Kamis, 28 Maret 2013
Oleh: Ali Akbar bin Agil
DEWASA ini,
tantangan dan rintangan yang harus dihadapi oleh orangtua dalam
mendidik putra-putrinya terasa berat. Beban ujian dan godaan datang
bertubi-tubi dari segala penjuru. Jika tidak pandai mendidik anak, bisa
saja mereka masuk dalam generasi gagal. Anak kita tidak dilahirkan
selaras dengan zaman kita.
Belajar dari seorang Wali Allah, Luqman, kita bisa belajar tentang
mendidik anak. Beliau membekali anaknya dengan iman, tauhid dan akidah
yang kokoh. Luqman mengajarkan putranya agar menjadi insan beriman,
memiliki kekokohan akidah, tidak menyekutukan Allah Subhanahu
Wata’aladengan apapun juga.
Luqman mengenalkan kepada putranya siapa yang telah menciptakannya,
menghidupkan, mematikan, dan memberi rezeki. Iman merupakan sumber
inspirasi, pembuka wawasan, dan ide-ide cemerlang. Sebagai inspirasi,
iman dapat membuat seseorang tergerak melakukan kebaikan dan menjauhi
kejahatan. Dengan inspirasi iman, seseorang akan memilki motivasi dalam
memenuhi seruan-seruan kebajikan.
Sejarah mengukir kisah orang-orang yang terdidik dengan pendekatan iman.
Dengan iman, Abu Bakar Ash-Shiddiq menyerahkan semua hartanya di
jalan Allah. Dengan iman pula, Umar bin Khattab sebagai Kepala Negara
siap sedia membawa gandum di pundaknya, ia serahkan kepada seorang
wanita yang papa. Dengan inspirasi iman, Ali bin Abi Thalib rela tidur
di pembaringan Sang Nabi di waktu rumahnya dikepung musuh.
Dengan inspirasi iman, seseorang akan mampu bangun di waktu malam,
bermunajah kepada Allah, di musim dingin sekalipun. Dengan kekuatan iman
juga, Sumayyah tetap berkomitmen menjaga tauhidnya meski harus
merelakan nyawa satu-satunya. Semuanya karena iman kepada Allah.
Dengan iman yang kuat, seseorang akan berusaha menghiasi diri dengan akhlak yang mulia.
Akhlak sangat penting dihadirkan dalam segala situasi dan kondisi.
Kemuliaan akhlak ada pada dorongan iman yang kuat. Kekuatan iman membuat
seorang anak selalu beretika dalam tiap tindak tanduknya, menghindari
perilaku-perilaku tercela. Dengan iman yang mantap, seorang anak yang
didik dengan metode ini, akan memilki rasa malu. Malu dalam melakukan
kejahatan.
Rasa malu nyaris lenyap dalam kehidupan kita. Ada seorang anak tidak
malu-malu membuat malu keluarga dengan perbuatan nistanya. Tanpa rasa
malu ia berbuat keji. Tanpa iman, seseorang akan ringan-ringan saja
melangkahkan kaki dalam perbuatan yang dimurkai Allah Subhanahu
Wata’ala.
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam memprioritaskan
pendidikan iman dalam dakwahnya. Beliau mengajarkan cara beriman dan
bertauhid kepada para sahabatnya yang kemudian ditularkan kepada
anak-anak mereka. Sebagai salah satu contoh kesuksesan orang tua memberi
asupan iman dan akidah yang kokoh kepada anaknya adalah Ali bin Abi
Thalib.
Akkisah, dalam suatu kesempatan, Zainab duduk bersama ayahnya di dalam kamar.
Sambil membelai-belai putrinya, sang ayah, Imam Ali, bertanya, “Dapatkah engkau mengucapkan kata ‘satu’ ?”
“Dapat…”, jawab Zainab dengan gaya kekanak-kanakan.
“Cobalah,” lanjut Imam Ali.
“Sa-tu.”
“Coba ucapkan lagi dua…”
Zainab diam, tidak menjawab.
“Cobalah, ucapkan sayang…!”, ayahnya mengulang pertanyaannya.
“Ayah,” kata Zainab, “aku tidak sanggup mengucapkan ‘dua’ dengan lidah yang sudah terbiasa mengucapkan “satu.”
Dalam kesempatan yang lain, pada suatu hari Zainab bertanya kepada ayahnya, “Ayah, benarkah ayah mencintai diriku?”
“Bagaimana tidak, bukankah engkau kesayanganku?”
Mendengar jawaban ayahnya seperti itu Zainab menyahut, “Seharusnya
cinta itu ditujukan kepada Allah, sedangkan diriku cukuplah kasih
sayang.”
Lihatlah bagaimana seorang anak di bawah umur sudah memahami iman
kepada Allah Subhanahu Wata’aladengan begitu dalam. Bandingkan dengan
kenyataan yang dialami anak-anak kita hari ini. Mungkin anak-anak kita
memiliki kecerdasan intelektual namun nihil kecerdasan spiritual.
Pendidikan yang bersendikan iman dan tauhid kepada Allah, akan
menjadikan anak-anak tahu mana yang baik dan buruk, mana yang diridhai
oleh Allah Subhanahu Wata’ala dan dimurkai-Nya, dan berusaha untuk
melakukan tindakan-tindakan yang baik, di mana pun ia berada, ke mana
pun ia melangkahkan kakinya.
Pada detik-detik kemangkatannya Nabi Ya`qub A`laihis Salaam tidak
bertanya tentang materi yang akan diperoleh oleh anak-anaknya. Beliau
menanyakan iman.
Allah Subhanahu Wata’ala merekam dengan sangat indah momen dialog Nabi Ya`qub dengan anak-anaknya.
أَمْ
كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ
مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُواْ نَعْبُدُ إِلَـهَكَ وَإِلَـهَ
آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَـهاً وَاحِداً
وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Adakah kamu hadir ketika Ya'qub
kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya:
“Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan
menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq,
(yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS: Al-Baqarah : 133).
Nabi
Ya`qub tidak bertanya soal apa yang akan dimakan sepeninggalnya, beliau
bertanya tentang iman. Iman tidak bisa diwariskan kepada anak-anak
kita. Kita dapat mengajarkan iman kepada anak-anak itu sejak dini,
sebagai bekal dalam menjalani kehidupan di dunia yang belakangan begitu
menyedihkan.
Pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan oleh Mohammad Fauzil Adhim dalam bukunya “Positive Parenting” (Cara-cara Islami Mengembangkan Karakter Positif Pada Anak Anda) berikut ini, patut menjadi renungan bagi kita semua.
“Seberapa gelisah kita hari ini? Apakah kita sibuk memperbanyak
tabungan agar mereka kelak tidak kebingungan cari makan sesudah kita
tiada? Ataukah kita bekali jiwanya dengan tujuan hidup, visi besar,
semangat yang menyala-nyala, budaya belajar yang tinggi, iman yang kuat
dan kesediaan untuk berbagi karena Allah?”
Penulis adalah pengajar di Pesantren Darut Tauhid, Malang
Red: Cholis Akbar
www.hidayatullah.com
Kewajiban berdakwah ada pada setiap muslim dan salah satu pahala yang terus menerus mengalir adalah ilmu yang bermanfaat. Indahnya saling amar ma'ruf nahi munkar. Indahnya memiliki Cinta dan Kasih karena Allah SWT. Indahnya kerinduan pada Rosullullah. Indahnya berfikir positif dan berprasangka baik. Indahnya zakat, infaq dan sodakoh bagi kemakmuran umat Islam dan akherat.Indahnya Islam sebagai agama tauhid pembawa rahmat sekalian alam.
No comments:
Post a Comment