Minggu,
27 Jul 08 04:45 WIB
Assalamu'alaikum Warohmatulloh,
Pak Ustadz, saya sangat awam dengan penafsiran dan terjemah
Al-Qur'an. Mohon kejelasannya.
QS
4:158: Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya[379].
Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Berarti Alloh SWT langsung mengangkat Nabi Isa AS.
QS 3:55: (Ingatlah), ketika Allah berfirman, "Hai Isa,
sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan
orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari
kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu
tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya
Berarti Alloh SWT, membuat Nabi Isa AS wafat (akhir ajal), baru
kemudian mengangkatnya.
QS 5:117: Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali
apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu, "Sembahlah
Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka,
selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku,
Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas
segala sesuatu
Berarti nabi Isa AS (saat ini) sudah diwafatkan.
Dari ke-3 ayat tadi, bagaimana sebenarnya, Nabi Isa AS saat ini
sudah wafat, atau masih hidup (belum wafat), tetapi sedang diangkat oleh Alloh
SWT.
Mohon penjelasannya.
Wassalamu'alaikum warohmatulloh.
Sudrajat, ST
neo_ajat
neo_ajat
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Memang benar bahwa adabeberapa keterangan saling berbeda tentang
wafat atau dinaikkannya nabi Isa alaihissalam. Bahkan di dalam Al-Quran
sendiri secara sepintas terdapat tiga keterangan. Satu sama lain sepintas
terkesan saling berbeda. Wajar banyak orang yang agak dibikin bingung dengan
hal ini. Bahkan para mufassirin sekali pun masih berbeda pendapat dalam masalah
yang satu ini. Dan semua ini normal saja, karena yang namanya ijtihad bukan
barang asing di dalam khazanah keilmuan Islam.
Namun kita tidak perlu khawatir, sebab masalah ini tidak terkait
dengan masalah keimanan yang fundamental, melainkan lebih kepada tsaqafah yang
bersifat umum. Perbedaan pendapat atau ketidak-tahuan akan masalah ini, sama
sekali tidak akan mempengaruhi syahadat dan iman kita kepada agama ini.
Meski tidak terkait dengan urusan masalah iman yang paling
fundamental, tidak ada salahnya kita ikut mengkaji beberapa kitab tafsir, untuk
sekedar mengetahui adanya perbedaan pendapat itu di kalanganpara ulama.
Ketiga ayat yang terkesan berbeda itu adalah:
إذْ قَالَ الله يا عِيسَى إنَّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الذِينَ كَفَرُوا
(Ingatlah), ketika Allah berfirman, "Hai Isa, sesungguhnya
Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku
serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang
yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian
hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal
yang selalu kamu berselisih padanya." (QS Ali Imran: 55)
ومَا قَتَلُوهُ يَقِينًا بَلْ رَفَعَهُ الله إِلَيْهِ سورة النساء: 157 ـ
158
Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya.
Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS An-Nisa: 58)
فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ سورة المائدة: 117
<
Al-Maidah: (QS sesuatu. segala atas Menyaksikan Maha adalah Engkau Dan mereka.
mengawasi yang Engkau-lah aku, (angkat) wafatkan setelah>
Yang dimaksud Allah mematikan nabi Isa 'alaihissalam dalam ayat
ini adalah pada saat kiamat datang nanti. Di mana semua makhluk yang bernyawa
akan menghadapi kematian pada akhirnya.
Sedangkan ayat pertama dan kedua, memberikan penjelasan bahwa
nabi Isa alaihissalam itu tidak dibunuh oleh para Yahudi. Juga menegaskan bahwa
beliau tidak pernah disalib, seperti keyakinan para Nasrani di zaman sekarang
ini. Semoga Allah menyadarkan mereka.
Khusus ayat pertama, para ulama berbeda pendapat tentang masalah
pengangkatan dan pewafatan beliau. Manakah yang lebih dahulu, apakah diangkat
terlebih dahulu baru diwafatkan, ataukah sebaliknya.
Mengapa demikian?
Sebab menurut para mufassir, antara wafat dan pengangkatan dalam
ayat itu dihubungkan dengan harfu-'athf yaitu al-waw. Huruf ini
tidak secara eksplisit bermakna urutan kejadian, melainkan bisa saja keduanya
adalah satu kesatuan.
Dengan demikian, ada pendapat di kalangan mufassirin bahwa nabi
Isa diangkat ke langit terlebih dahulu, baru diwafatkan. Baik diwafatkan saat
di langit itu, atau bisa saja diwafatkan nanti pada hati kiamat, di mana semua
orang juga akan diwafatkan.
Sementara itu juga ada pendapat di kalangan mufassirin yang
mengatakan bahwa nabi Isa diwafatkan terlebih dahulu baru diangkat ke langit.
Namun makna diwafatkan di dalam ayat itu bukan wafat sebenarnya, melainkan
hanya dibuat tertidur.
Penafsiran makna wafat menjadi tidur bukan sekedar mengada-ada,
lantaran di dalamAl-Quran Allah menjelaskan hal tersebut, seperti yang terdapat
dalam ayat-ayat berikut ini:
الله يَتَوَفَّى الأنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa
(orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang
telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu
yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (QS Az-Zumar: 42)
وَهُوَ الذِي يَتَوَفَّاكُم بِاللَّيْل ويَعْلَم مَا جَرَحْتُم بِالنَهَار ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَى أَجَلٌ مُسَمَّى
Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui
apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada
siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada
Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu
kerjakan. (QS Al-An'am: 60)
Mengapa mereka menafsirkan bukan wafat sesungguhnya, melainkan
hanya ditidurkan?
Sebab bila diwafatkan dulu baru diangkat ke langit, agak
mengusik logika. Bukankah Allah melakukan semua itu dalam rangka menyelamatkan
beliau dari upaya pembunuhan? Lalu mengapa dimatikan? Bukankah tujuan
penyelamatan itu agar terhindar dari kematian?
Di sisi lain, kita juga mendapatkan riwayat dari sumber yang
shahih, keterangan tentang akan turunnya nabi Isa kembali ke muka bumi. Yaitu
pada saat menjelang terjadinya hari kiamat. Keterangan ini adlah hadits yang
derajat keshahihannya disepakati oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim, penyusun
kitab tershahih kedua dan ketiga setelah Al-Quran.
والذي نفسي بيده ليُوشِكَنَّ أن ينزل فيكم ابن مريم حَكَمًا عدلاً مُقْسطًا، فيكسر الصليب، ويقتل الخنزير ويضع الجزية ويَفيض المال حتى لا يَقبَلَه أحَدٌ
Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, nyaris akan segera
turun Nabi Isa kepada kalian untuk menjadi hakim yang adil. Maka beliau akan
menghancurkan salib, membunuh babi, menetapkan jizyah, dan harta akan berlimpah
sehingga tidak ada seorangpun yang akan menerimanya."
(HR Bukhari dan Musim).
Bila hadits ini dikaitkan dengan ayat-ayat di atas, maka gambaran
yang paling dekat adalah bahwa beliau alaihissalam belum dimatikan, namun ada
di atas.
Perbedaan Pendapat tentang Makna Pengangkatan
Para ulama tafsir juga berbeda pendapat tentang makna
pengangkatan, apakah maksudnya beliau diangkat ke langit ataukah diangkat
derajatnya.
Ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa beliau bukan
dinaikkan ke langit, melainkan ditinggikan derajatnya saja. Namun pendapat ini
dibantah, lantaran semua nabi pun juga diangkat derajatnya. Sehingga untuk apa
Allah menyebutkan secara khusus tentang pengangkatan Nabi Isa?
Sebagian lagi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pengangkatan
itu adalah diangkatnya jasad beliau ke atas. Dalam hal ini kalau dikatakan
'atas' biasanya adalah langit. Namun tidak ada kejelasan yang pasti, apakah
yang dimaksud itu di dalam atmosfir bumi, di luar atmoster, di lingkungan tata
surya (solar system), di lingkungan galaksi kita atau mungkin saja jauh
di luar dari galaksi kita.Semua nash Al-Quran menyebutkan semua wilayah itu
dengan satu ungkapan, yaitu langit.
Tetap Sebuah Perbedaan
Namun yang harus kita sadari adalah bahwa sebanyak apapun
perbedaan yang berkembang di tengah para ulama, ada beberapa hal yang perlu
kita ingat.
1. Semua perbedaan pendapat itu berangkat dari dalil yang
shahih, Baik Al-Quran maupun sunnah. Seandainya terjadi perbedaan pendapat,
bukan karena kesalahan dalilnya, melainkan kekurangan para ulam dalam
memahaminya.
2. Semua yang diperdebatkan ini sama sekali jauh dari lingkaran
wilayah keimanan yang mendasar, sehingga pendapat manapun yang kita pilih,
selama masih dilandasi sumber-sumber yang shahih, tidak akan menggugurkan iman.
3. Untuk lebih mendalam lagi pembahasan ini, silahkan anda buka
kitab At-Taudhih fi Tawatur Maa Jaa'a fi Al-Muntadhzar Waddajjal Walmasih, karya
Al-Imam Asy-Syaukani. Juga kitab Syarah Az-Zarqani'ala Al-Mawahib
Al-Ladunniyah jiid 1 halaman 34 dan 35.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
No comments:
Post a Comment