Wednesday 10 April 2013

Menghadapi Orientalis


Selasa, 4 Des 07 07:25 WIB
Assalamu'alaikum Pak Ustad,
Saya mempunyai teman-teman dari negara-negara asing. Salah satunya, teman dari Italia. Dia berasal dari Universitas Orientale. Yang cukup saya kagetkan adalah kebenciannya terhadap sistem negara Indonesia yang mayoritas Muslim ini. Dia selalu mencari celah khususnya dari sistem Islam umat Islam di Indonesia yang memang sedang dalam kondisi belum bagus.
Apalagi, saya berjilbab dan satu2nya di sini. Sebenarnya, bagaimana kiat-kiat menghadapi orientalis yang selalu sibuk mencampuri urusan orang lain? Berdebat ujung-ujungnya jadi bertengkar Pak.
Terima Kasih.
Wassalamu'alaikum
Antiar
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Anda tidak perlu kaget kalau berhadapan dengan para orientalis. Memang peran dan tugas mereka adalah menjelek-jelekkan agama Islam serta menyebarkan pemikiran yang membuat orang semakin salah kaprah dalam memandang syariah Islam.
Sebagai ilmuwan, mereka tidak punya pedang, tombak dan bedil. Sehingga mereka tidak seperti agresor Israel yang datang untuk menjajah dan merampas negeri Islam. Senjata perang mereka adalah mulut dan pena mereka. Tapi justru jauh lebih berbahaya dan dahsyat dampaknya.
Yang lebih merepotkan, para orientalis itu sekarang sudah punya kader yang jumlahnya puluhan ribu. Kader-kader itu beragama Islam, berkulit coklat dan berbahasa Indonesia. Mereka adalah para jebolan dari berbagai perguruan tinggi di Eropa, Amerika dan Australia yang diberi guyuran bea siswa.
Mereka berangkat ke negeri-negeri kafir itu untuk mengaji dan belajar agama Islam kepada dedengkot yahudi aliran hitam yang menjadi guru besar dan profesor mereka.
Dan ketika pulang, diberi gelar yang memberhala sebagai cendekiawan muslim.
Lalu masuk ke berbagai instansi pemeritahan, baik Departemen Agama dengan jaringan IAIN-nya di seluruh Indonesia atau pun berbagai Departemen serta instansi pemerintahan resmi lainnya. Mereka kemudian menjadi para penentu kebijakan di negeri dengan 200 juta penduduk muslim.
Di IAIN saja, para murid orientali itu jadi pejabat dan penentu kebijakan. Maka kalau anda saksikan para mahasiswa IAIN banyak yang aqidahnya melenceng, anti Islam, ingkar Allah dan ingkar Nabi, jangan kaget. Kalau mereka mengatakan bahwa kampus mereka adalah daerah bebas tuhan, jangan sakit hati dulu. Memang begitulah mesin pengkafiran berlangsung di negeri ini.
Para orientalis itu memang tercipta untuk menjadi pengacau dan perusak ajaran agama Islam, orang betawi bilang, "Nggak ada matinye."
Jadi sebaiknya jangan diladeni, karena mungkin hanya buang-buang umur saja. Toh mereka tidak akan sadar, apalagi masuk Islam. Bukan berarti kita menutup pintu hidayah, sebab memang ada beberapa gelintir orientalis yang pada akhirnya tobat, sadar dan masuk Islam dengan kesadaran.
Tapi dari sejuta orientalis, mungkin cuma dua atau tiga orang saja yang bernasib baik. Selebihnya?Tidak lebih dari pabrik limbah pemikiran. Sama sekali kita tidak pernah punya rasa hormat dengan mereka. Karena semua yang mereka katakan tidak lain hanyalah racun pemikiran yang mengajak kepada kesesatan dan adzab neraka jahannam. Tidak ada gunanya dan hanya bikin bibir jontor.
Semua Argumentasi Orintalis Lemah
Satu hal yang perlu anda ketahui, tidak ada satu pun argumentasi para orientalis yang benar-benar ilmiyah. Kalau mereka bicara tafsir, jelas tafsir yang ngawur. Kalau bicara sejarah, maka sejarah yang dipalsukan dan ditakwilkandengan metode yang menyalahi kaidah imu sejarahsaja. Apalagi kalau mereka bicara fiqih, jelas tidak tepat, karena mereka sebenarnya agak kurang pengetahuan tentang ilmu fiqih.
Bahkan sebagian besar orientalis itu tidak bisa bahasa arab, kecuali hanya segelintir saja. Maka wajar kalau mereka sebenarnya tidak pernah sampai kepada titik kebenaran yang hakiki. Bicara tentang Islam tapi buta huruf arab, aneh bin ajaib.
Tapi yang lebih perlu kita sedihkan dan turut berduka cita adalah kalau kita melihat tindakan aneh para budak oritentalis, yaitu kalangan sekuler dan aktifis pemikiran liberal di negeri ini. Kelakuan mereka menunjukkan gejala kurang percaya diri kepada ajaran Islam, tidak PD, malu, minder dan phobi. Gejala minus seperti ini akibat tiap hari disuntik racun limbah pemikiran profesor mereka yang yahudi kafir itu.
Akibatnya, mereka tidak berdiri kecuali seperti berdirinya orang yang kesambet setan. Semua isi otak dan mulut mereka tidak lain hanya berisi penghinaan, pelecehan dan keragu-raguan kepada agama Islam. Banyak dari mereka yang sudah tidak shalat atau puasa fardhu. Bahkan tidak percaya bahwa Islam adalah agama yang benar di sisi Allah.
Kita ucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada mereka dan atas nasib buruk yang menimpa mereka. Semoga suatu ketika hati mereka terbuka, tobat dan kembali ke pangkuan agama Islam yang lurus.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc

No comments:

Post a Comment