Kamis, 14 Jun 07
06:22 WIB
Kirim teman
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh,
Ustadz yang
dirahmati Allah. Seperti kita ketahui bersama sekarang ini banyak jamaah-jamaah
di dalam Islam, seperti salafiah, tarbiyah, Jamaah Tabligh dan sebagainya.
Pertanyaan saya
adalah: harus memilih jamaah yang manakah saya, agar saya selamat dunia dan
akhirat? Dan berdosakah saya jika tidak berjamaah? Sebab ada hadits yang
menyebutkan agar kita berjamaah. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih.
Wasalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Csuntana
Jawaban
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Hadits tentang
wajibnya berjamaah itu memang benar. Hanya konteksnya di zaman sekarang ini
perlu kita pahami secara benar.
Apakah benar bahwa
siapa saja yang tidak ikut ke dalam kelompok-kelompok yang anda sebutkan itu,
lantas dianggap tidak akan masuk surga? Apakah kelompok-kelompok itu
representasi yang sah tentang sebuah jamaah yang dimaksud oleh Rasulullah SAW?
Pertanyaan ini
penting untuk dijawab. Mengapa?
Karena
seolah-olah bila kita tidak memilih salah satunya, kita ini bukan umat Islam.
Sebab ancamannya tidak akan masuk surga. Apakah seorang muslim tidak cukup
hanya menjadi umat Islam saja, tanpa harus ikut-ikutan menjadi anggota sebuah
kelompok jamaah tertentu?
Kelompok Bukan
Representasi Jamaah Muslim Sebenarnya berbagai macam kelompok umat Islam yang
ada sekarang ini, sama sekali bukan representasi dari jamaah muslim yang banyak
disebutkan di dalam hadits-hadits tentang jamaah.
Sebab
kelompok-kelompok itu tidak ada mirip-miripnya dengan jamaah muslimin yang
dahulu digagas dan dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW.
Di antara
beberapa perbedaan mendasar antara lain adalah:
1. Jamaah
muslimin di masa Rasulullah SAW hanya ada satu, tidak dua, tiga, empat atau
ribuan seperti yang ada sekarang ini.
2. Setiap umat
Islam di masa Rasulullah SAW otomatis dianggap sebagai anggota jamaah muslimin.
Tidak ada seorang muslim pun yang dianggap bukan anggota jamaah muslimin.
Berbeda di zaman
sekarang ini, di mana para petinggi kelompok tertentu ada yang sampai menuduh
bahwa orang yang tidak ikut ke dalam barisannya sebagai bukan umat Islam.
3. Di masa
Rasulullah SAW, bai'at bukanlah pintu gerbang untuk menjadi anggota jamaah
muslimin. Pintu gerbangnya hanya satu, yaitu mengikrarkan dua kalimat syahadat.
Adapun bai'at Aqabah I, Aqabah II, Bai'at Ridhwan, sama sekali tidak terkait
dengan keanggotaan para shahabat terhadap jamaah Rasulullah SAW.
Berbeda dengan
sebagian metode kelompok-kelpompok di masa sekarang ini yang menjadikan bai'at
sebagai pintu gerbang untuk menjadi anggotanya. Kalau belum dibai'at maka
dianggap belum menjadi anggota, hanya menjadi simpatisan semata.
Kalau bai'at itu
hanya dijadikan semata sebagai proses menjadi anggota sebuah kelompok atau
organisasi, mungkin tidak masalah. Tetapi kalau bai'at itu dipercaya sebagai
bagian dari apakah seorang itu dianggap berjamaah atau tidak secara syar'i,
maka pemahaman ini kontradiktif.
Sebab kalau ada
orang tidak ikut dalam kelompok itu, apakah boleh dianggap sebagai orang yang
tidak berjamaah sebagaimana hadits yang disabdakan oleh Rasulullah SAW?
Pemahaman ini akan menjerumuskan semua umat Islam sedunia ini sebagai bukan
bagian dari umat Islam, karena 1, 5 milyar (1.500.000.000) umat Islam di dunia
ini, tidak ada satu pun yang berstatus sudah berjamaah. Kecuali beberapa ribu
orang yang berbai'at kepada jamaah itu.
Pemahaman seperti
inilah yang pada gilirannya akan menggiring orang awam kepada pemahaman keliru
tentang takfir. Seolah-olah, siapa pun yang tidak ikut ke dalam kelompoknya,
berarti tidak berjamaah. Dan kalau tidak berjamaah, berarti akan masuk neraka.
Dan kalau pasti masuk neraka, bukanka berarti kelompok itu sudah mengkafirkan
seorang muslim?
Silahkan Ikut
Kelompok
Apa yang kami
sampaikan di atas bukan berarti kami melarang umat Islam untuk ikut aktif di
berbagai kelompok yang ada. Sama sekali tidak. Silahkan saja ikut berbagai
macam kelompok yang ada.
Tetapi yang
penting, jangan saling menjelekkan, jangan saling mencaci, jangan saling
menghina dan jangan saling menuduh kafir antara sesama kelompok di tengah umat.
Sebaliknya, semua kelompok itu, yang mana saja, wajib hukumnya untuk duduk
bersama serta saling bersinergi satu sama lain.
Jangan jalan
sendiri-sendiri seolah-olah tidak merasa butuh dengan saudaranya. Bukalah pintu
hati untuk keberadaan kelompok lainnya. Toh, tidak mungkin masalah umat Islam
ini dikerjakan sendirian saja. Kita butuh banyak tenaga yang mungkin tidak kita
miliki di dalam barisan kita sendiri. Mungkin tenaga itu justru ada di dalam
kelompok lain. Maka tidak ada yang salah kalau kelompok-kelompok itu saling
bekerja sama di semua bidang.
Toh tujuan mereka
sama, yaitu berjuang membela agama Islam dan menjadikan Islam sebagai agama
yang dianut dan dijalankan oleh umat.
Mengapa pula kita
harus saling gasak, saling gesek dan saling gosok? Bukankah tindakan dan sikap
negatif seperti itu malah bertentangan dengan karakteristik jamaah muslimin
yang digagas oleh Rasululah SAW?
Semoga Allah SWT
menyatukan umat Islam seluruhnya ke dalam satu barisan di belakang bendera
Rasulullah SAW, serta saling mengasihi satu sama lain, amin.
Wallahu a'lam
bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
No comments:
Post a Comment