Kamis, 20 Sep 07
04:43 WIB
Kirim teman
Saya pernah
mendengar orang berkata bahwa tidurnya orang berpuasa itu adalah ibadah. Tapi
sampai saat ini saya tidak tahu, benarkah hal itu? Kalau memang benar, apakah
itu merupakan hadits nabi atau bukan? Dan kalau memang hadits nabi, riwayatnya
serta statusnya bagaimana?
Terima kasih atas
jawabannya ustadz
Jhonsjhons@yahoo.com
Jawaban
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ungkapan seperti
yang anda sampaikan, yaitu tidurnya orang berpuasa merupakan ibadah memang
sudah seringkali kita dengar, baik di pengajian atau pun di berbagai
kesempatan. Dan paling sering
kita dengar di bulan Ramadhan.
Di antara
lafadznya yang paling populer adalah demikian:
نوم الصائم عبادة وصمته تسبيح وعمله مضاعف ودعاؤه مستجاب وذنبه مغفور
Tidurnya orang
puasa merupakan ibadah, diamnya merupakan tasbih, amalnya dilipat-gandakan
(pahalanya), doanya dikabulkan dan dosanya diampuni.
Meski di dalam
kandungan hadits ini ada beberapa hal yang sesuai dengan hadits-hadits yang
shahih, seperti masalah dosa yang diampuni serta pahala yang dilipat-gandakan,
namun khusus lafadz ini, para ulama sepakat mengatakan status kepalsuannya.
Adalah Al-Imam
Al-Baihaqi yang menuliskan lafadz itu di dalam kitabnya, Asy-Syu'ab Al-Iman.
Lalu dinukil oleh As-Suyuti di dalam kitabnya, Al-Jamiush-Shaghir, seraya
menyebutkan bahwa status hadits ini dhaif (lemah).
Namun status
dhaif yang diberikan oleh As-Suyuti justru dikritik oleh para muhaddits yang
lain. Menurut kebanyakan mereka, status hadits ini bukan hanya dhaif teteapi
sudah sampai derajat hadits maudhu' (palsu).
Hadits Palsu
Al-Imam
Al-Baihaqi telah menyebutkan bahwa ungkapan ini bukan merupakan hadits
nabawi.Karena di dalam jalur periwayatan hadits itu terdapat perawi yang
bernama Sulaiman bin Amr An-Nakhahi, yang kedudukannya adalah pemalsu hadits.
Hal senada
disampaikan oleh Al-Iraqi, yaitu bahwa Sulaiman bin Amr ini termasuk ke dalam
daftar para pendusta, di mana pekerjaannya adalah pemalsu hadits.
Komentar Al-Imam
Ahmad bin Hanbal rahimahullah juga semakin menguatkan kepalsuan hadits ini.
Beliau mengatakan bahwa si Sulaiman bin Amr ini memang benar-benar seorang
pemalsu hadits.
Bahkan lebih
keras lagi adalah ungkapan Yahya bin Ma'in, beliau bukan hanya mengatakan bahwa
Sulaiman bin Amr ini pemalsu hadits, tetapi beliau menambahkan bahwa Sulaiman
ini adalah "manusia paling pendusta di muka bumi ini!"
Selanjutnya, kita
juga mendengar komentar Al-Imam Al-Bukhari tentang tokoh kita yang satu ini.
Belau mengatakan bahwa Sulaiman bin Amr adalah matruk, yaitu haditsnya semi
palsu lantaran dia seorang pendusta.
Saking tercelanya
perawi hadits ini, sampai-sampai Yazid bin Harun mengatakan bahwa siapapun
tidak halal meriwayatkan hadtis dari Sulaiman bin Amr.
Iman Ibnu Hibban
juga ikut mengomentari, "Sulaiman bin AmrAn-Nakha'i adalah orang Baghdad
yang secara lahiriyah merupakan orang shalih, sayangnya dia memalsu hadits.
Keterangan ini bisa kita dapat di dalam kitab Al-Majruhin minal muhadditsin
wadhdhu'afa wal-matrukin. Juga bisa kita dapati di dalam kitab Mizanul I'tidal.
Rasanya
keterangan tegas dari para ahli hadits senior tentang kepalsuan hadits ini
sudah cukup lengkap, maka kita tidak perlu lagi ragu-ragu untuk segera membuang
ungkapan ini dari dalil-dalil kita. Dan tidak benar bahwa tidurnya orang puasa
itu merupakan ibadah.
Oleh karena itu,
tindakan sebagian saudara kita untuk banyak-banyak tidur di tengah hari bulan
Ramadhan dengan alasan bahwa tidur itu ibadah, jelas-jelas tidak ada dasarnya. Apalagi
mengingat Rasulullah SAW pun tidak pernah mencontohkan untuk menghabiskan waktu
siang hari untuk tidur.
Kalau pun ada
istilah qailulah, maka prakteknya Rasulullah SAW hanya sejenak memejamkan mata.
Dan yang namanya sejenak, paling-paling hanya sekitar 5 sampai 10 menit saja.
Tidak berjam-jam sampai meninggalkan tugas dan pekerjaan.
Wallahu a'lam
bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
No comments:
Post a Comment