Kamis, 30 Agu 07 09:39 WIB
Kirim teman
Assalamualaikum wr wb
Ustad yang diberkahi Allah, saya pernah mengikuti salah satu
pengajian, ada satu pertanyaan yang mengganjal dipikiran saya sebagai berikut:
1. Bagaimana
hukumnya bila ada orang yang meyakini nabi isa mempunyai ayah?
2. Ayat yang
menjadi pembenaran adalah surat maryam ayat 22. Diayat tersebut bahwa
"fahamalathu" "hu"-nya ditafsirkan sebagai seorang
laki-laki. Tidak disebutkan sosoknya karena ayah nabi isa seorang yang
berkelakuan buruk.
3. Saya mohon
ustad menjawab pertannyaan saya dari sudut pandang nahwu shorof juga, karena
saya sangat ingin membantah atas argumen tersebut di atas pada pengajian
berikutnya dan karena ini menyangkut jama'ah dimusholla kami, kebetulan saya
sebagai pengurus musholla.
Sebelum dan
sesudahnya saya sampaikan terima kasih wassalam mualaikum wr wb
Achwy
Jawaban
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Kalau ada orang
yang menyatakan bahwa Nabi Isa 'alaihissam punya ayah, maka orang itu berdusta
kepada apa yang telah diturunkan kepada Muhammad SAW. Dia telah mendustakan
Al-Quran Al-Kariem dengan sangat jelas.
Tidakkah mereka
membaca ayat berikut ini?
Maryam berkata,
"Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah
seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!"(QS. Maryam:
20)
Jelas dan tegas
sekali bahwa Maryam tidak pernah disentuh oleh laki-laki manapun. Artinya
beliau tidak pernah menikah, tidak pernah punya suami. Dan lebih penting dari itu,
beliau tidak pernah melakukan hubungan seksual di luar nikah (zina).
Maka mengatakan
bahwa nabi Isa punya ayah, baik orang baik-baik atau tidak baik, berarti
melawan ayat ini. Sebab kedua kemungkinan itu telah ditolak mentah-mentah oleh
ayat ini, kecuali kemungkinan terakhir, yaitu Allah SWT langsung memberinya
janin di dalam rahimnya. Dan itulah yang dijelaskan dalam semua ayat Al-Quran.
Adanya orang yang
menuduh bahwa Maryam berzina memang disebutkan di dalam Al-Quran. Namun tuduhan
ituditampik oleh Al-Quran sendiri.
Maka Maryam
membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata,
"Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat
mungkar.Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang
jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina." (QS. Maryam: 27-28)
Penjelasan dari
Segi Makna Bahasa
Kata fa
hamalat-hu yang anda tanyakan itu sebenarnya terdiri dari tiga kata yang
terpisah, namun dalam penulisannya disambung. Tiga kata itu masing-masing adalah
(1)fa yang berarti maka, (2) hamalat yang berarti mengandung anak, dan (3)hu
yang berposisi sebagai objek (maf'ulun bihi) dan berarti dia, yaitu orang
dikandung di dalam perut.
Kata hamala
sendiri artinya mengandung anak. Kata ini dalam bentuk fi'il madhi, yaitu
sebuah kata kerja dengan informasi telah dikerjaan, atau berbentuk lampau
(past).
Dan menariknya
bahasa arab, setiap fi'il mengandung informasi selain sebuah pekerjaan, juga
mengandung informasi tentang siapa yang melakukan pekerjaan itu, juga tentang
berapa jumlah orangnya dan apa jenis kelaminnya, dan apakah orang itu termasuk
orang pertama, kedua atau ketiga.
Dhamir yang
terkandung di dalam kata hamalat adalah dhamir hiya, yang berarti satu orang
wanita. Jadi kata hamalat lengkapnya bermakna: dia seorang wanita telah
mengandung.
Sedangkan kata hu
di belakang adalah maf'ul bihi. Maksudnya orang yang pada dirinya dilakukan
suatu pekerjaan. Dia adalah orang yang dikandung di daam perut, bukan orang
yang menyebabkan kehamilan. Dan hu adalah dhamir dari seorang laki-laki yang
jumlahnya satu orang.
Maka yang
mengandung adalah seorang perempuan, yaitu Maryam. Sedangkan yang dikandung
adalah seorang anak laki-laki, yaitu Nabi Isa 'alaihissalam.
Adapun siapa yang
menghamilinya, tidak ada informasi apa pun dari tiga kata ini. Yang jelas kata
hujelas-jelas tidakmenunjukkan siapa yang melakukan pekerjaan menghamili,
karena kata hamalat artinya mengandung, bukan menghamili.
Sangat jauh
perbedaan antara kedua kata itu. Mengandung dikerjakan oleh wanita, sedangkan
menghamili adalah pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki.
Mengatakan bahwa
Nabi Isa punya ayah dengan menggunakan kata fahamalathu adalah sebuah cara
untuk memperlihatkan keawaman dan ketidak-mengertian diri atas bahasa arab. Sungguh
kasihan...
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
No comments:
Post a Comment