www.eramuslim.com
Nabi
Daud ’alihis-salaam merupakan seorang hamba Allah yang sangat rajin
beribadah kepada Allah. Hal ini disebutkan langsung oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Nabi Daud ’alihis-salaam
sangat rajin mendekatkan diri kepada Allah. Beliau sangat rajin memohon
kepada Allah agar dirinya dicintai Allah. Beliau sangat mengutamakan cinta
Allah lebih daripada mengutamakan dirinya sendiri, keluarganya sendiri dan air
dingin yang bisa menghilangkan dahaga musafir dalam perjalanan terik di tengah padang pasir.
Inilah penjelasan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengenai doa Nabi Daud tersebut:
Rasulullah
shollallahu ’alaih wa
sallam
bersabda: “Di antara doa Nabi Daud ’alihis-salaam ialah: “Ya Allah,
sesungguhnya aku memohon kepadaMu cintaMu dan cinta orang-orang yang
mencintaiMu dan aku memohon kepadaMu perbuatan yang dapat mengantarku kepada
cintaMu. Ya Allah, jadikanlah cintaMu lebih kucintai daripada diriku dan keluargaku
serta air dingin.” Dan bila Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengingat Nabi Daud
’alihis-salaam beliau menggelarinya sebaik-baik manusia dalam beribadah kepada
Allah.” (HR Tirmidzi 3412)
Setidaknya
terdapat empat hal penting di dalam doa ini. Pertama, Nabi Daud
’alihis-salaam memohon cinta Allah. Beliau sangat faham bahwa
di dunia ini tidak ada cinta yang lebih patut diutamakan dan diharapkan manusia
selain daripada cinta yang berasal dari Allah Ar-Rahman Ar-Rahim (Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Apalah artinya seseorang hidup di dunia
mendapat cinta manusia –bahkan seluruh manusia- bilamana Allah tidak
mencintainya. Semua cinta yang datang dari segenap manusia itu menjadi sia-sia
sebab tidak mendatangkan cinta Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sebaliknya, apalah yang perlu dikhawatirkan seseorang bila Allah mencintainya
sementara manusia –bahkan seluruh manusia- membencinya. Semua kebencian manusia
tersebut tidak bermakna sedikitpun karena dirinya memperoleh cinta Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sebab
itulah Nabi Daud ’alihis-salaam tidak menyebutkan dalam awal doanya
harapan akan cinta manusia. Beliau mendahulukan cinta Allah di atas
segala-galanya. Beliau sangat menyadari bahwa bila Allah telah mencntai
dirinya, maka mudah saja bagi Allah untuk menanamkan cinta ke dalam hati
manusia terhadap Nabi Daud ’alihis-salaam. Tetapi bila Allah sudah
mebenci dirinya apalah gunanya cinta manusia terhadap dirinya. Sebab cinta
manusia terhadap dirinya tidak bisa menjamin datangnya cinta Allah kepada Nabi
Daud ’alihis-salaam.
Dari
Nabi shollallahu
’alaih wa sallam beliau bersabda: “Bila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah berseru
kepada Jibril: “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia.” Jibrilpun
mencintainya. Kemudian Jibril berseru kepada penghuni langit: ”Sesungguhnya
Allah mencintai Fulan, maka kalian cintailah dia.” Penghuni langitpun
mencintainya. Kemudian ditanamkanlah cinta penghuni bumi kepadanya.” (HR
Bukhary 5580)
Kedua, Nabi Daud ’alihis-salaam memohon
kepada Allah cinta orang-orang yang mencintai Allah. Sesudah
mengharapkan cinta Allah lalu Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada
Allah kasih-sayang dari orang-orang yang mencintai Allah, sebab orang-orang
tersebut tentunya adalah orang-orang beriman sejati yang sangat pantas
diharapkan cintanya.
Hal
ini sangat berkaitan dengan Al-Wala’ dan Al-Bara’ (loyalitas dan
berlepas diri). Yang dimaksud dengan Al-Wala’ ialah
memelihara loyalitas kepada Allah, RasulNya dan orang-orang beriman. Sedangkan
yang dimaksud dengan Al-Bara’ ialah berlepas diri dari kaum kuffar dan
munafiqin. Karena loyalitas mu’min hendaknya kepada Allah, RasulNya dan
orang-orang beriman, maka Nabi Daud ’alihis-salaam berdoa agar dirinya
dipertemukan dan dipersatukan dengan kalangan sesama orang-orang beriman yang
mencintai Allah. Dan ia sangat meyakini akan hal ini.
Sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersada: “Ruh-ruh manusia
diciptakan laksana prajurit berbaris, maka mana yang saling kenal di antara
satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain
akan berpisah.” (HR muslim 4773)
Ketiga, Nabi Daud
’alihis-salaam memohon kepada Allah agar ditunjuki perbuatan-perbuatan yang
dapat mendatangkan cinta Allah. Setelah memohon cinta Allah kemudian
cinta para pecinta Allah, selanjutnya Nabi Daud ’alihis-salaam memohon
kepada Allah agar ditunjuki perbuatan dan amal kebaikan yang mendatangkan cinta
Allah. Ia sangat khawatir bila melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan murka
Allah. Beliau sangat khawatir bila berbuat dengan hanya mengandalkan perasaan
bahwa Allah pasti mencintainya bila niat sudah baik padahal kualitas dan
pelaksanaan ’amalnya bermasalah. Maka Nabi Daud ’alihis-salaam sangat
memperhatikan apa saja perkara yang bisa mendatangkan cinta Allah pada
dirnya. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah mencintai Ash-Shobirin
(orang-orang yang sabar). Siapakah yang dimaksud dengan Ash-Shobirin?
Apa sifat dan perbuatan mereka sehingga menjadi dicintai Allah?
”Dan berapa banyak nabi yang berperang
bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan
tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai
orang-orang yang sabar.” (QS Ali Imran ayat 146)
Keempat, Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada
Allah agar menjadikan cinta Allah sebagai hal yang lebih dia utamakan daripada
dirinya sendiri, keluarganya dan air dingin. Kemudian pada bagian akhir
doa ini Nabi Daud ’alihis-salaam kembali menegaskan betapa beliau sangat
peduli dan mengutamakan cinta Allah. Sehingga beliau sampai memohon kepada
Allah agar cinta Allah yang ia dambakan itu jangan sampai kalah penting bagi
dirinya daripada cinta dirinya terhadap dirinya sendiri, terhadap keluarganya
sendiri dan terhadap air dingin.
Mengapa
di dalam doanya Nabi Daud ’alihis-salaam perlu mengkontraskan cinta
Allah dengan cinta dirinya sendiri, keluarganya dan air dingin? Sebab
kebanyakan orang bilamana harus memilih antara mengorbankan diri dan keluarga
dengan mengorbankan prinsip hidup pada umumnya lebih rela mengorbankan prinsip
hidupnya. Yang penting jangan sampai diri dan keluarga terkorbankan. Kenapa air
dingin? Karena air dingin merupakan representasi kenikmatan dunia yang indah
dan menggoda. Pada umumnya orang rela mengorbankan prinsip hidupnya asal jangan
mengorbankan kelezatan duniawi yang telah dimilikinya.
Jadi
bagian terakhir doa Nabi Daud ’alihis-salaam mengandung pesan pengorbanan. Ia rela mengorbankan segalanya,
termasuk dirinya sendiri, keluarganya sendiri maupun kesenangan duniawinya asal
jangan sampai ia mengorbankan cinta Allah. Ia amat mendambakan cinta Allah.
Nabi Daud ’alihis-salaam sangat faham maksud Allah di dalam Al-Qur’an:
“Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya
dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
fasik.” (QS At-Taubah ayat 24)
No comments:
Post a Comment