www.eramuslim.com
Kamis,
8 Peb 07 17:29 WIB
Selasa, 6 Februari 2007, Zionis-Israel telah secara
terang-terangan memulai proyek penghancuran Masjidil Aqsha yang merupakan
masjid tersuci ketiga bagi umat Islam sedunia.
Jika sebelumnya kaum Zionis ini melakukan hal tersebut secara
diam-diam, bahkan menyangkalnya dengan berbagai dalih, namun di hari kedua
bulan Februari ini mereka telah menyatakan secara terbuka bahwa mereka memang
berniat menghancurkan masjid yang pernah menjadi kiblat pertama bagi kaum
Muslimin.
Upaya Zionis-Israel untuk menghancurkan Masjidil Aqsha sudah
lama diketahui dunia. Keinginan mereka untuk membangun kembali Haikal Sulaiman
(The Solomon Temple), di atas reruntuhan Masjidil Aqsha juga telah
menjadi rahasia umum. Hanya saja, apa dasar ideologi dan maksud-maksud
tersembunyi di balik penghancuran Masjidil Aqsha dan pendirian Haikal Sulaiman
tersebut, hal ini masih menjadi pertanyaan besar.
Klaim Sepihak
Haikal Sulaiman diyakini dibangun tahun 960 SM oleh Nabi
Sulaiman a.s, 370 tahun kemudian bangsa Babylonia menginvasi Yerusalem dan
menghancurkan kuil tersebut.
Setelah itu, tentara Persia
yang dipimpin Cyrus merebut Yerusalem dari tangan Babylonia
dan membangun kembali Haikal Sulaiman.
Tahun 70 M, pasukan Romawi menyerang Yerusalem dan menghancurkan
kembali Haikal Sulaiman rata dengan tanah.
Abad demi abad terus berjalan, namun cita-cita kaum Zionis-Yahudi untuk membangun kembali Haikal Sulaiman terus terpelihara dengan baik di dalam memori bangsanya.
Abad demi abad terus berjalan, namun cita-cita kaum Zionis-Yahudi untuk membangun kembali Haikal Sulaiman terus terpelihara dengan baik di dalam memori bangsanya.
Ketika gerakan Zionisme Internasional menyelenggarakan
kongresnya yang pertama di Bassel, Swiss, tahun 1897, memori ini menemukan
momentumnya dan Theodore Hertzl menyerukan agar semua Yahudi Diaspora
berbondong-bondong memenuhi Tanah Palestina yang disebutnya sebagai Tanah
Perjanjian.
Atas klaim sepihak, kaum Zionis ini mengatakan bahwa di bawah
tanah Masjidil Aqsha inilah Haikal Sulaiman berdiri. Sebab itu, mereka
mengatakan tidak ada pilihan lain kecuali menghancurkan Masjidil Aqsha dan
kemudian membangun kembali Haikal Sulaiman di atasnya.
Bagi kaum Zionis, Haikal Sulaiman merupakan pusat dari dunia. Bukan Makkah, bukan pula Vatikan. Haikal Sulaiman-lah
pusat seluruh kepercayaan dan pemerintahan segala bangsa. Keyakinan ini
bukanlah berangkat tanpa landasan.
Dalam keyakinan Yudaisme yang sesungguhnya
telah bergeser jauh dari Taurat yang dibawa oleh Musa a. S., bangsa Yahudi
meyakini bahwa di suatu hari nanti seorang Messiah (The Christ) akan
mengangkat derajat dan kedudukan bangsa Yahudi menjadi pemimpin dunia.
Kehadiran Mesiah inilah yang menjadi inti
dari semangat kaum Yahudi untuk memenuhi Tanah Palestina. Namun hal ini menjadi
perdebatan utama di kalangan Yahudi yang pro-Zionis dengan yang anti-Zionis.
Bagi yang pro-Zionisme, mereka menganggap
Kuil Sulaiman harus sudah berdiri untuk menyambut kedatangan Messiah yang akan
bertahta di atas singgasananya. Sedangkan bagi kaum Yahudi yang menolak
Zionisme, bagi mereka, Messiah sendirilah yang akan datang dan memimpin
pembangunan kembali Haikal Sulaiman yang pada akhirnya diperuntukkan bagi pusat
pemerintahan dunia (One World Order).
Mengenai benar tidaknya lokasi bekas
reruntuhan Kuil Sulaiman tepat berada di bawah Masjidil Aqsha, para sejarawan
masih berbeda pendapat. Beberapa peneliti bahkan meyakini bahwa wilayah bekas
berdirinya Kuil Sulaiman tersebut sesungguhnya berasa di luar kompleks Masjidil
Aqsha sekarang ini.
Sejak menjajah Yerusalem di tahun 1967,
kaum Zionis selalu berupaya merusak Masjidil Aqsha. Tahun 1969 sekelompok
Yahudi fanatik berupaya membakar Masjid ini. Mereka juga terus melakukan
penggalian di bawah tanah Masjidil Aqsha dengan alasan tengah melakukan riset
arkeologis.
Belum cukup dengan itu, di dalam
terowongan-terowongan yang digali, mereka juga mengalirkan air dalam jumlah
besar dengan tujuan menggoyahkan kekuatan tanah di bawah masjid agar pondasi
masjid menjadi rapuh. Akibatnya sekarang ini banyak pondasi masjid yang sudah
rapuh dan jika ada gempa bumi sedikit saja maka bukan mustahil Masjidil Aqsha
bisa runtuh.
Sekarang, tentara Zionis sudah secara
terang-terangan hendak menghancurkan Masjidil Aqsha. Mereka tidak lagi
mengeluarkan dalih macam-macam. Apakah ini merupakan tanda bahwa mereka sudah
yakin bahwa sebentar lagi Messiah yang dinanti-nantikan akan segera hadir?
Hari Akhir
Menyongsong berdirinya Kuil Sulaiman,
‘Presiden’ Zionis-Israel Moshe Katsav melayangkan sepucuk surat kepada Perdana
Menteri Vatikan yang berisi permintaan agar Tahta Suci Vatikan mengembalikan
seluruh harta karun dan benda-benda berharga yang kini memenuhi kompleks Tahta
Suci kepada mereka.
Kaum Zionis masih ingat betul, ketika di
tahun 70M, pasukan Romawi menyerbu Yerusalem dan memboyong banyak harta karun
dari Kuil Sulaiman dan membawanya ke Vatikan.
Jika harta karun sudah dikembalikan, maka
ada satu syarat lagi menjelang hadirnya Messiah, yakni mereka harus menemukan
dan menyembelih serta membakar seekor sapi betina berbulu merah berusia tiga
tahun dan belum pernah melahirkan anak.
Untuk yang satu ini pun kaum Zionis telah mempersiapkannya. Melalui suatu proses rekayasa genetika, di tahun 1997, mereka telah mendapatkan seekor sapi dengan ciri-ciri tersebut.
Untuk yang satu ini pun kaum Zionis telah mempersiapkannya. Melalui suatu proses rekayasa genetika, di tahun 1997, mereka telah mendapatkan seekor sapi dengan ciri-ciri tersebut.
Hanya saja, mereka terbentur satu
persyaratan lagi, yakni penyembelihan dan pembakaran sapi merah ini harus
dilakukan di atas kaki Bukit Zaitun.
Masalahnya, daerah ini sekarang belum bisa
dijajah Zionis-Israel seperti wilayah Palestina lainnya. Kaki Bukit Zaitun
masih berada di tangan yang berhak, yakni di tangan bangsa Palestina. Sebab
itu, kaum Zionis selalu berupaya tanpa lelah mengusir orang-orang Palestina
dari wilayah ini.
Memperdaya Pemeluk Kristen
Guna mencapai tujuannya, kaum Zionis tidak
berusaha sendirian. Mereka juga memperdaya musuh-musuhnya yakni umat Kristen
dan kaum Muslimin. Untuk memperdaya umat Kristiani, kaum Zionis menyusupkan
nilai-nilai Talmud ke dalam Bibel seperti yang terjadi atas Injil Scofield atau
Injil Darby.
Bahkan Injil versi King James sebagai Injil
resmi Barat pun demikian. Sebab itu, tidak aneh jika sekarang ini sikap politik
umat Kristiani seolah sama sebangun dengan kaum Yahudi. Padahal di dalam banyak
ayat-ayat Talmud, kaum Yahudi ini begitu keras permusuhannya terhadap Kristen
dan Yesus.
Keyakinan Injil juga menyebutkan tentang
hadirnya The Christ kembali ke muka bumi (Maranatha atau The
Second Coming) dalam wujud Tuhan seutuhnya. Kaum Yahudi menggiring opininya
bahwa Maranatha tidak akan terjadi sebelum Haikal Sulaiman berdiri kembali di
Yerusalem.
Kesamaan pandangan inilah yang membuat
orang-orang Kristen mendiamkan ulah kaum Zionis yang hendak menghancurkan
Masjidil Aqsha. Orang-orang Kristen ini telah terbius dengan retorika dan racun
Zionis sehingga tidak bisa bersikap kritis dan mereka lupa bahwa salah satu
agenda utama Zionis ini adalah juga meruntuhkan Tahta Suci Vatikan dan
memindahkannya ke Yerusalem.
Dari sisi hukum internasional, upaya
penghancuran Masjidil Aqsha juga tidak bisa dibenarkan. Berdasarkan Resolusi
DK-PBB Nomor 242 dan beberapa resolusi lainnya, rezim Zionis Israel wajib
melindungi masjid ini dan menuntut Zionis agar mundur dari seluruh wilayah Tepi
Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza, dan menyerahkan wilayah itu kepada penduduk
aslinya yang tak lain adalah rakyat Palestina. Namun dalam tataran praktek,
resolusi ini tidak dijalankan.
Menurut keyakinan Yahudi, jika Messiah
sudah bertahta di atas singgasana Haikal Sulaiman, maka Messiah itu akan
memimpin kaum Yahudi untuk memerangi siapa pun yang tidak mau tunduk pada The
New World Order, yakni si Yahudi itu sendiri. (Rz)
No comments:
Post a Comment