Kamis, 8 Mar 07 13:51 WIB
Kirim teman
Washington Post edisi April 1984 memuat satu artikel tentang
pertemuan Presiden AS Ronald Reagan dengan seorang pelobi senior Yahudi dari
American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) bernama Tom Dine. Pertemuan itu berlangsung secara pribadi.
Kepada Tom Dine,
mantan Gubernur Negara Bagian California ini dengan serius berkata, “Anda tahu,
saya berpaling kepada nabi-nabi kuno Perjanjian Lama dan kepada tanda-tanda
yang meramalkan Perang Armageddon. Saya sendiri jadi bertanya-tanya, apakah
kita ini akan melihat semuanya itu terpenuhi. Saya tidak tahu. Apakah Anda
belakangan ini juga telah memperhatikan nubuat-nubuat para nabi itu… akan
tetapi, percayalah kepada saya, bahwa nubuat-nubuat itu menggambarkan masa-masa
yang sekarang ini sedang kita jalani. ” Tom Dine tersenyum dan mengangguk
pelan.
Presiden Reagan
merupakan presiden Amerika Serikat pertama yang memulai suatu tradisi baru
dalam protokoler Gedung Putih, di mana kebaktian, seminar keagamaan, dan
pertemuan-pertemuan dengan sejumlah tokoh gereja evangelikal Amerika sering
diadakan. Di masa Reagan-lah paham Zionis-Kristen masuk dalam lingkaran elit
pemerintahan Amerika. Seluruh kebijakan, terutama kebijakan Amerika di luar
negeri khususnya untuk wilayah Timur Tengah, sangat kental bernuansa Zionis.
Penerus Reagan,
George H. W. Bush, William J. Clinton, dan George W. Bush, merupakan
orang-orang yang sangat yakin tentang nubuat-nubuat (janji-janji atau
ramalan-ramalan) Tuhan seperti yang tercantum di dalam Injil Darby atau
Scofield, Injil resmi Amerika. Menurut keyakinan mereka, abad millennium
merupakan zaman akhir di mana suatu ketika akan terjadi Peperangan Besar
Terakhir (Armageddon) yang melibatkan seluruh dunia, antara Tentara Tuhan
melawan Pasukan Iblis. Kristus akan mengalahkan Anti-Christ. Dan setelah itu
dunia akan menjadi damai dan sejahtera hingga datangnya hari penghabisan.
Sebab itu,
dilandasi kepercayaan akan hari akhir seperti yang dinubuatkan dalam Injil
Darby, para presiden Amerika bekerja dengan sekuat tenaga untuk melapangkan
jalan bagi suatu hari di mana akan datang Kristus yang kedua kalinya. Karena
menurut kepercayaan mereka Kristus akan turun di tanah Palestina, maka mereka
berupaya untuk menguasai Tanah Palestina sepenuhnya dan memberikannya kepada
orang-orang Yahudi.
Kaum Zionis,
apakah mereka yang berada di Tanah Palestina maupun yang tersebar di Amerika
dan Eropa, sangat yakin bahwa era millenium ketiga ini merupakan pintu gerbang
pada akhir zaman. Entah sengaja atau tidak, kasus WTC 911, di mana Menara
Kembar WTC yang dilihat dari jauh bagaikan sebuah gerbang, diruntuhkan, maka
seakan terbukalah suatu era baru bagi keyakinan ini.
Segala daya upaya
mereka lakukan guna menghadapi datangnya Messiah yang mereka yakini akan
memimpin mereka dari Kuil Sulaiman untuk menaklukkan dunia.
Namun ada satu
anomali yang secara diametral bertentangan dengan keyakinan mereka ini. Di satu
sisi mereka mengaku sangat yakin akan bisa mengalahkan seluruh umat manusia,
wabilkhusus umat Islam, dan menjadi pemimpin dunia, namun di sisi lain mereka
juga berlomba-lomba menanami Tanah Palestina yang mereka duduki secara tidak
sah, dengan pohon ghorqod (nama latin: Nitraria retusa).
Ada sebuah hadits
shahih tentang hari akhir mengenai pohon ini: "Tidak akan terjadi kiamat
hingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi, lalu membunuh mereka, sehingga
seorang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon
berkata: Hai Muslim! Hai hamba Allah! Ini Yahudi di belakangku, kemarilah,
bunuhlah dia! Kecuali pohon ghorqod, maka itu adalah dari pohon-pohonnya orang
Yahudi. " (HR Muslim VII/188, Bukhari IV/51, Lu'lu' wa al-Marjan III/308)
Melihat ulah para
Zionis-Yahudi yang berlomba-lomba menanami Tanah Palestina dengan pohon
Ghorqod, maka kenyataan ini menjelaskan kepada kita bahwa kaum Yahudi itu
sesungguhnya memahami hakikat hari akhir, di mana mereka akan dikejar-kejar
oleh umat Islam dan hanya pohon Ghorqod-lah satu-satunya tempat yang bersedia
dipakai guna tempat persembunyian kaum Yahudi.
Proyek
Internasional Ghorqod
Tidak diketahui
secara pasti kapan kaum Zionis-Israel menanami Tanah Palestina dengan pohon
Ghorqod. Hanya saja, melalui website Jewish National Fund (www.jnf. Org), di
bagian JNF Store (Tress for Israel Certificate), disebutkan bahwa di Tanah
Palestina telah ditanami sebanyak 220 juta batang pohon Ghorqod.
Uniknya, dengan
serius dan profesional, kaum Zionis juga mengiklankan di dalam situs tersebut
bahwa siapa saja bisa membeli pohon Ghorqod secara online dan kemudian
menyumbangkannya ke Israel untuk ditanami di Tanah Palestina. Harga sebatang
pohon tersebut sebesar US$18, dan barangsiapa yang membeli tiga batang seharga
US$36 akan mendapat satu batang gratis.
Bukan itu saja,
pengepakkannya pun pembeli bisa memilih dengan memakai plastik (dikenai
tambahan biaya US$10 perbatang) atau dengan peti kayu (US$50 perbatang). Dan
untuk waktu pengirimannya, pembeli bisa memilih antara yang super cepat (US$30
perbatang, dijamin sampai di Tanah Palestina hanya dalam waktu 2 hari), cepat
(US$15 perbatang dengan waktu 3 hari), dan reguler (tidak disebutkan). Untuk
keterangan lebih lanjut, mereka juga menyediakan sebuah nomor hubungan
internasional (888) JNF-0099 dan 1-800-542-TREE. Hanya mata uang dollar AS yang
diterima sebagai pembayaran yang sah.
Pertanyaannya
kemudian, adakah orang Indonesia yang sudah memesan pohon ini untuk ditanam di
Tanah Palestina?(Rz)
No comments:
Post a Comment