Kamis, 27 Sep 07 09:37 WIB
Kirim teman
Pak Ustad, saya telah melakukan zina lebih dari 5 pria. Saya menyesal sekali. Apakah ada pintu
ampunan untuk saya Pak? Saya
ingin bertobat tapi tidak tau harus mulai dari mana
EM
Jawaban
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Segala bentuk
dosa dari yang paling kecil sampai yang paling besar pasti akan diampuni oleh
Allah SWT. Karena Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Memberi ampunan kepada semua
hamba-Nya, asalkan hamba itu mau minta ampun. Dasarnya adalah sabda Rasulullah
SAW:
Sesungguhnya
Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat
orang-orang yang melakukan kesalahan di siang hari. Dan Allah membentangkan
Tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orang-orang yang melakukan
kesalahan pada malam hari” (HR Muslim).
Termasuk dosa
zina yang termasuk ke dalam kategori dosa besar, pasti Allah SWT ampuni. Dan
kisah wanita yang berzina lalu minta ampun, pernah terjadi di masa Rasulullah
SAW hidup, 14 abad yang lampau.
Menyesal atas
perbuatan binatangnya, wanita itu minta ampundengan sebenar-benar permintaan
ampun. Lalu Allah SWT
menerimapermintaan ampunnya. Maka wanita itu malah masuk surga. Bahkan
jenazahnya dihormati oleh Rasulullah SAW dan dipuji, serta dikatakan bila
ampunan untuknya masih dibagikan lagi kepada orang lain, maka orang lain pun
akan ikut mendapat ampunan.
Lengkapnya kisah
itu ada di dalam hadits berikut ini, silahkan simak baik-baik:
عن عبد الله بن بريدة عن أبيه قال كنت جالسا عند النبي صلى الله عليه وسلم فجاءته امرأة من غامد فقالت يا نبي الله إني قد زنيت وأنا أريد أن تطهرني فقال لها النبي صلى الله عليه وسلم أرجعي فلما أن كان من الغد أتته أيضا فاعترفت عنده بالزنا فقالت يا رسول الله إني قد زنيت وأنا أريد أن تطهرني فقال لها النبي صلى الله عليه وسلم ارجعي فلما أن كان من الغد أتته أيضا فاعترفت عنده بالزنا فقالت يا نبي الله طهرني فلعلك أن تردني كما رددت ماعز بن مالك فوالله إني لحبلى فقال لها النبي صلى الله عليه وسلم ارجعي حتى تلدي فلما ولدت جاءت بالصبي تحمله فقالت يا نبي الله هذا قد ولدت قال فاذهبي فأرضعيه حتى تفطميه فلما فطمته جاءت بالصبي في يده كسرة خبز قالت يا نبي الله هذا قد فطمته فأمر النبي صلى الله عليه وسلم بالصبي فدفعه إلى رجل من المسلمين وأمر بها فحفر لها حفرة فجعلت فيها إلى صدرها ثم أمر الناس أن يرجموها فأقبل خالد بن الوليد بحجر فرمى رأسها فنضح الدم على وجنة خالد فسبها فسمع النبي صلى الله عليه وسلم سبه إياها فقال مهلا يا خالد بن الوليد لا تسبها فوالذي نفسي بيده لقد تابت توبة لو تأبها صاحب مكس لغفر له فأمر بها فصلى عليها ودفنت
Dari Abdullah
ibnu Buraidah dari ayahnya berkata, "Aku pernah duduk di sisi nabi SAW,
lalu seorang wanita dari Ghamid datang menemui Rasulullah dan berkata,
"Nabiyallah, sesunguhnya aku telah berzina, dan aku ingin Anda mensucikan
diriku (merajam)." NamunRasulullah berkata kepadanya,
"Pulanglah." Maka wanita itu pun pulang.
Keesokan harinya,
wanitai tu datang kembali kepada Rasulullah dan kembali membuat pengakuan zina.
Dia berkata, "Nabiyallah, sesunguhnya aku telah berzina, dan aku ingin
Anda mensucikan diriku (merajam)." NamunRasulullah berkata kepadanya,
"Pulanglah." Maka wanita itu pun pulang.
"Ya
Nabiyallah, rajamlah diriku. Apakah Anda menolakku sebagaimana menolak
pengakuan Ma'iz bin Malik? Demi Allah, saat ini aku sedang hamil."
Rasulullah
mengatakan, "Pulanglah, sampai kamu melahirkan anakmu"
Seusai
melahirkan, wanita itu kembali menghadap Rasulullah sambil menggendong bayinya
itu seraya melapor, "Inilah bayi yang telah aku lahirkan."
Beliau bersabda,
"Pergilah, dan susuilah bayi ini hingga disapih."
Setelah disapih,
wanita tersebut kembali menghadap beliau dengan membawa bayinya yang di
tangannya memegang sekerat roti. wanita itu berkata, "Ya nabiyallah, aku
telah menyapihnya."
Akhirnya,
Rasululah pun mempercayai pengakuan wanita itu, lalu menyerahkan anak itu
kepada seorang pria dari kalangan ummat Islam, dan kemudian beliau
memerintahkan agar menggali lubang sampai di atas dada, lalu memerintahkan
orang-orang untuk merajam wanita tersebut.
Saat itu Khalid
bin Walid membawa batu di tangannya lantas melemparkannya ke arah kepala wanita
itu hingga darahnya memuncrat mengenai wajah Khalid. Khalid pun memaki wanita
itu. Akan tetapi RasuluLlah mengatakan,
"Sabar wahai
Khalid! Demi Dzat yang jiwaku ada di tangannya, sungguh dia telah bertaubat
dengan taubat yang seandainya dilakukan oleh seorang pemungut cukai (pajak),
niscaya ia akan diampuni."
Maka Rasulullah
SAW memerintakan untuk memandikan jenazahnya, dan menshalatkan dan
menguburkannya. (HR Ahmad dalam musnad Ahmad jilid 5 halaman 348 hadits nomor
22999).
Dan dalam riwayat
yang lain, ketika Rasulullah menshalatkan wanita Al-Ghamidziyah ini, Ummar bin
Khathab terheran,
"Engkau
menshalatinya, wahai RasuluLlah? Padahal ia telah berzina." RasuluLlah
menjawab, "Dia telah bertaubat dengan taubat yang sekiranya dibagikan
kepada 70 penduduk Madinah, niscaya mencukupinya. Apakah engkau menemukan
taubat yang lebih baik daripada orang yang menyerahkan jiwanya kepada
Allah?" (HR Muslim, XI/347)
Syarat Taubat
Penting untuk
diperhatikan bahwa dosa besartidak bisa gugur dan diampuni begitu saja hanya
dengan beristighfar, namun harus lewat taubat. Sedangkan syarat taubat adalah:
1. Meninggalkan
dosa tersebut.
Sebelum taubat
dilakukan, seorang yang berdosa harus berhenti dulu dari melakukan
dosa-dosanya. Sebagaimana Ibnul-Qoyyim katakan: ”Taubat mustahil terjadi,
sementara dosa tetap dilakukan”.
2. Menyesal atas
perbuatannya
Bukan cuma
berhenti dari dosa, tetapi harus muncul sebuah perasaan sesal di dalam hati
yang paling dalam atas dosa itu. Rasulullah bersabda: ”Menyesal adalah taubat”.
3. Berazzam untuk
tidak mengulangi lagi.
Ibnu Mas’ud
berkata: ”Taubat yang benar adalah: Taubat dari kesalahan yang tidak akan
diulangi kembali, bagaikan mustahilnya air susu kembali pada kantong susunya
lagi.”
4. Ikhlash.
Ibnu hajar
berkata: “Taubat tidak sah kecuali dengan ikhlash”. Allah berfirman:
“Hai orang-orang
yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya”
(QS. At Tahrim [66]: 8 ).
Yang dimaksud
taubat yang murni adalah taubat yang ikhlash.
5. Dilakukan pada
masa diterima-nya taubat, yaitu sebelum saat sakarotul maut (kematian) dan
sebelum matahari terbit dari barat atauqiamat terjadi.
“Dan tidaklah
taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang)
hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia
mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang” (QS. An-Nisaa [4]: 18).
Rasulullah
bersabda:
“Sesungguhnya
Allah menerima taubat seorang hamba, selama belum dalam sakarotul-maut” (HR Tirmidzi).
Barang siapa yang
bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, Allah akan menerima taubatnya”
(HR Muslim).
Apakah Harus
Minta Dirajam?
Benar, seorang
yang telah bertaubat kepada Allah SWT, maka dia harus merelakan dirinya untuk
dihukum sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Bila si pelaku zina sudah pernah
menikah sebelumnya, maka hukumannya adalah hukuman rajam. Bentuknya seperti
yang disebutkandalam hadits di atas, dilempari batu hinggamati.
Sedangkan bila si
pelaku zina belum pernah menikah sebelumnya, maka hukumannya lebih ringan,
yaitu dicambuk 100 kali dan diasingkan selama satu tahun. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT:
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِئَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُم بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ
Perempuan yang
berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan dari orang-orang yang beriman. (QS. An-Nuur: 2)
Di Indonesia
Tidak Ada Hukum Rajam
Bila di negeri
kita tidak ada hukum rajam, maka tidak perlu dilakukan secara pribadi. Sebab
hukum rajam hanya boleh dilakukan bilamana suatu negara secar resmi
membelakukannya. Hanya dalam kapasitas negara saja hukum rajam ini boleh
dilakukan.
Kewajibannya ada
di pundak kepala negara dan orang-orang yang duduk di dalam struktur
pemerintahan, termasuk anggota DPR yang kerjanya membuat hukum dan
undang-undang.
Sedangkan
institusi swasta, ormas, gerakan agama, yayasan, apalagi sosok ustadz yang
bersifat individu, sama sekali tidak punya hak apalagi wewenang untuk
menjalankan hukum rajam.
Maka bagi seorang
yang berzina sementara di negaranya tidak berlaku hukum rajam, cukuplah
bertubat. Namun dirinya harus siap bila suatu ketika berlaku hukum rajam.
Wallahu a'lam
bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
No comments:
Post a Comment