah kita. Maka, hendaknya kita saling mengingatkan,
saling menasehati dan saling menjaga iman agar tak terjatuh pada
kemaksiatan yang sangat besar.
Mari sejenak kita renungi ucapan Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa 'alaa `alihi wa shahbihi wa sallam:
"مَا تَوَادَّ اثْنَانِ فِي الله جل وعز أو في الإِسْلامِ , فَيُفَرَّقُ بَيْنَهُمَا إِلا بِذَنْبٍ يُحْدِثُهُ أَحَدُهُمَا"
“Tak akan berpisah dua orang yang saling berkasih sayang karena
Allah Jalla wa ‘Azza atau karena Islam, kecuali disebabkan oleh dosa
yang dilakukan oleh salah seorang di antara keduanya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad).
Ini
bukanlah hadis tentang suami-istri. Ini adalah hadis tentang dua orang
yang saling berkasih-sayang karena Allah Jalla wa 'Azza atau karena
Islam, sehingga cakupannya lebih umum. Akan tetapi kita juga dapat
mengambil pelajaran penting bahwa suami-istri yang menikah karena Allah
Ta'ala demi menegakkan dakwah, dapat berpisah (bahkan dalam keadaan
bermusuhan) tanpa terelakkan oleh keduanya manakala salah satu di antara
mereka terjatuh pada dosa-dosa besar yang berlarut-larut. Maka, betapa
perlu kita saling mengingatkan agar tak ada yang terjatuh pada keburukan
yang besar, berbuat zalim atau --apalagi-- melakukan kesyirikan.
Ketika
seseorang terjatuh pada dosa besar yang berlarut, boleh jadi
rumah-tangga mereka tidak pecah dan keduanya tak saling berpisah. Mereka
senantiasa bersama-sama karena keduanya sama-sama saling membantu dalam
dosa besar tersebut. Na'udzubillahi min dzaalik. Semoga Allah Ta'ala
selamatkan kita dari hal-hal yang demikian.
Adapun berkait dengan
rezeki, maka yang senantiasa perlu kita minta dan usahakan adalah
rezeki yang barakah. Jika rezeki barakah, sedikitnya membawa kebaikan,
berlimpahnya juga melapangkan hati dan membawa kebaikan. Itu bukan
berarti kita tidak boleh meminta rezeki yang berlimpah. Tetapi jangan
pernah memisahkannya dengan memohon barakah.
Kita dapat berdo'a dengan ini, misalnya:
اللَّهُمَّ
أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي وَأطِلْ
حَيَاتِي عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ عَمَلِي وَاغْفِرْ لِي
“Allahumma
ak-tsir maalii wa waladii, wa baarik lii fiimaa a’thoitanii wa athil
hayaatii ‘ala tho’atik wa ahsin ‘amalii wagh-fir lii"
"Ya Allah
perbanyaklah harta dan anakku serta barakahilah karunia yang Engkau
beri. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku
serta ampunilah dosa-dosaku."
Kita memohon rezeki yang
berlimpah barakah dan anak banyak yang juga penuh barakah dengan
bercermin pada do'a Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam kepada Anas
radhiyallahu 'anhu tatkala Ummu Sulaim radhiyallahu 'anha (ibu dari
Anas) mengantarkannya ke hadapan Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa
sallam untuk menjadi pelayan beliau. Maka Rasulullah shallaLahu 'alai wa
sallam mendo'akan:
اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ ، وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ
“Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, serta barakahilah apa yang engkau karuniakan padanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam mendo'akan dengan:
اللَّهُمَّ ارْزُقْهُ مَالًا، وَوَلَدًا، وَبَارِكْ لَهُ
"Ya Allah, tambahkanlah rezeki padanya berupa harta dan anak serta barakahilah dia dengan nikmat tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semoga
catatan ini bermanfaat. Kepada Allah Ta'ala saya memohon ampun. Dan
kepada-Nya kita memohon perlindungan dan penjagaan dari keburukan kita
sendiri, dari hidup yang tidak barakah, dari hilangnya barakah
pernikahan dan dari terhapusnya barakah rezeki.*
Penulis buku-buku parenting, kolumnis Majalah Suara Hidayatullah. FB: Mohammad Fauzil Adhim, twitter: @kupinang
Red: Cholis Akbar
www.hidayatullah.com
Kewajiban berdakwah ada pada setiap muslim dan salah satu pahala yang terus menerus mengalir adalah ilmu yang bermanfaat. Indahnya saling amar ma'ruf nahi munkar. Indahnya memiliki Cinta dan Kasih karena Allah SWT. Indahnya kerinduan pada Rosullullah. Indahnya berfikir positif dan berprasangka baik. Indahnya zakat, infaq dan sodakoh bagi kemakmuran umat Islam dan akherat.Indahnya Islam sebagai agama tauhid pembawa rahmat sekalian alam.
No comments:
Post a Comment