www.eramuslim.com
Sabtu, 13/08/2011 09:57 WIB
Oleh Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede
Lafal korupsi ternyata ada di
buku-buku tafsir Al-Qur’an susunan Ulama di Indonesia. Bahkan Prof Dr Hamka
memberikan judul “Korupsi” dalam menafsiri ayat 161 Surat Ali ‘Imran. Di
antaranya setelah meriwayatkan betapa kejujuran telah ditegakkan di dalam
pemerintahan Islam, kemudian Hamka berkomentar:
Melihat dan menilik pelaksanaan Umar bin Khathab dan Umar
bin Abdul Aziz ini (yakni hadiah pun harus dikembalikan, pen), nyatalah
bahwa komisi yang diterima oleh seorang menteri, karena menandatangani suatu
kontrak dengan satu penguasa luarnegeri dalam pembelian barang-barang keperluan
menurut rasa halus iman dan Islam adalah korupsi juga namanya. Kita
katakan menurut rasa halus iman dan Islam adalah guna jadi pedoman bagi
pejabat-pejabat tinggi suatu Negara, bahwa lebih baik bersih dari kecurigaan
ummat. (Prof Dr Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta, cetakan IV,
1985, juzu’ IV, halaman 143).
Ulama Indonesia lainnya yang menulis
Tafsir Qur’an Karim (ringkas), Prof Dr H Mahmud Yunus juga menggunakan lafal
korupsi untuk menjelaskan ayat 161 Surat Ali ‘Imarn. Dia menulis:
Nabi itu bukanlah berlaku curang atau khianat dalam membagi
harta rampasan, melainkan berlaku jujur, lurus dan adil dengan tiada memandang
famili dan yang bukan famili, karena Nabi yakin dan percaya, bahwa orang yang
berlaku curang akan memikul dosanya dan tanggung jawabnya pada hari kiamat di
sisi Allah, meskipun ia akan terlepas dari hukuman di atas dunia.
Hal ini patut jadi petunjuk bagi orang yang memegang
tanggung jawab harta benda Negara, supaya memeliharanya dan membaginya dengan
jujur, lurus dan adil menurut mestinya dan sekali-kali jangan berlaku curang
(korupsi), karena meskipun ia akan terlepas dari hukuman dunia, ia tiada akan
terlepas dari hukuman di akhirat. Inilah perbedaannya orang yang beriman kepada
Allah dari orang yang kafir. Orang kafir hanya takut kepada hukuman dunia
semata-mata, sebab itu ia tiada takut berlaku curang dengan
bersembunyi-sembunyi. (Prof Dr H Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, Hidakarya
Agung, Jakarta, cetakan ke-27, tahun 1409H/ 1988M, halaman 95-96).
Tindak kejahatan berupa korupsi
tampaknya sudah diingatkan pula oleh para Ulama Indonesia masa lalu yang kini
mereka sudah wafat. Bahkan sampai diberi contoh kasusnya, pejabat
menandatangani kontrak dengan pihak lain lalu mendapatkan komisi, maka itu
korupsi namanya. Hal itu sudah dijelaskan dalam hadits, yang dalam kasus ini
Imam Ibnu Katsir mengemukakan beberapa hadits dalam menafsiri QS. Ali-‘Imran
[3] ayat 161.
وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَغُلَّ
وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ
نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ [آل عمران/161]
Tidak mungkin seorang nabi
berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat
dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa
apa yang dikhianatkannya itu, Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan
tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak
dianiaya. (QS. Ali-‘Imran [3] : 161)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan ayat
ini dalam tafsirnya dengan mengemukakan beberapa hadits tentang ancaman neraka.
عَنْ أَبِى مَالِكٍ الأَشْجَعِىِّ
عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَعْظَمُ الْغُلُولِ عِنْدَ اللَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ ذِرَاعٌ مِنَ الأَرْضِ تَجِدُونَ الرِّجْلَيْنِ جَارَيْنِ فِى
الأَرْضِ أَوْ فِى الدَّارِ فَيَقْتَطِعُ أَحَدُهُمَا مِنْ حَظِّ صَاحِبِهِ
ذِرَاعاً فَإِذَا اقْتَطَعَهُ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ ».
Dari Abi Malik Al-Asyja’i dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Ghulul (pengkhianatan/
korupsi) yang paling besar di sisi Allah adalah korupsi sehasta tanah, kalian
temukan dua lelaki bertetangga dalam hal tanah atau rumah, lalu salah seorang
dari keduanya mengambil sehasta tanah dari bagian pemiliknya. Jika ia
mengambilnya maka akan dikalungkan kepadanya dari tujuh lapis bumi pada hari
Qiyamat. (HR Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani dalam Shahihut Targhiib wt Tarhiib II/ 380 nomor 1869)
Hadits-hadits lain yang berhubungan
dengan korupsi sangat jelas:
940 حَدِيثُ سَعِيدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ
عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنِ اقْتَطَعَ شِبْرًا مِنَ الْأَرْضِ ظُلْمًا
طَوَّقَهُ اللَّهُ إِيَّاهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ
Diriwayatkan dari Said bin Zaid bin
Amr bin Nufail radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Barangsiapa mengambil sejengkal
tanah secara dhalim, maka Allah akan mengalungkan di lehernya pada Hari Kiamat
nanti dengan setebal tujuh lapis bumi.
(HR Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw pernah bersabda:
(( مَنِ اسْتَعْمَلْنَاهُ مِنْكُمْ
عَلَى عَمَل ، فَكَتَمَنَا مِخْيَطاً فَمَا فَوْقَهُ ، كَانَ غُلُولاً يَأتِي به
يَومَ القِيَامَةِ ))
Barangsiapa di antaramu kami minta
mengerjakan sesuatu untuk kami, kemudian ia menyembunyikan satu alat jahit
(jarum) atau lebih dari itu, maka perbuatan itu ghulul (korupsi) harus
dipertanggung jawabkan nanti pada Hari Kiamat. (HR. Muslim)
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ قَالَ
حَدَّثَنِى عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ لَمَّا كَانَ يَوْمُ خَيْبَرَ أَقْبَلَ
نَفَرٌ مِنْ صَحَابَةِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالُوا فُلاَنٌ شَهِيدٌ
فُلاَنٌ شَهِيدٌ حَتَّى مَرُّوا عَلَى رَجُلٍ فَقَالُوا فُلاَنٌ شَهِيدٌ. فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « كَلاَّ إِنِّى رَأَيْتُهُ فِى النَّارِ
فِى بُرْدَةٍ غَلَّهَا أَوْ عَبَاءَةٍ ».
ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- « يَا ابْنَ الْخَطَّابِ اذْهَبْ فَنَادِ فِى النَّاسِ إِنَّهُ
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ الْمُؤْمِنُونَ ». قَالَ فَخَرَجْتُ فَنَادَيْتُ «
أَلاَ إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ الْمُؤْمِنُونَ ». رواه مسلم
Abdullah bin Abbas berkata, Umar bin
Al-Khatthab menceritakan kepadaku, ia berkata: “Bahwa pada perang Khaibar beberapa
sahabat menghadap Rasulullah seraya mengatakan: Fulan mati syahid dan Fulan
mati syahid sehingga mereka datang atas seorang lelaki maka mereka berkata:
Fulan mati syahid. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
Tidak, sesungguhnya saya melihatnya ada di neraka, karena ia menyembunyikan
sehelai burdah (baju) atau aba’ah. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata: “Wahai Ibnul Khatthab, pergilah maka serukan kepada orang-orang
bahwa tidak masuk surga kecuali orang-orang mu’min.” Ia (Umar) berkata: Maka
aku keluar lalu aku serukan: Ingatlah sesungguhnya tidak masuk surga kecuali
orang-orang mu’min. (HR. Muslim)
1086 حَدِيثُ أَبِي حُمَيْدٍ
السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : اسْتَعْمَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا مِنَ الْأَسْدِ يُقَالُ لَهُ ابْنُ
اللُّتْبِيَّةِ عَمْرٌو وَابْنُ أَبِي عُمَرَ عَلَى الصَّدَقَةِ فَلَمَّا قَدِمَ
قَالَ هَذَا لَكُمْ وَهَذَا لِي أُهْدِيَ لِي قَالَ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى
عَلَيْهِ وَقَالَ مَا بَالُ عَامِلٍ أَبْعَثُهُ فَيَقُولُ هَذَا لَكُمْ وَهَذَا
أُهْدِيَ لِي أَفَلَا قَعَدَ فِي بَيْتِ أَبِيهِ أَوْ فِي بَيْتِ أُمِّهِ حَتَّى
يَنْظُرَ أَيُهْدَى إِلَيْهِ أَمْ لَا وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا
يَنَالُ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنْهَا شَيْئًا إِلَّا جَاءَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
يَحْمِلُهُ عَلَى عُنُقِهِ بَعِيرٌ لَهُ رُغَاءٌ أَوْ بَقَرَةٌ لَهَا خُوَارٌ أَوْ
شَاةٌ تَيْعِرُ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْنَا عُفْرَتَيْ إِبْطَيْهِ
ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ مَرَّتَيْنِ *
Diriwayatkan dari Abu Humaid
as-Saaidi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah memberi tugas kepada seorang lelaki dari Kaum al-Asad yang
dikenali sebagai Ibnu Lutbiyah. Ia ikut Amru dan Ibnu Abu Umar untuk urusan
sedekah. Setelah kembali dari menjalankan tugasnya, lelaki tersebut berkata
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: Ini untuk Anda dan ini untukku
karena memang dihadiahkan kepadaku. Setelah mendengar kata-kata tersebut, lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di atas mimbar. Setelah
mengucapkan puji-pujian ke hadirat Allah, beliau bersabda: “Adakah patut
seorang petugas yang aku kirim untuk mengurus suatu tugas berani berkata: Ini
untuk Anda dan ini untukku karena memang dihadiahkan kepdaku? Kenapa dia tidak
duduk di rumah bapak atau ibunya (tanpa memegang jabatan apa-apa) sehingga ia
menunggu, apakah dia akan dihadiahi sesuatu atau tidak? Demi Dzat Muhammad yang
berada di tangan-Nya, tidaklah salah seorang dari kalian mengambil sesuatu
darinya kecuali pada Hari Kiamat kelak dia akan datang dengan memikul di atas
lehernya (jika yang diambil itu seekor unta maka) seekor unta itu akan
mengeluarkan suaranya, atau seekor lembu yang melenguh atau seekor kambing yang
mengembek. “ Kemudian beliau mengangkat kedua-dua tangannya tinggi-tinggi
sehingga nampak kedua ketiaknya yang putih, dan beliau bersabda: “Ya Allah!
Bukankah aku telah menyampaikannya,” sebanyak dua kali * (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
1085 حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَذَكَرَ الْغُلُولَ فَعَظَّمَهُ وَعَظَّمَ أَمْرَهُ ثُمَّ
قَالَ لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ
بَعِيرٌ لَهُ رُغَاءٌ يَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَغِثْنِي فَأَقُولُ لَا
أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ فَرَسٌ لَهُ حَمْحَمَةٌ فَيَقُولُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَغِثْنِي فَأَقُولُ لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ
لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ شَاةٌ
لَهَا ثُغَاءٌ يَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَغِثْنِي فَأَقُولُ لَا أَمْلِكُ لَكَ
شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ نَفْسٌ لَهَا صِيَاحٌ فَيَقُولُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَغِثْنِي فَأَقُولُ لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ لَا
أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ رِقَاعٌ
تَخْفِقُ فَيَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَغِثْنِي فَأَقُولُ لَا أَمْلِكُ لَكَ
شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ صَامِتٌ فَيَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَغِثْنِي
فَأَقُولُ لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ * 1085 حَدِيثُ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَذَكَرَ الْغُلُولَ فَعَظَّمَهُ
وَعَظَّمَ أَمْرَهُ ثُمَّ قَالَ لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ بَعِيرٌ لَهُ رُغَاءٌ يَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَغِثْنِي فَأَقُولُ لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ لَا أُلْفِيَنَّ
أَحَدَكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ فَرَسٌ لَهُ حَمْحَمَةٌ
فَيَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَغِثْنِي فَأَقُولُ لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا
قَدْ أَبْلَغْتُكَ لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى
رَقَبَتِهِ شَاةٌ لَهَا ثُغَاءٌ يَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَغِثْنِي فَأَقُولُ
لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ نَفْسٌ لَهَا صِيَاحٌ فَيَقُولُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَغِثْنِي فَأَقُولُ لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ لَا
أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ رِقَاعٌ
تَخْفِقُ فَيَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَغِثْنِي فَأَقُولُ لَا أَمْلِكُ لَكَ
شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ صَامِتٌ فَيَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَغِثْنِي
فَأَقُولُ لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ *
Diriwayatkan dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam berada bersama kami, beliau menceritakan dengan begitu serius tentang
orang yang suka menipu dan khianat. Kemudian beliau bersabda: Pada Hari Kiamat
nanti, aku akan bertemu dengan salah seorang dari kamu datang dengan memikul
seekor unta yang sedang melenguh di atas tengkuknya dan berkata: Wahai
Rasulullah! Tolonglah aku. Lalu aku katakan kepadanya: Aku sudah tidak
berwewenang apa-apa lagi untuk (menolong)mu, semuanya telah aku sampaikan
(larangan itu) kepadamu. Pada Hari Kiamat nanti, aku juga akan bertemu dengan
salah seorang dari kamu datang dengan memikul seekor kuda yang sedang meringkik
di atas tengkuknya. Dia berkata: Wahai Rasulullah! Tolonglah aku. Lalu aku
katakan kepadanya: Aku sudah tidak mempunyai wewenang apa-apa lagi untuk
(menolong)mu, semuanya sudah aku sampaikan kepadamu. Seterusnya pada Hari
Kiamat nanti, aku akan bertemu dengan salah seorang dari kamu datang dengan
memikul seekor kambing yang sedang mengembek di atas tengkuknya. Dia berkata:
Wahai Rasulullah! Tolonglah aku. Maka aku katakan kepadanya: Aku sudah tidak
mempunyai wewenang apa-apa untuk (menolong)mu, semuanya sudah aku sampaikan
kepadamu. Begitu juga pada Hari Kiamat nanti, aku akan bertemu dengan salah
seorang dari kamu datang dengan memikul seorang manusia yang sedang menjerit di
atas tengkuknya. Dia berkata: Wahai Rasulullah! Tolonglah aku. Lalu aku katakan
kepadanya: Aku sudah tidak mempunyai wewenang apa-apa untuk(menolong)mu,
semuanya sudah aku sampaikan kepadamu. Pada Hari Kiamat nanti, aku juga akan
bertemu dengan salah seorang dari kamu datang dengan membawa selembar pakaian
yang compang-camping di atas tengkuknya dan dia berkata: Wahai Rasulullah!
Tolonglah aku. Maka aku katakan kepadanya: Aku sudah tidak mempunyai wewenang
apa-apa untuk(menolong)mu, semuanya sudah aku sampaikan kepadamu. Begitu juga
pada Hari Kiamat nanti, aku akan bertemu dengan salah seorang dari kamu datang
dengan memikul sejumlah harta terdiri dari emas dan perak di atas tengkuknya
dan berkata: Wahai Rasulullah! Tolonglah aku. Maka aku katakan kepadanya: Aku
sudah tidak mempunyai wewenang apa-apa untuk (menolong)mu, semuanya telah aku
sampaikan kepadamu * (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
71 حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِلَى خَيْبَرَ فَفَتَحَ اللَّهُ عَلَيْنَا فَلَمْ نَغْنَمْ ذَهَبًا
وَلَا وَرِقًا غَنِمْنَا الْمَتَاعَ وَالطَّعَامَ وَالثِّيَابَ ثُمَّ انْطَلَقْنَا
إِلَى الْوَادِي وَمَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبْدٌ
لَهُ وَهَبَهُ لَهُ رَجُلٌ مِنْ جُذَامَ يُدْعَى رِفَاعَةَ بْنَ زَيْدٍ مِنْ بَنِي
الضُّبَيْبِ فَلَمَّا نَزَلْنَا الْوَادِي قَامَ عَبْدُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحُلُّ رَحْلَهُ فَرُمِيَ بِسَهْمٍ فَكَانَ فِيهِ
حَتْفُهُ فَقُلْنَا هَنِيئًا لَهُ الشَّهَادَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلَّا وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ
بِيَدِهِ إِنَّ الشَّمْلَةَ لَتَلْتَهِبُ عَلَيْهِ نَارًا أَخَذَهَا مِنَ
الْغَنَائِمِ يَوْمَ خَيْبَرَ لَمْ تُصِبْهَا الْمَقَاسِمُ قَالَ فَفَزِعَ
النَّاسُ فَجَاءَ رَجُلٌ بِشِرَاكٍ أَوْ شِرَاكَيْنِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَصَبْتُ يَوْمَ خَيْبَرَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ شِرَاكٌ مِنْ نَارٍ أَوْ شِرَاكَانِ مِنْ نَارٍ *
Diriwayatkan daripada Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menuju ke Khaibar. Allah memberikan kemenangan kepada kami,
tetapi kami tidak mendapatkan harta rampasan perang berupa emas atau perak.
Kami hanya memperoleh barang-barang, makanan dan pakaian. Kemudian kami
berangkat menuju ke sebuah lembah dan terdapat seorang hamba bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam milik beliau yang diberikan oleh seorang lelaki
dari Judzam. Hamba itu bernama Rifa'ah bin Zaid dari Bani Ad-Dhubaib. Ketika
kami menuruni lembah, hamba Rasulullah itu berdiri untuk melepaskan pelananya,
tetapi dia terkena anak panah dan ternyata itulah saat kematiannya. Kami
berkata: Ketenanganlah baginya dengan Syahid wahai Rasulullah. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tidak mungkin! Demi Dzat yang jiwa
Muhammad ada di tangan-Nya, sesungguhnya sehelai baju yang diambilnya dari
harta rampasan perang Khaibar, yang tidak dimasukkan dalam pembahagian akan
menyalakan api Neraka ke atasnya. Abu Hurairah berkata: Maka terkejutlah
orang-orang Islam. Lalu datanglah seorang lelaki dengan membawa seutas atau dua
utas tali pelana, lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku mendapatkannya semasa
perang Khaibar. Lalu Rasulullah s.a.w bersabda: Seutas atau dua utas tali
pelana itu dari Neraka. (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Demikianlah ayat dan hadits-hadits
yang tegas ancamannya atas orang-orang yang menggelapkan harta, korupsi dan
sebagainya. Harta-harta itu akan menjerumuskan ke neraka dan dikalungkan di
leher pelakunya. Bila yang dikorupsi atau diambil secara dhalim itu bumi maka
sampai tujuh lapis bumi dikalungkan. Masih pula pelaku korup itu minta tolong
kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam namun dijawab tidak
ada pertolongan untuknya karena peringatan tentang larangan korupsi dan
semacamnya itu sudah disampaikan semuanya!
Sadarlah wahai para manusia.
Bertaubatlah, dan kembalikanlah harta-harta yang kalian peroleh tanpa jalan
yang benar; sebelum nyawa dicabut oleh malaikat maut dan kemudian kelak masuk
neraka dengan apa saja yang kalian korup itu akan dikalungkan di leher kalian
di akherat kelak. (nahimunkar.com)
No comments:
Post a Comment