www.eramuslim.com
Salah satu hadits yang menggambarkan
era penuh fitnah di akhir zaman tampaknya sangat sesuai dengan kondisi dunia
dewasa ini. Di dalamnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan
bahwa pada masa itu sulit sekali menemukan orang yang istiqomah. Yang
ada ialah orang-orang yang di pagi hari masih beriman kemudian di waktu sore ia
menjadi kafir. Demikian pula ada yang di waktu sore beriman namun keesokan hari
di waktu pagi ia telah menjadi kafir.
بَادِرُوا فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ
الْمُظْلِمِ
يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا
وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا
وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ
بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti
sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan
di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia
menjual agamanya dengan kesenangan dunia." (HR. Ahmad No. 8493)
Sikap tidak istiqomah kata Nabi shollallahu
‘alaihi wa sallam disebabkan karena orang pada masa itu lebih mengutamakan
kepentingan atau kemaslahatan dunia daripada memelihara keutuhan dien-nya
(agama) alias imannya. Orang seperti ini telah tenggelam ke dalam faham bahkan
ideologi materialisme.
Berdasarkan hadits ini berarti kita
dapat simpulkan bahwa seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat
atau mengaku muslim haruslah bersikap sangat waspada ketika ia menjalani era
penuh fitnah di Akhir Zaman. Ia harus memahami bahwa bentuk pelanggaran
terhadap Allah dapat berakibat kepada dua macam akibat. Pertama, ada
yang berakibat seseorang menjadi berdosa, namun di mata Allah dosanya itu tidak
menyebabkan dirinya keluar dari Islam. Artinya Allah masih tetap mengakui
eksistensi iman pelaku dosa tersebut. Ia masih tetap dipandang sebagai seorang
muslim atau seorang yang beriman.
Namun yang kedua, ada pula
jenis dosa yang tidak saja pelakunya dipandang telah bermaksiat kepada Allah, tetapi
bahkan mengakibatkan pelakunya tidak lagi dipandang masih beriman di mata
Allah. Artinya perbuatan dosa yang dilakukannya telah membatalkan imannya.
Allah menilai pelaku dosa tersebut telah keluar dari Islam alias menjadi kafir.
Inilah yang sangat perlu kita khawatirkan. Dan hadits di atas jelas
mengindikasikan fenomena ini. Jadi, di era penuh fitnah kita akan dengan mudah
melihat adanya orang-orang yang di pagi hari masih beriman, namun karena satu
dan lain hal, tiba-tiba di waktu sore ia telah menjadi kafir, copot imannya.
Demikian pula ada mereka yang di waktu sore masih beriman, namun entah apa yang
terjadi di malam harinya, tiba-tiba keesokan paginya ia telah menjadi kafir.
Di dalam kitabnya berjudul Dhawabith
At-Takfir ‘inda Ahlis-Sunnah wa Al-Jama’ah, Mas’ud bin Faisol menguraikan
sembilan Pembatal Keimanan yang disepakati oleh para ulama:
- Sombong dan menolak beribadah kepada Allah subhaanahu wa ta’ala, walaupun membenarkan dan mengakui kebenaran Islam
- Syirik dalam beribadah kepada Allah subhaanahu wa ta’ala
- Membuat perantara dalam beribadah kepada Allah subhaanahu wa ta’ala dan meminta pertolongan kepada selain Allah subhaanahu wa ta’ala
- Mendustakan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam atau membenci sesuatu yang beliau bawa walaupun ia melakukannya
- Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik atau ragu terhadap kekafiran mereka atau membenarkan mazhab (faham/keyakinan) mereka
- Memperolok-olok Allah subhaanahu wa ta’ala, Al-Qur’an, Al-Islam, pahala dan siksa, dan yang sejenisnya, atau mengolok-olok Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam atau salah seorang Nabi ‘alaihimus-salam, baik ketika bergurau ataupun sungguhan
- Membantu orang musyrik atau menolong mereka untuk memusuhi orang Islam
- Meyakini bahwa ada sebagian orang yang boleh keluar dari ajaran Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak wajib mengikuti ajaran beliau
- Meyakini ada petunjuk yang lebih sempurna daripada petunjuk Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam atau meyakini ada hukum yang lebih baik daripada hukum beliau yang berlandaskan syariat Allah subhaanahu wa ta’ala
Kita semua berlindung kepada Allah
dari perbuatan dosa, baik yang menyebabkan diri kita dipandang “sekadar”
bermaksiat kepada Allah, apalagi yang sampai menyebabkan diri kita tidak lagi
dipandang Allah masih merupakan seorang beriman. Na’udzubillahi min dzaalika.
No comments:
Post a Comment