www.eramuslim.com
Ustadz
Menjawab
bersama Ustadz
Sigit Pranowo, Lc.
Rabu, 17/12/2008 14:02 WIB
Assalammualaikum
Pak Ustad,
Hingga kini,
masih ada pertanyaan yang masih menyelam di benak saya. Dalam sebuah kisah
tentang Nabi Adam dijelaskan bahwa Iblis saat itu telah terusir dari surga.
Ketika Hawa digoda Iblis untuk memakan buah khuldi (yang dilarang Allah untuk
dimakan), logikanya Iblis berada di surga. Padahal, dijelaskan bahwa Iblis
telah terusir dari surga. Mohon penjelasan dan pencerahannya.
Jazakallah
Waalaikumussalam
Wr Wb
Iblis Dikeluarkan dari Surga
Firman Allah
swt
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُواْ لآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al Baqoroh : 34)
Setelah
Allah swt menciptakan Adam as maka Dia swt memerintahkan seluruh malaikat
termasuk iblis untuk bersujud kepada Adam as bukan dengan sujud ibadah namun
sebagai penghormatan kepadanya, menampakan kelebihannya dan sebagai bukti
ketaatan mereka kepada Allah swt.
Seluruh
malaikat mentaati perintah Allah swt dengan bersujud kepada Adam as kecuali
iblis dikarenakan kengganannya menjalankan perintah-Nya dan kesombongannya.
Perbuatannya ini menjadikannya keluar dari ketaatan kepada Allah swt dan
menjadikannya sebagai makhluk Allah pertama yang kafir kepada-Nya.
Adapun makna
iblis—menurut Abu Ja’far—menggunakan pola if’iil dari kata al iblaas yaitu
putus asa dari kebaikan, penyesalan dan kesedihan. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas
berkata,”Iblis berarti yang telah Allah jadikan dirinya berputus asa dari
seluruh kebaikan dan menjadikannya setan yang terkutuk dan mendapatkan siksa
dikarenakan kemaksiatannya.” (Tafsir Ath Thobari juz I hal 509)
Tidak ada
perbedaan dikalangan para ulama bahwa perbuatan iblis yang tidak bersujud
kepada Adam as menjadikan dirinya diusir dari surga, sebagaimana firman-Nya :
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ
وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
Artinya :
“Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; Sesungguhnya kamu
adalah orang yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari
pembalasan". (QS. Shaad : 77 – 78)
Perkataan
Allah swt kepada iblis seperti فاهبط منها atau فاخرج منها adalah dalil bahwa iblis sebelumnya berada di langit
lalu diperintahkan untuk turun darinya serta keluar dari rumah atau tempat yang
didapatnya selama ini karena
ketaatan dan ibadahnya yang seperti malaikat. Surga itu ditarik darinya
dikarenakan kesombongan, dengki dan durhaka kepada Tuhannya untuk kemudian
diturunkan ke bumi dengan kehinaan dan terusir. Setelah itu Allah swt
memerintahkan Adam as dan juga istrinya untuk menempati surga.
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلاَ مِنْهَا$ رَغَداً حَيْثُ شِئْتُمَا وَلاَ تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الْظَّالِمِينَ
Artinya :
“Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini,
dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu
sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk
orang-orang yang zalim.” (QS. Al Baqoroh : 35)
Diriwayatkan
dari Ibnu Mas’ud dan dari banyak sahabat Nabi saw bahwa mereka
mengatakan,”Iblis dikeluarkan dari surga kemudian Adam as ditempatkan di surga.
Dia berjalan sendirian di surga tanpa ada seorang istri yang menjadikannya
tentram. Suatu ketika
ia tertidur dan saat terbangun dia mendapati disisi kepalanya ada seorang
wanita yang sedang duduk.
Wanita ini
diciptakan Allah swt dari tulang rusuknya, maka Adam pun bertanya
kepadanya,”Siapa kamu?’ dia menjawab,’wanita.’ Adam bertanya lagi,’Untuk apa
kamu diciptakan.’ Dia menjawab,’Agar engkau menjadi tentram denganku.’ Para
malaikat mengatakan kepada Adam as—untuk melihat kemampuan
pengetahuannya—,”Siapa namanya wahai Adam.’ Adam menjawab,’Hawa.’ Mereka
bertanya,’Mengapa Hawa.’ Dia menjawab,’Karena dia diciptakan dari sesuatu yang
hidup.” (Bidayah wa Nihayah juz I hal 92 - 93)
Adam dan
Hawa menetap di surga dan diperbolehkan menikmati seluruh kenikmatannya dengan
berbagai makanan dan minumannya kecuali satu pohon yang dilarang untuk dimakan
buahnya.
Upaya Iblis Masuk Lagi ke Surga
Adam dan
Hawa tetap tidak lepas dari gangguan iblis yang ingin menyesatkannya dan terus
mendesak mereka berdua untuk melanggar perintah Allah swt agar memakan buah
dari pohon yang dilarang tersebut. Bahkan dengan segala bujuk rayunya hingga
dia mengatakan kepada mereka berdua bahwa itu adalah pohon abadi.
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِن سَوْءَاتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلاَّ أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
Artinya :
“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk Menampakkan
kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka Yaitu auratnya dan syaitan
berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan
supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang
kekal (dalam surga)". (QS. Al A’raf : 20)
Lantas
bagaimana setan itu bisa masuk kembali ke surga serta menggoda Adam dan Hawa ?!
Bukankah dia telah diusir sebelumnya tatkala tidak mau sujud kepada Adam as ?!
Diriwayatkan
dari as Suddiy dari Abi Malik dari Abi Sholih dari Ibnu Abbas—dan dari Murroh
al Hamdani, dari Ibnu Mas’ud—dan dari banyak sahabat nabi saw berkata,”Tatkala
Allah Azza wa Jalla berkata kepada Adam,’Tinggallah kamu dan istrimu di surga.
Makanlah darinya yang banyak lagi baik sekehendak kamu berdua dan janganlah
mendekati pohon ini sehingga kamu berdua menjadi orang yang zhalim.”
Iblis
berupaya untuk masuk menemui mereka berdua di surga namun terus dihalangi oleh
para penjaganya. Lalu muncul seekor ular yang memiliki empat buah kaki seperti
layaknya onta dan tampak sebagai hewan yang paling bagus. Iblis membujuk ular
itu agar mau memasukannya kedalam mulutnya sehingga ia membawanya bertemu
dengan Adam. Ular itu pun memasukan iblis kedalam mulutnya kemudian melewati
para penjaga surga dan berhasil masuk kedalamnya sementara mereka tidak
mengetahuinya tatkala Allah menghendaki suatu perkaranya.
Iblis itu
berbicara melalui mulut ular itu sementara Adam tidak memperdulikannya maka
iblis pun keluar menemui Adam dan mengatakan,”Wahai Adam maukah aku tunjukan
kepadamu sebuah pohon yang abadi dan kekuasaan yang tidak sirna.” Dia
mengatakan lagi,”Maukah aku tunjukan kamu sebuah pohon apabila engkau memakan
darinya maka engkau akan jadi raja seperti Allah swt atau kalian berdua akan kekal
dan tidak akan mati selamanya.
Iblis pun
bersumpah atas nama Allah—dengan mengatakan—,”Sesungguhnya aku hanya menasehati
kalian berdua.” Sesungguh iblis menginginkan dengan itu agar aurat mereka
berdua tampak dengan terlepasnya pakaiannya. Iblis telah mengetahui bahwa
mereka berdua memiliki aurat setelah membaca kitab malaikat. Adam tidak
mengetahui perihal ini...
Adam enggan
untuk memakan dari pohon itu, akan tetapi Hawa mendekati pohon itu dan
memakannya kemudian dia berkata,”Wahai Adam makanlah, sesungguhnya aku telah
memakannya dan tidak terjadi apa-apa padaku. Dan tatkala Adam memakannya maka
tampaklah aurat mereka berdua dan mulailah mereka berdua menutupinya dengan
daun-daun surga. (Tarikhur Rusul wal Muluk juz I hal 28)
Abdurrazaq
dan Ibnu jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata,”Sesungguhnya musuh
Allah swt Iblis menawarkan dirinya kepada setiap binatang melata, agar dapat
membawanya masuk ke surga dan berbicara kepada Adam dan istrinya. Namun semua hewan
menolak tawarannya itu.
Lalu dia
berkata kepada ular,”Aku akan melindungi dirimu dari gangguan Adam dan engkau
ada dalam jaminanku jika engkau memasukanku kedalam surga.’ Maka ular itu
membawa iblis diantara dua taringnya lalu masuk kedalam surga. Tadinya ular ini
berjalan dengan empat kakinya lalu Allah menjadikannya berjalan diatas
perutnya.”
Ibnu Abbas
berkata,”Maka bunuhlah ular dimanapun kalian mendapatkannya. Pendamlah makhluk
yang pernah mendapat jaminan dari musuh Allah itu.” (Luqthul Marjan fi Ahkamil
Jaan, Imam Suyuthi, edisi terjemahan hal 178)
Wallahu
A’lam
No comments:
Post a Comment