27
Jul 08 21:04 WIB
Oleh Siti Aisyah Nurmi
Perang. Siapa yang suka perang? Normalnya
manusia tidak suka. Apalagi kaum ibu. Tapi ada saja pihak-pihak yang dengan
sengaja mengobarkan perang karena maksud-maksud menguasai pihak-pihak yang
ingin dikuasai. Dewasa ini perang tidak hanya menggunakan senjata fisik seperti
bedil dan tombak. Dewasa ini perangnya bahkan lebih berbahaya karena yang
mengobarkan perang justru menyembunyikan aktifitasnya dengan berbagai bungkus
sehingga musuh yang diperangi tidak sadar sedang diperangi. Tujuannya tetap
sama, yaitu mengalahkan dan menguasai musuh, hanya caranya yang berubah
drastis.
Perang yang kita bicarakan ini adalah yang
sangat konsepsional, sangat luas bidangnya, sangat lihai dalam memilih cara
sehingga tidak disadari musuh, sangat jauh dampaknya kepada jiwa lawan dan
sangat lama masa berlangsungnya. Ghazwul Fikri. Secara bahasa artinya perang pemikiran. Ada yang
mengistilahkan dengan perang urat syaraf.
Perang ini baru muncul sekitar awal abad
duapuluh dan merupakan upaya musuh-musuh untuk menjatuhkan kekuatan Islam
secara tuntas. Ghazwul fikri dilaksanakan dengan cara melakukan dua tipudaya
dasar yang disusupkan dalam fikrah (pemikiran) ummat Islam. Tiga tipudaya
tersebut adalah takhwif
(usaha untuk menimbulkan rasa takut kepada
selain Allah), dan tadl-lil
(usaha pengkaburan berbagai konsepsi dalam fikrah Islami). Adapun bentuk-bentuk
upayanya dapat sangat beragam, antara lain:
- dengan berbagai opini sesat di media dan
di tengah masyarakat muslim
- melalui film, sandiwara, pertunjukan
seni, maupun lirik-lirik lagu yang dikemas indah
- melalui berbagai bentuk fiksi baik fiksi
murni, fiksi ilmiah, cerita komik, cerita drama sampai cerita anak
- melalui berbagai sandiwara politik dan
peristiwa seperti sandiwara Holocaust dimasa Perang Dunia II dan lain-lain
- melalui berbagai acara ilmiah yang
mempertontonkan berbagai kecanggihan militer dan intelijen mereka
- melalui penyebaran berbagai adat
kebiasaan non-Islam yang dipromosikan dan dikemas dengan berbagai keindahan dan
kemeriahan
Mungkin masih banyak lagi cara-cara dan
media perang mereka yang kita belum tahu, namun intinya tetap sama. Ini perang
sungguhan dan ini perang yang curang.
Kecurangan yang paling nyata adalah dalam
cara mereka bersembunyi ketika menyerang. Berbagai film-film menarik yang
bahkan dinobatkan (oleh mereka sendiri) sebagai film-film terbaik, ternyata di
dalam film itu ada berbagai propaganda anti Islam yang menusuk.
Promosi berbagai perayaan adat jahiliyah
yang dikemas sedemikian rupa sebagai “warisan pelecehan terhadap nilai-nilai
tinggi Islam. Misalnya di Mesir, digencarkan promosi kebudayaan Mesir kuno
zaman Fir’aun, lengkap dengan segala atributnya dan berbagai upacara
penyembahan berhala, itu semua bertujuan tersembunyi agar masyarakat Mesir yang
kini Muslim mulai meninggalkan nilai-nilai Islam dan kembali bangga dengan
nilai-nilai zaman Fir’aun.
Cobalah simak program-program sebuah
channel tv khusus tentang berbagai kebudayaan dari tv berlangganan. Bahkan
cd-cdnya dijual di toko cd.
Lalu untuk apa rubrik ini membicarakannya? Agaknya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa justru perang itu (Ghazwul Fikri) sangat tidak disadari di negeri ini. Para penjaga Benteng Terakhir negeri ini (baca: kaum ibu) apakah sadar bahwa setiap hari mereka dicekoki racun-racun Ghazwul Fikri lewat kotak kaca yang menjadi hiburan wajib setiap rumahtangga? Apakah para Penjaga Benteng Terakhir masih saja rela membelikan racun telinga dan jiwa bagi putra-putri mereka yang berbentuk berbagai format lagu, yang seolah wajib kini selalu hadir menghiasi pendengaran putra-putri kita dua-puluh-empat jam? 24 jam? Ya! Tidak jarang putra-putri kita belajar sampai tertidur tetap memasang alat mantra tersebut ke kuping mereka!
Lalu untuk apa rubrik ini membicarakannya? Agaknya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa justru perang itu (Ghazwul Fikri) sangat tidak disadari di negeri ini. Para penjaga Benteng Terakhir negeri ini (baca: kaum ibu) apakah sadar bahwa setiap hari mereka dicekoki racun-racun Ghazwul Fikri lewat kotak kaca yang menjadi hiburan wajib setiap rumahtangga? Apakah para Penjaga Benteng Terakhir masih saja rela membelikan racun telinga dan jiwa bagi putra-putri mereka yang berbentuk berbagai format lagu, yang seolah wajib kini selalu hadir menghiasi pendengaran putra-putri kita dua-puluh-empat jam? 24 jam? Ya! Tidak jarang putra-putri kita belajar sampai tertidur tetap memasang alat mantra tersebut ke kuping mereka!
Mantra! Memang seperti mantra, boleh jadi lagu yang dipasang
langsung ke telinga dapat mempengaruhi jiwa anak kita lewat kata-kata yang
terdengar maupun tidak terdengar dari lagu tersebut. Efeknya bisa sampai
seperti mantra. Seperti orang terhipnotis. Masih ingat fenomena Kurt Cobain musisi metal dari ujung Utara bumi yang membuat lagu
tentang bunuh diri dan kemudian melaksanakannya? Kemudian jejak langkahnya
diikuti oleh beberapa orang penggemarnya. Tersihir!
Tahukah para Penjaga Benteng Terakhir bahwa
brainwashing atau cuci otak dapat terjadi dengan cara seseorang terus
menerus mendengarkan kata-kata yang sama berulang-ulang, yang apalagi jika
dikemas dengan nada-nada musik dan dentingan alat musik akan semakin memperkuat
efeknya karena akan masuk ke bagian otak yang tanpa nalar? Jika seseorang sudah
gandrung dengan suatu lagu, niscaya dia akan mendengarkannya berulang-ulang dan
tak jarang mendengarkannya sambil sangat relaks yang berarti masuk ke tingkat
kesadaran yang bisa dengan mudah disurupi jin?
Tanyakan pada para ahli ruqyah syar’iyyah
(para terapis yang mempunyai ketrampilan mengobati orang kesurupan). Apakah
para ibu muslimah dan para remaja penikmat lagu selalu mengerti apa yang
dinyanyikan dalam lirik lagu kegemaran mereka? Banyak sekali yang mengaku tidak
memperhatikan makna lagu, yang penting enak mengelus gendang telinga, meskipun
kadang sebenarnya mudah saja mempelajari lirik lagu tersebut, tapi jarang yang
secara serius mencoba mencari apa makna sebenarnya. Paling jauh sebagian besar
penikmat lagu hanya mengingat arti dari bagian-bagian tertentu dari lagu
tersebut, terutama kalau dianggap cocok. Misalnya
refrain yang meneriakkan kata-kata pujian cinta atau patah hati.
Di era menjelang tahun 80-an, era kami-kami yang kepala empat
masih remaja, ada lagu dari sebuah grup musik Queen yang
berjudul Bohemian Raphsody. Lagu
yang diteriakkan oleh Freddy Mercury yang minta disuntik mati karena AIDS
tersebut, seluruh isinya adalah pelecehan terhadap nilai-nilai Islam, bahkan
sampai penolakan atas takdir (“ sometimes ‘ wished I’ve never been born
before”). Lagu ini dulu termasuk Hit, bahkan bertahan masih digemari hingga
kini.
Masih ingat lagu berbahasa spanyol yang sempat ketahuan ternyata
berbicara tentang iblis? Grup musik Last
Ketchup yang melantunkan lagu tersebut bahkan mengakui tak faham isi
lagunya karena berbahasa kuno. Itu mantra setan!
Masih-kah para Penjaga Benteng Terakhir merasa masa kini sudah
tak ada lagi perang dan karenanya boleh bersantai dalam menjaga bentengnya?
Masihkah kita menyangka bahwa zaman sudah berubah dan kini musuh-musuh Islam
sudah beristirahat dari memerangi kita? Lihatlah ke sekeliling, dan lihatlah
dengan teliti. Wallahua’lam. (SAN)
Apabila anda mempunyai
saran atau kritik untuk rubrik atau artikel ini, silahkan kirimkan melalui
email kepada penulis di ican_ipin@eramuslim.com
No comments:
Post a Comment