www.eramuslim.com
oleh Ustadz Saiful Islam Mubarak
Menurut ayat di
atas, Iblis berjanji akan terus berjuang untuk mencapai programnya, yaitu:
1. Menyesatkan manusia.
Manusia terbagi
dua golongan: ada yang sesat, yaitu teman-teman setan dan ada yang berada dalam
jalan yang lurus, yaitu yang menjadi sasaran kerja setan. Orang-orang yang berada dalam
kesesatan tidak akan digoda setan melainkan akan dia jadikan sebagai teman
setia yang dia pertahankan untuk tetap dalam kesesatan.
Adapun yang
digoda adalah golongan orang yang sudah berada dalam jalan yang lurus, yaitu
dengan menggiring mereka agar menjadikan ibadah untuk kepentingan dunia dan menilai
ibadah dengan nilai duniawi. Dengan cara ini maka mereka akan menilai ketakwaan
dirinya dengan ukuran kehidupan lahir. Padahal tiada yang mengetahui ketakwaan
seseorang selain Allah Swt.
Orang yang
didatangi setan tidak terbatas pada orang yang lemah imannya saja tetapi orang
yang sekaliber sahabat Rasul saw. pun selalu dia datangi. Karena itu tidak ada
alasan bagi kita untuk memandang diri jauh atau aman dari godaan dan bisikan
setan apalagi sampai memandang diri sudah mampu menundukkan setan. Hanya saja
cara yang digunakan setan untuk menggoda sangat berbeda antara menggoda orang
yang imannya lemah dengan orang yang imannya kuat.
yang imannya lemah dengan orang yang imannya kuat.
Demikian pula
cara menggoda orang yang tidak mengerti tentang Islam berbeda dengan cara
menggoda orang yang mengerti. Jika ada orang yang mengaku bahwa dirinya telah
aman dari setan, boleh jadi pengakuan tersebut muncul karena bisikan setan
juga. Jika orang yang mengerti tentang Islam telah dapat digoda maka godaan
tersebut akan berakibat kepada orang-orang yang bodoh.
Yang sangat
dikhawatirkan adalah jika ada orang yang mengerti tentang agama dijadikan pusat
kesesatan tanpa dia sadari. Umpamanya, seseorang melakukan hal yang terpuji
menurut pandangan manusia lalu dengan perbuatan tersebut dia dapat melahirkan
hal-hal yang luar biasa dan di luar jangkauan akal manusia, seperti mengobati
orang sakit dengan cara yang sangat sederhana namun banyak orang yang sakit
parah mendapat kesembuhan.
Dengan
terlihatnya sebagai orang luar biasa, maka muncullah keyakinan dari masyarakat
yang memandangnya sebagai orang istimewa dan tidak lama dia pun ditempatkan
pada kedudukan berhala tanpa dia sadari. Umat yang mengaguminya berkata: kami
minta pertolongan kepadanya karena dia adalah orang yang sholeh agar dia
mendoakan kami sebagaimana yang dilakukan para sahabat dahulu dan kami yakin
bahwa yang menyembuhkan kami hanyalah Allah.
Kalimat ini
adalah menandakan adanya iman yang terdapat pada qalbu mereka. Semoga Allah
tetapkan keimanan pada qalbu mereka hingga ajal menjemput mereka. Namun
sebaliknya jika orang yang sholeh itu mendengar ucapan tersebut lalu merasa
bahagia serta bangga dengan sanjungan mereka maka ketika itu pula kesholehan
dan ketakwaannya berkurang. Jika sudah berkurang maka ketakwaannya sangat mudah
untuk menghilang.
Jika seseorang
sudah kehilangan ketakwaan maka dengan leluasa setan memperalatnya untuk
menyesatkan umat dengan berbagai cara antara lain dengan menjadikannya sebagai
orang yang sangat luar biasa seperti dapat berhubungan dengan makhluk gaib atau
tampil sebagai orang yang dapat mengusir jin.
Padahal, terusir
dan tidaknya tidak dapat diketahui oleh manusiakarena jin adalah gaib. Kemudian
tiba saatnya bagi setan untuk menindaklanjuti dengan memperbanyak orang
keserupan, maka keluarga dari orang yang keserupan segera mendatangi “orang
pintar” tadi dengan haparan agar orang yang kesurupan segera sembuh.
Dengan rekayasa
setan, akhirnya orang tersebut dikenal menjadi seorang ahli menyembuhkan
kesurupan yang dari hari ke hari semakin disibukkan dengan mengobati kesurupan
dan dia meyakini bahwa apa yang dia lakukan adalah amal shaleh yang sangat
bermanfaat bagi kepentingan umat .
Dengan keyakinan
ini tidak sedikit para aktifis da’wah disibukan dengan ruqyah yang akhirnya
waktu untuk menyebarkan ilmu sedikit demi sedikit berkurang, bahkan ada yang
sampai meninggalkan ta’lim. Keluhan dari para santri pun tidak lagi mendapat
perhatian
serius.
serius.
2. Membangkitkan angan-angan kosong
Semua orang
memiliki cita-cita ingin hidup bahagia dan selamat dari bahaya. Untuk mencapai
yang dicita-citakan ada yang bekerja dengan memperhatikan aturan yang benar dan
dapat mengantarkan dirinya mencapai sasaran dan ada pula yang bekerja dengan
melanggar aturan dengan anggapan bahwa dia dapat mengambil jalan pintas untuk
mencapai yang diharapkan.
Ketika dia ingin
mendapat keuntungan maka yang terlihat untung yang besar tanpa pengorbanan.
Jika sakit pada salah satu anggota badan maka yang terbayang bagaimana caranya
agar segera sehat meski harus mengorbankan aqidah. Artinya mengutamakan sehat
sementara dan rela mengorbankan sehat yang abadi, yaitu sehat aqidah yang
menjadi landasan utama untuk mendapat keuntungan abadi dan di dalam hati
terdapat bayangan bahwa umurnya masih panjang. Sekiranya dia berada dalam
kesesatan maka dia bercita-cita ingin memperbaikinya setelah tercapai apa yang
diinginkan.
3. Menyuruh memotong telinga binatang.
Setiap bangsa
mendapat warisan budaya dari para pendahulunya, salah satunya adalah budaya
memotong telinga binatang. Budaya ini merupakan keyakinan terhadap hal-hal yang
sebenarnya tidak ada. Namun, karena mereka meyakininya maka sangat berpengaruh
bagi kehidupan mereka, yaitu keyakinan adanya barokah pada binatang tertentu.
Hal itu tidak diragukan merupakan ajaran setan yang berkaitan dengan binatang.
Sehingga mereka
meyakini adanya keistimewaan pada binatang-binatang tertentu. Maka binatang
tersebut diberi tanda khusus untuk diyakini bahwa binatang tersebut bukan
binatang biasa. Cara ini sangat berkaitan dengan budaya yang telah menjadi
kayakinan sebagian masyarakat.
4. Menyuruh untuk mengubah ciptaan Allah.
Setan berusaha
mendorong hawa nafsu manusia dan mendorong mereka untuk memenuhi tuntutannya
dengan cara yang menyimpang dari ajaran Allah. Intinya adalah membuat manusia
kehilangan rasa puas terhadap apa yang telah Allah berikan kepada mereka hingga
mereka berusaha untuk melakukan perubahan sesuai keinginan kendatipun dengan
jalan yang dimurkai-Nya.
Jika Iblis
berhasil mencapai program-program di atas maka dia akan mendapat tambahan teman
dari golongan manusia untuk sama-sama menggoda manusia lainnya agar jumlah
orang yang sesat terus bertambah hingga semua orang celaka di akhirat nanti.
Semoga Allah melindungi kita semua dari godaan setan.
Dari kedua ayat
di atas dapat kita ambil pelajaran yang sangat penting bahwa orang yang
kemasukan setan tidak selalu terlihat oleh manusia dan tidak pula selalu
diketahui oleh manusia. Sementara pengobatan yang dilakukan dengan ruqyah yang
dikenal masyarakat sekarang hanya terbatas kepada orang-orang tertentu, yaitu
orang yang dipandang kesurupan atau sejenisnya.
Dengan
tersebarnya pemahaman tentang ruqyah di tengah masyarakat dan praktik meruqyah
sering ditayangkan pada bebarapa chanel televisi dengan cara yang tidak sama,
maka perlu kita kaji siapa sebenarnya yang terlebih dahulu kemasukan setan?
Cara meruqyah yang manakah yang seuai dengan contoh rasulullah saw? Mengapa setelah
banyaknya praktik meruqyah sering terjadi kesurupan baik perorangan atau
kesurupan masal?
Jika terdengar
seorang ahli ruqyah berkata di hadapan seorang pasien: “Orang ini sedang
kemasukan jin”. Darimanakah dia dapat mengetahui bahwa di dalam diri orang tersebut
terdapat jin? Jika dia menunjuk di mana jin itu berada, maka patut kita
pertanyakan: siapakah yang memberi tahu kepadanya? Jika dia mendapat berita
dari yang gaib, siapakah yang lebi dulu kemasukan jin, bukankah dia yang lebih
dulu kemasukan makhluk gaib, yaitu jin?
Kalau diyakini
bahwa yang memberi tahu adalah jin muslim, atas dasar apakah jin muslim
berinteraksi dengan manusia, padahal sebagaimana manusia muslim senantiasa
menghadapai kewajbaan yang demikian banyak maka kewajaban dia juga masih banyak
yang belum dilaksanakan? Sungguh tidak patut baginya untuk menyibukan diri
dengan melakukan hal yang tidak diperintahkan oleh Allah kepadanya.
Jika ditemukan
seorang ahli ruqyah mengobati pasien disertai dengan menggunakan tenaga atau
gerakan tertentu maka sesungguhnya tenaga dan gerakan tersebut tidak ada
kaitannya dengan pengobatan atau ruqyah, sebab ruqyah adalah satu komunikasi
seorang hamba dengan Allah.
Ini dari satu
segi dan dari segi lain jika ruqyah tersebut berkaitan dengan pengusiran jin
dari seseorang maka sesungguhnya jin tidak akan dapat diusir dengan tenaga
manusia. Karena jin memiliki dimensi yang berbeda dari manusia. Ketika
seseorang mengusir jin dengan menggunakan tenaga pada gerakan tangan,
umpamanya, maka sesungguhnya jin dapat memasuki tangan yang digerakan itu.
Bahkan dia pun dapat menggerakan
tangan tersebut dengan gerakan yang di luar kebiasaan.
tangan tersebut dengan gerakan yang di luar kebiasaan.
Kesimpulan:
§ Orang yang kemasukan jin atau setan
tidak terbatas pada orang yang dinyatakan kesurupan, tetapi orang yang tidak
kesurupan pun banyak sekali yang kemasukan setan.
§ Semua orang yang sedang berbuat
maksiat adalah orang yang sedang kemasukan setan atau terbawa oleh setan.
§ Orang yang diduga kesurupan belum
tentu kemasukan setan melainkan boleh jadi dia sedang terkena gangguan kesehatan
biasa yang perlu dibawa kepada ahli medis.
§ Orang yang menuduh kemasukan setan
kepada orang lain, patut dipertanyakan: siapakah sebenarnya yang kemasukan
setan itu, mungkinkah dia sendiri yang lebih dahulu kemasukan setan? Bisa saja
setan yang mendorong dia untuk berkata tentang yang gaib padahal tidak ada yang
mengetahui yang gaib selain Allah dan para rasul sesuai dengan berita melalui
wahyu Allah.
§ Orang yang mengobati kesurupan dengan
ruqyah disertai dengan gerakan-gerakan tertentu, tidak mustahil gerakan
tersebut termasuk bantuan setan yang merupakan sandiwara untuk menggiring
manusia menuju kesesatan.
§ Dengan demikian maka sangatlah
penting untuk lebih waspada dalam menangani masalah yang berkaitan dengan
keyakinan. Semua orang memiliki potensi yakin. Potensi tersebut ada yang
berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu meyakini yang ada tetapi tidak terlihat
yang disebut dengan ghaib. Ada pula yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya,
yaitu meyakini sesuatu yang sebenarnya tidak ada yang disebut ‘adam.
No comments:
Post a Comment