oleh Ihsan Tandjung
Kondisi dunia dewasa ini sangat
sesuai dengan gambaran Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم lima belas abad yang
lalu:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا
بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ
لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ
فَمَنْ
Rasulullah صلى الله عليه و سلم
bersabda: "Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti tradisi/kebiasaan
orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta,
sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak-pun kalian pasti akan
mengikuti mereka." Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah mereka
itu kaum Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi kalau
bukan mereka." (HR. Muslim, No. 4822)
Di era modern dewasa ini kita tidak
bisa pungkiri bahwa yang sedang Allah سبحانه و تعالى beri giliran memimpin
masyarakat dunia ialah masyarakat Barat atau biasa disebut The Western
Civilization. Sedangkan masyarakat Barat terdiri dari masyarakat kaum
Yahudi dan Nasrani. Merekalah yang mengarahkan masyarakat dunia –termasuk ummat
Islam- mengikuti selera kebiasaan dan tradisi mereka. Ironisnya, tidak sedikit
ummat Islam yang dijuluki sebagai Ahlul-Qur’an juga mengekor kepada apa saja
yang ditawarkan oleh mereka. Seolah mereka tidak pernah memperoleh petunjuk
dari Allah سبحانه و تعالى bagaimana seharusnya menata kehidupan pribadi dan
sosial dalam kehidupan nyata. Padahal Al-Qur’an merupakan satu-satunya Kitabullah
yang masih terpelihara keasliannya. Sedangkan Kitabullah yang diturunkan kepada
Nabiyullah dari kalangan Bani Israel –yakni Taurat dan Injil– telah mengalami
distorsi yang tidak bisa dibantah oleh para rabbi Yahudi dan pendeta/pastor
Nasrani.
Akhirnya The Western Civilization
yang memimpin dunia membuat berbagai bid’ah (hal-hal yang mengada-ada)
dalam me-manage kepemimpinan mereka atas segenap ummat manusia dewasa
ini. Di antara bid’ah tersebut ialah dikampanyekannya secara massif
berbagai faham sesat produk akal (baca: hawa nafsu) manusia yang sudah barang
tentu terputus dari landasan wahyu ilahi. Kita mengenal adanya berbagai faham
seperti pluralisme, sekularisme, liberalisme, humanisme, materialisme,
hedonisme, konsumerisme dan masih banyak lainnya.
Tulisan ini ingin menyoroti bahaya
faham pluralisme yang sedang gencar-gencarnya dipromosikan di seantero dunia.
Tidak kurang seorang pemimpin negara adidaya Obama melazimkan dirinya untuk
memberikan kuliah umum di salah satu kampus ternama ibukota negara berpenduduk
muslim terbesar di dunia saat kunjungannya beberapa waktu yang lalu. Kalau kita
perhatikan secara seksama, maka di antara pokok pikiran utama yang ingin
dipromosikan melalui kuliah umum tersebut ialah faham pluralisme. Faham ini
telah diterima oleh banyak sekali manusia yang ingin disebut modern, tanpa
kecuali sebagian ummat Islam.
Pada tahap awal kampanye Pluralisme
terasa manis bak madu. Ajaran ini menyuruh manusia modern agar “menghormati
manusia lainnya apapun latar belakang keyakinan dan agamanya.” Sampai di sini
tentunya kita tidak punya masalah dengan faham ini. Termasuk ajaran Islam-pun
menganjurkan hal itu. Tetapi yang menjadi masalah ialah bahwa faham Pluralisme
tidak berhenti sampai di situ. Faham sesat ini menuntut agar manusia modern
lebih jauh lagi mengembangkan keyakinannya, yaitu bahwa “semua agama sama”
malah “semua agama baik”, bahkan “semua agama adalah benar”. Nah, sampai di
sini tentunya seorang muslim yang sungguh-sungguh beriman kepada Allah سبحانه و
تعالى sebagai Rabbnya, Islam sebagai din-nya dan Muhammad صلى الله عليه و سلم
sebagai Nabi dan Rasulullah harus secara tegas menolaknya. Mengapa? Sebab bila
ia menerima keyakinan seperti ini, maka ia berada dalam bahaya besar. Ia
terancam. Bukan terancam oleh sembarang fihak, tetapi terancam oleh Allah
سبحانه و تعالى
Apakah ancaman Allah سبحانه و تعالى
yang dimaksud? Di dalam ajaran Islam pelanggaran terhadap aturan Allah سبحانه و
تعالى ada dua macam: pertama, sebuah pelanggaran yang menyebabkan pelakunya
berdosa namun ia tetap dihukumi sebagai seorang yang beriman di mata Allah
سبحانه و تعالى . Orang ini berarti telah melakukan suatu kemaksiatan dan
tentunya dia harus memohon ampunan Allah سبحانه و تعالى atas dosanya tersebut.
Lalu kedua, pelanggaran yang menyebabkan pelakunya tidak saja dicatat sebagai
berdosa, tetapi bahkan dicatat sebagai terlibat dalam nawaqidhul-iman
(pembatalan iman). Artinya, disebabkan pelanggaran tersebut Iman-Islamnya
menjadi batal di mata Allah سبحانه و تعالى. Dengan kata lain ia telah menjadi
murtad...! Wa na’udzubillahi min dzaalika...
Dalam kitab “Vonis Kafir”, Ustadz
Mas’ud Izzul Mujahid Lc menyebut adanya sembilan Pembatal Keimanan yang
disepakati oleh para ulama. Ketika menerangkan Pembatal Keimanan nomor lima
yang berjudul “Tidak Mengkafirkan Orang-orang Musyrik, atau Ragu Terhadap
Kekafiran Mereka, atau Membenarkan Mazhab Mereka,” beliau menulis sebagai
berikut:
Siapa saja yang meragukan kekafiran
orang-orang kafir berarti ia telah meragukan ayat-ayat Al-Qur’an, sedangkan
orang yang meragukan kebenaran Al-Qur’an dihukumi kafir.
Di dalam kitabullah Al-Qur’anul
Karim terdapat beberapa ayat yang jelas-jelas menolak pemahaman apalagi
keyakinan bahwa “semua agama sama” atau “semua agama baik”, apalagi “semua
agama adalah benar”. Di antaranya sebagai berikut:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ
الإسْلامُ
Sesungguhnya agama (yang diridhai)
di sisi Allah hanyalah Islam.
(QS. Ali Imran [3] : 19)
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ
دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barang siapa mencari agama selain
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran [3] : 85)
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا
لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ
Orang-orang yang kafir itu sering
kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi
orang-orang muslim. (QS. Al-Hijr [15] : 2)
Tiga ayat di atas secara tegas
menjelaskan bahwa di mata Allah سبحانه و تعالى tidaklah benar bahwa “semua
agama sama” atau “semua agama baik”, apalagi “semua agama adalah benar”. Hanya
ada satu saja dien (agama/jalan hidup) yang Allah سبحانه و تعالى ridhai, yaitu
ajaran Al-Islam. Allah سبحانه و تعالى tidak meridhai berbagai agama selain
Al-Islam. Bahkan Allah سبحانه و تعالى telah memberi gambaran kelak di akhirat
nanti dimana kaum kafir bakal menyesal dan menginginkan kalau seandainya mereka
sewaktu di dunia termasuk ke dalam golongan kaum muslimin alias penganut ajaran
Al-Islam. Tetapi tentunya keinginan tersebut telah terlambat. Sebuah penyesalan
yang tiada berguna saat itu. Maka, janganlah hendaknya seorang yang mengaku
beriman berfikir bahwa dirinya lebih berpengetahuan daripada Pencipta dirinya,
Allah سبحانه و تعالى . Jika Allah سبحانه و تعالى sudah dengan tegas
mendekritkan bahwa hanya Islamlah din yang diridhai di sisiNya, maka jangan
lagi seorang muslim memiliki pendangan selain mengikuti apa yang Allah سبحانه و
تعالى telah tegaskan itu. Bahkan dalam ayat lainnya Allah سبحانه و تعالى
menggunakan istilah dinul-haq (agama yang benar) untuk menyebut agamaNya Islam
ini.
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ
بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ
الْمُشْرِكُونَ
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya
(dengan membawa) petunjuk (Al Qur'an) dan dinul-haq (agama yang benar/Al-Islam)
untuk dimenangkan-Nya atas segala agama lainnya, walaupun orang-orang musyrik
tidak menyukai. (QS. At-Taubah [9] : 33)
Maka sudah sepatutnya seorang muslim
bersyukur bahwa dirinya telah diberikan Allah سبحانه و تعالى hidayah kepada
iman dan Islam. Dan untuk itu seorang muslim tidak dibenarkan untuk memberikan
“cek kosong” setelah memperoleh nikmat iman dan Islam. Ia dituntut
terus-menerus di dunia untuk membuktikan kejujuran pengakuannya sebagai seorang
yang beriman. Oleh karenanya seorang yang mengaku beriman bakal dihadapkan oleh
aneka fitnah (ujian) untuk mendeteksi kejujurannya.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا
أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ
الْكَاذِبِينَ
Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang
mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang
sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut [29] : 2-3)
Di antara ujian tersebut adalah apa
yang sedang dialami kaum muslimin di era modern penuh fitnah dewasa ini. Ia
diuji dengan berbagai faham sesat yang sengaja dilansir oleh musuh-musuh Islam
yang sedang memimpin dunia secara hegemonik. Salah satunya ialah faham
Pluralisme yang sangat berbahaya ini. Barangsiapa yang begitu saja mengekor
kepada the Western Civilization alias the Judeo-Christian
Civilization (Peradaban yahudi-Nasrani), berarti ia telah merelakan dirinya
masuk bersama mereka ke dalam lubang biawak di dunia dan jurang neraka di
akhirat kelak nanti. Wa na’udzubillaahi min dzaalika.
اللهم إنا نعوذبك مِنْ جَهْدِ
الْبَلَاءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ
“Ya Allah, kami berlindung kepada
Engkau dari cobaan yang memayahkan, kesengsaraan yang menderitakan, takdir yang
buruk dan cacian musuh.”
No comments:
Post a Comment