Thursday 11 April 2013

Perbedaan Penafsiran Wafatnya Nabi Isa Dalam Al-Qur'an


Minggu, 27 Jul 08 04:45 WIB
Assalamu'alaikum Warohmatulloh,
Pak Ustadz, saya sangat awam dengan penafsiran dan terjemah Al-Qur'an. Mohon kejelasannya.
QS 4:158: Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya[379]. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Berarti Alloh SWT langsung mengangkat Nabi Isa AS.
QS 3:55: (Ingatlah), ketika Allah berfirman, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya
Berarti Alloh SWT, membuat Nabi Isa AS wafat (akhir ajal), baru kemudian mengangkatnya.
QS 5:117: Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu, "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu
Berarti nabi Isa AS (saat ini) sudah diwafatkan.
Dari ke-3 ayat tadi, bagaimana sebenarnya, Nabi Isa AS saat ini sudah wafat, atau masih hidup (belum wafat), tetapi sedang diangkat oleh Alloh SWT.
Mohon penjelasannya.
Wassalamu'alaikum warohmatulloh.
Sudrajat, ST
neo_ajat
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Memang benar bahwa adabeberapa keterangan saling berbeda tentang wafat atau dinaikkannya nabi Isa alaihissalam. Bahkan di dalam Al-Quran sendiri secara sepintas terdapat tiga keterangan. Satu sama lain sepintas terkesan saling berbeda. Wajar banyak orang yang agak dibikin bingung dengan hal ini. Bahkan para mufassirin sekali pun masih berbeda pendapat dalam masalah yang satu ini. Dan semua ini normal saja, karena yang namanya ijtihad bukan barang asing di dalam khazanah keilmuan Islam.
Namun kita tidak perlu khawatir, sebab masalah ini tidak terkait dengan masalah keimanan yang fundamental, melainkan lebih kepada tsaqafah yang bersifat umum. Perbedaan pendapat atau ketidak-tahuan akan masalah ini, sama sekali tidak akan mempengaruhi syahadat dan iman kita kepada agama ini.
Meski tidak terkait dengan urusan masalah iman yang paling fundamental, tidak ada salahnya kita ikut mengkaji beberapa kitab tafsir, untuk sekedar mengetahui adanya perbedaan pendapat itu di kalanganpara ulama.
Ketiga ayat yang terkesan berbeda itu adalah:
إذْ قَالَ الله يا عِيسَى إنَّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الذِينَ كَفَرُوا
(Ingatlah), ketika Allah berfirman, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya." (QS Ali Imran: 55)
ومَا قَتَلُوهُ يَقِينًا بَلْ رَفَعَهُ الله إِلَيْهِ سورة النساء: 157 ـ 158
Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS An-Nisa: 58)
فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ سورة المائدة: 117
< Al-Maidah: (QS sesuatu. segala atas Menyaksikan Maha adalah Engkau Dan mereka. mengawasi yang Engkau-lah aku, (angkat) wafatkan setelah>
Yang dimaksud Allah mematikan nabi Isa 'alaihissalam dalam ayat ini adalah pada saat kiamat datang nanti. Di mana semua makhluk yang bernyawa akan menghadapi kematian pada akhirnya.
Sedangkan ayat pertama dan kedua, memberikan penjelasan bahwa nabi Isa alaihissalam itu tidak dibunuh oleh para Yahudi. Juga menegaskan bahwa beliau tidak pernah disalib, seperti keyakinan para Nasrani di zaman sekarang ini. Semoga Allah menyadarkan mereka.
Khusus ayat pertama, para ulama berbeda pendapat tentang masalah pengangkatan dan pewafatan beliau. Manakah yang lebih dahulu, apakah diangkat terlebih dahulu baru diwafatkan, ataukah sebaliknya.
Mengapa demikian?
Sebab menurut para mufassir, antara wafat dan pengangkatan dalam ayat itu dihubungkan dengan harfu-'athf yaitu al-waw. Huruf ini tidak secara eksplisit bermakna urutan kejadian, melainkan bisa saja keduanya adalah satu kesatuan.
Dengan demikian, ada pendapat di kalangan mufassirin bahwa nabi Isa diangkat ke langit terlebih dahulu, baru diwafatkan. Baik diwafatkan saat di langit itu, atau bisa saja diwafatkan nanti pada hati kiamat, di mana semua orang juga akan diwafatkan.
Sementara itu juga ada pendapat di kalangan mufassirin yang mengatakan bahwa nabi Isa diwafatkan terlebih dahulu baru diangkat ke langit. Namun makna diwafatkan di dalam ayat itu bukan wafat sebenarnya, melainkan hanya dibuat tertidur.
Penafsiran makna wafat menjadi tidur bukan sekedar mengada-ada, lantaran di dalamAl-Quran Allah menjelaskan hal tersebut, seperti yang terdapat dalam ayat-ayat berikut ini:
الله يَتَوَفَّى الأنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (QS Az-Zumar: 42)
وَهُوَ الذِي يَتَوَفَّاكُم بِاللَّيْل ويَعْلَم مَا جَرَحْتُم بِالنَهَار ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَى أَجَلٌ مُسَمَّى
Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. (QS Al-An'am: 60)
Mengapa mereka menafsirkan bukan wafat sesungguhnya, melainkan hanya ditidurkan?
Sebab bila diwafatkan dulu baru diangkat ke langit, agak mengusik logika. Bukankah Allah melakukan semua itu dalam rangka menyelamatkan beliau dari upaya pembunuhan? Lalu mengapa dimatikan? Bukankah tujuan penyelamatan itu agar terhindar dari kematian?
Di sisi lain, kita juga mendapatkan riwayat dari sumber yang shahih, keterangan tentang akan turunnya nabi Isa kembali ke muka bumi. Yaitu pada saat menjelang terjadinya hari kiamat. Keterangan ini adlah hadits yang derajat keshahihannya disepakati oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim, penyusun kitab tershahih kedua dan ketiga setelah Al-Quran.
والذي نفسي بيده ليُوشِكَنَّ أن ينزل فيكم ابن مريم حَكَمًا عدلاً مُقْسطًا، فيكسر الصليب، ويقتل الخنزير ويضع الجزية ويَفيض المال حتى لا يَقبَلَه أحَدٌ
Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, nyaris akan segera turun Nabi Isa kepada kalian untuk menjadi hakim yang adil. Maka beliau akan menghancurkan salib, membunuh babi, menetapkan jizyah, dan harta akan berlimpah sehingga tidak ada seorangpun yang akan menerimanya." (HR Bukhari dan Musim).
Bila hadits ini dikaitkan dengan ayat-ayat di atas, maka gambaran yang paling dekat adalah bahwa beliau alaihissalam belum dimatikan, namun ada di atas.
Perbedaan Pendapat tentang Makna Pengangkatan
Para ulama tafsir juga berbeda pendapat tentang makna pengangkatan, apakah maksudnya beliau diangkat ke langit ataukah diangkat derajatnya.
Ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa beliau bukan dinaikkan ke langit, melainkan ditinggikan derajatnya saja. Namun pendapat ini dibantah, lantaran semua nabi pun juga diangkat derajatnya. Sehingga untuk apa Allah menyebutkan secara khusus tentang pengangkatan Nabi Isa?
Sebagian lagi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pengangkatan itu adalah diangkatnya jasad beliau ke atas. Dalam hal ini kalau dikatakan 'atas' biasanya adalah langit. Namun tidak ada kejelasan yang pasti, apakah yang dimaksud itu di dalam atmosfir bumi, di luar atmoster, di lingkungan tata surya (solar system), di lingkungan galaksi kita atau mungkin saja jauh di luar dari galaksi kita.Semua nash Al-Quran menyebutkan semua wilayah itu dengan satu ungkapan, yaitu langit.
Tetap Sebuah Perbedaan
Namun yang harus kita sadari adalah bahwa sebanyak apapun perbedaan yang berkembang di tengah para ulama, ada beberapa hal yang perlu kita ingat.
1. Semua perbedaan pendapat itu berangkat dari dalil yang shahih, Baik Al-Quran maupun sunnah. Seandainya terjadi perbedaan pendapat, bukan karena kesalahan dalilnya, melainkan kekurangan para ulam dalam memahaminya.
2. Semua yang diperdebatkan ini sama sekali jauh dari lingkaran wilayah keimanan yang mendasar, sehingga pendapat manapun yang kita pilih, selama masih dilandasi sumber-sumber yang shahih, tidak akan menggugurkan iman.
3. Untuk lebih mendalam lagi pembahasan ini, silahkan anda buka kitab At-Taudhih fi Tawatur Maa Jaa'a fi Al-Muntadhzar Waddajjal Walmasih, karya Al-Imam Asy-Syaukani. Juga kitab Syarah Az-Zarqani'ala Al-Mawahib Al-Ladunniyah jiid 1 halaman 34 dan 35.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.

No comments:

Post a Comment