Jumat,
4 Jan 08 05:59 WIB
Assalamualaikum pak Ustadz,
Saya tertarik dengan topik tentang menanti kedatangan imam mahdi
(http://www. Eramuslim.
Com/berita/lpk/7c23061636-catatan-haji-eramuslim-1428h-menanti-imam-mahdi-makkah-bag.
1. Htm).
Terbesit dalam benak saya untuk menanyakan tentang status dari
imam mahdi, apakah beliau adalah berpangkat nabi?
Waalaikumsalam Wr. Wb.,
Hanif
hanif_uii@yahoo.com
hanif_uii@yahoo.com
Jawaban
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, tidak ada nabi
sepeninggal beliau. Bahkan Isa as pun
ketika nanti kembali turun ke muka bumi, status kenabiannya pun lepas. Beliau
hanya berstatus orang biasa, tidak lagi berstatus nabi. Apalagi imam Al-Mahdi,
tentunya beliau pun bukan nabi, beliau hanya seorang anak manusia biasa yang
nanti akan diberikan keutamaan dan kemenangan bersama dengan umat Islam.
Justru kalau kita mengatakan bahwa Imam
Mahdi itu nabi, maka otomatis kita pun menjadi kafir kepada kenabian Muhammad
SAW. Sebab bunyi dua kalimat syahadat kita adalah pengakuan bahwa tidak ada
tuhan selain Allah dan bahwa nabi Muhamad adalah utusan Allah.
Pengakuan bahwa nabi Muhammad SAW adalah
utusan Allah tidak berhenti sampai di situ. Bukan sekedar percaya kenabian
Muhammad saja, melainkan tidak menjadi siapapun selain dia sebagai nabi yang
diikuti dan dijalankan syariatnya.
Nabi yang terdahulu kita akui kenabiannya,
tetapi kenabiannya hanya untuk kaumnya masing-masing, sedangkan kita tidak
bernabi kepada mereka. Dan setelah wafatnya nabi Muhammad SAW, kita tidak
pernah mengakui adanya kenabian lain. Termasuk Al-Mahdi yang nanti akan datang,
kita tidak menjadikannya nabi. Sosok Al-Mahdi bukan sumber hukum agama, bukan
pembawa syariah, juga tidak ada jaminan kemakshuman sebagaimana nabi. Bahkan
dia pun juga tidak punya mukjizat sebagaimana para nabi dan rasul.
Imam Al-Mahdi hanya manusia biasa, bukan
nabi apalagi rasul. Dia boleh jadi memang orang yang pandai, baik dan punya
kelebihan yang Allah tidak berikan kepada kita. Boleh jadi dia memang akan
memimpin dunia Islam nantinya serta akan menghabisi para angkara murka, seperti
sosok Dajjal dan seterusnya. Namun biar bagaimana pun dia tetap bukan nabi.
Dan posisi kita bukan nihilis apalagi
apatis dengan realitas fitnah di zaman ini. Kita tidak diperintahRasulullah SAW
untuk hanya sekedar duduk diam termenung merutuki nasib, sambil menunggu-nunggu
kedatangan imam Al-Mahdi. Hari ini buat kita, dengan atau tanpa Al-Mahdi di
tengah kita, kita tetap wajib berjihad, berjuang dan berdakwah melawan
kebatilan.
Rasulullah SAW ketika banyak bercerita
tentang kedatangan pemimpin akhir zaman itu tidak berpesan kepada umat Islam
untuk sekedar menunggu-nnggu saja sambil berpangku tangan. Tidak demikian.
Dan tentunya tema besar umat Islam di akhir
zaman juga bukan semata-mata mengunggu kedatangan Al-Mahdi. Dia mau datang
sekarang atau kapan-kapan nanti, itu urusan Allah. Dan kita tidak perlu ribut
dan sibuk berdebat dengan hal yang masih ghaib itu.
Yang perlu kita lakukan sekarang ini adalah
beramal, berdakwah dan mengajak orang untuk kembali kepada ajaran Islam.
Tentunya dengan diawali oleh diri kita
sendiri dulu. Sebagai da'i, sudah sejauh mana ilmu dan bekal kita dalam dakwah.
Apakah kita sudah belajar lebih dalam ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu ushul
fiqih, ilmu fiqih dan tentunya bahasa Arab?
Sebab bagaimana kita mau membangun umat,
peradaban dan syariah, kalau kita malah awam dan bodoh terhadap syariah kita
sendiri? Dan bagaimana kita mungkin kita bicara hadits nabi tentang akhir
zaman, kalau ilmu naqd (kritik) hadits saja tidak pernah kita pelajari? Apakah
kita mau menyebarkan hadits palsu dan dhaif? Tentu tidak, bukan?
Bagaimana kita mau menerangkan isi Al-Quran
kalau kita tidak mengerti ilmu tafsir? Bagaimana kita mau bicara tegaknya
syariah kalau justru ilmu syariah malah tidak kita kuasai? Dan bagaimana semua ilmu itu kita kuasai tanpa kita melek
bahasa Arab?
Jadi mari pelajari ilmu-ilmu keIslaman ini,
lalu kita berdakwah dan mengajak umat kembali ke jalan yang benar sambil
merapatkan barisan dan membangun potensi umat. Itu jauh lebih baik dari pada
hanya bengong menghayal menunggu-nunggu, meramaldan menghitung-hitung datangnya
Imam Mahdi.
Wallahu
a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
No comments:
Post a Comment