www.eramuslim.com\Rabu, 26 Des 07 06:44 WIB
Assalamu
'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Mohon kesediaan ustadz untuk menjawab tanda
tanya besar yang menghantui rasa ingin tahu kami. Ceritanya begini:
Ada seorang ustadz dalam pernah ceramahnya
mengatakanbahwa usia umat Islam 1500 tahun saja. Sehingga tinggal beberapa
tahun lagi akan datang Dajjal, Nabi Isa dan Imam Mahdi.
Menurut beliau hal itu sudah dijelaskan
dalam hadits nabi sebagaimana dituliskan dalam bukuHuru-hara Akhir Zamanoleh Amin Jamaluddin. Tentunya hal itu sangat membuat
kami penasaran. Betulkah hal itu dan ternyata malah jadi polemik di tengah
kami.
Tanpa bermaksud untuk menkonfrontir ceramah
ustadz tersebut, barangkali ustadz bisa memberikan tambahan keterangan lewat
kajian ilmu hadits. Yang jadi pertanyaan:
1. Siapakah yang meriwayatkan hadits itu?
Dari kitab apa rujukannya?
2. Bagaimana kedudukan hadits yang terdapat
dari kitab itu?
3. Siapakah Amin Jamaludin si penulis buku
itu? Apakah dia seorang ahli hadits, ulama atau apa? Dan bisakah kitabnya itu
dijadikan referensi rujukan kita?
Sebelumnya kami ucapkan terima kasih ustadz
atas kesungguhan dan kesediaan waktu menjawab pertanyaan kami. Semoga Allah SWT
membalas dengan pahala yang besar disisi-Nya, Amin
Wassalamu
'alaikum wr wb.
Izzudin Haraki
Jawaban
Assalamu
'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Buku yang sempat menghebohkan dunia Islam
itu judul aslinya adalah هرمجدون آخر بيان يا أمة الإسلام.Ditulis oleh seorang yang bernama
Amin Muhammad Jamaluddin. Dalam edisi terjemahan bahasa Indonesia berjudul Huru-hara Akhir Zaman.
Mengomentari buku yang menghebohkan ini,
Al-Ustadz Hamid bin Abdillah Al-'Ali mengatakan bahwa beliau tetap menghargai
niat dan usaha penulisnya untuk mengingatkan umat Islam akan datangnya hari
kiamat. Dan beliau juga berpesan agar para pembaca buku ini tidak gampang bersu'uzhan kepada penulisnya.
Namun beliau juga mengingatkan kepada
penulis buku ini agar tidak menggunakan rujukan yang tidak ada sumber hadits
yang kuat dan menghindari hadits palsu.
Memang kalau kita baca buku itu, di sana
dinyatakan dengan pasti Imam Mahdi akan muncul sebelum masuk tahun 1430
Hijriyah, atau sekitar tahun setahun lagi dari sekarang. Juga disebutkan bahwa
usia umat Islam yaitu 1500 tahun.
Sehingga kalau dihitung dari sejak
diutusnya nabi Muhammad SAW pada tahun 13 tahun sebelum hijrah hingga tahun
ini, 1428 H, berarti usia umat Islam tinggal 1500 - (1428+13) = 1500 - 1441 =
59 tahun lagi.
Titik
Pangkal Masalah
Yang jadi masalah paling mendasar adalah
darimana datangnya angka tahun 1430 hijriyah sebagai tahun kemunculan Al-Imam
Mahdi? Dan darimana angka 1500 tahun sebagai usia umat Islam?
Menurut buku itu, angka tahun-tahun ini
didapat dari hadits nabi Muhammad SAW. Dan diyakini oleh penulisnya sebagai
hadits yang shahih dan bisa diterima.
Selain hadits tentang masa terjadinya
kiamat, di dalam buku itu juga ada hadits lain seperti berikut ini:
Nu'aim
bin Hammad meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"Pada bulan Ramadhan terlihat tanda-tanda di langit, seperti tiang yang
bersinar, pada bulan Syawwal terjadi malapetaka, pada bulan Dzulqa'idah terjadi
kemusnahan, pada bulan Dzulhijjah para jamaah haji dirampok, dan pada Muharram,
tahukah apakah Muharram itu?"
Rasulullah saw. juga bersabda:
Rasulullah saw. juga bersabda:
"Akan
ada suara dahsyat di bulan Ramadhan, huru-hara di bulan Syawal, konflik antara
suku pada bulan Dzulqa'idah, dan pada tahun itu para jamaah haji dirampok dan
terjadi pembantaian besar di Mina di mana ramai orang terbunuh dan darah
mengalir di sana, sedangkan pada saat itu mereka berada di Jumrah Aqabah."
Baginda saw. juga bersabda:
Baginda saw. juga bersabda:
"Bila
telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan
Syawwal...." Kami bertanya, "Suara apakah, ya Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam
Juma'at, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan
orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada
malam Jum'at di tahun terjadinya banyak gempa.
Jika
kalian telah melaksanakan shalat Subuh pada hari Juma'at, masuklah kalian ke
dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan
selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan adanya
suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah,
"Mahasuci Al-Quddus, Mahasuci Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus!",
kerana barangsiapa melakukan hal itu akan selamat, tetapi barangsiapa yang
tidak melakukan hal itu akan binasa."
Benarkah
Hadits itu Hadits Shahih?
Semua yang diceritakan dalam tema buku Ini
adalah permasalahan ghaib, maka yang berhak mengatakan itu hanya nabi Muhammad
SAW saja. Jadi seandainya memang ada hadits yang sampai ke derajat shahih,
bolehlah kita jadikan pegangan.
Tapi masalah terbesarnya, ternyata apa yang
diklaim sebagai hadits shahiholeh penulis buku itu, justru ditentang oleh para
ahli hadits. Para ahli hadits bahkan sampai mengatakan bahwa hadits-hadits yang
digunakan dalam kitab itu adalah hadits palsu dan batil. 100% tidak bisa
dijadikan dasar dalam urusan agama.
Apalagi masalah huru-hara menjelang hari
kiamat termasuk masalah aqidah. Maka haram hukumnya menggunakan riwayat itu
sebagai dasar rujukan.
Apa yang diklaim sebagai hadits sebenarnya
sama sekali tidak layak dikatakan sebagai sabda nabi Muhammad SAW. Dan untuk
itu sudah ada ancaman dari beliau sendiri tentang orang yang mengatakan bahwa
suatu lafadz itu merupakan perkataan beliau, padahal beliau sendiri tidak
pernah mengatakannya.
Rasulullah
SAW bersabda, "Siapa yang berdusta tentang aku secara sengaja, maka
hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka". (HR Muttafaqun 'alaihi).
Kelemahan
Hadits Pada Buku Tersebut
1.
Kelemahan Pertama: Tidak Membaca Makhthuthat
Kelemahan paling mendasar bahwa Amin
Muhammad Jamaluddin meski banyak menggunakan hadits dari kitab Shahih Bukhari
dan Shahih Muslim, namun pada bagian-bagian yang penting dan sangat musykil seperti
perhitungan tahun turunnya Imam Al-Mahdi, beliau menggunakan hadits-hadits yang
tidak jelas asal usulnya.
Di antara rujukan hadits yang bermasalah di
kitab ini adalah klaim bahwa beliau menemukan makhthutah (naksah tulisan tangan) di sebuah perpustakaan di
Istambul.
Setelah diteliti lebih jauh, ternyata Amin
Muhammad Jamaluddin sebagai penulis tidak membaca langsung naskah tulisan
tangan itu. Tetapi bersumber dari seseorang yang mengaku pernah menemukan makhthuthat itu di sebuah perpustakaan di Istanbul.
Jadi bahkan Amin Jamaluddin sendiri tidak
pernah melihat langsung naskah itu dalam keadaan aslinya. Semata-mata informasi
dari seseorang yang mengaku pernah melihatnya.
Dari sini saja pada dasarnya kaidah ilmiyah
penulisan kitab ini sudah sangat bermasalah. Seharusnya penulis buku ini
mencantumkan kopi dari makhthuthah ini
dalam kitabnya. Dan akan menjadi satu cabang ilmu yang dikenal dengan nama
Filologi.
2.
Kelemahan Kedua: Makhthuthah Bermasalah
Menurut Ustaz Hatim Al-Auniy, anggota Hai'ah Tadris di Universtias Ummul Qura Makkah, makhthuthat yang diklaim sebagai berisi hadits shahih itu ternyata
tidaklebihdari kumpulan hadits-hadits palsu nukilan dari Kitabul Fitan karya Nu'aim ibnu Hammad.
Padahal banyak dari para ulama sejak dahulu
telah memberi peringatan tentang masalah periwayatan yang ada di dalam kitab
Al-Fitan.
Al-Imam Ahmad mengatakan ada tiga kitab
yang tidak punya dasar, di antaranya adalah Kitabul Fitan karya Nu'aim bin Hammad ini.
Sedangkan Adz-Dzahabi mengomentari tentang
Nu'aim penulis makhthuthat ini sebagai orang yang jiwa manusia tidak mantap dengan
riwayatnya. Senada dengan itu, Yahya bin Mu'in mengatakan bahwa Nu'aim ini
meriwayatkan dari orang-orang yang tidak tsiqah (lihat Siyar A'lam An-Nubala' jilid 10 halaman 597-600).
Jadi anggaplah misalnya makhthuthat itu memang benar-benar ada di perpustakaan Istanbul
sana, dan memang benar-benar ditulis oleh Nu'aim bin Hammad, tetap saja
pengambilan dasar hadits itu bermasalah pada perawinya, yaitu Nu'aim bin
Hammad.
3.
Kelemahan Ketiga: Tadlis (Penipuan Nama Bukhari)
Para ahli hadits punya sebuah istilah yang
disebut dengan tadlis. Makna mudahnya adalah penipuan. Di dalam buku ini Amin
Jamaluddin menggunakan metode tadlis atau penipuan atas nama Al-Bukhari.
Hadits yang digunakan penulis buku ini
sering diklaim sebagai hadits Bukhari, padahal bukan. Hadits itu sebenarnya
terdapat dalam kitab tulisan gurunya Al-Bukhari yang bernama Nu'aim ibnu
Hammad.
Benar bahwa Nu'aim ini guru Al-Bukhari,
namun para ulama hadits banyak yang mengatakan bahwa Nu'aim ini adalah perawi
yang bermasalah. Dan Al-Bukhari tidak pernah menggunakan sanad dari Nu'aim
kecuali bila ada riwayat dari jalur yang lain menguatkan jalur Nu'aim.
Satu hal yang dilupakan adalah bahwa tidak
mentang-mentang seseorang menjadi guru imam Al-Bukhari, lantas semua riwayat
atau kitab hadits karyanya boleh dianggap shahih. Bahkan tidak semua hadits
yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari sendiri bisa dipastikan keshahihannya. Karena
yang dikatakan hadits shahih adalah yang beliau masukkan ke dalam kitab
shahihnya. Sedangkan kitab lain yang juga ditulis oleh beliau, belum tentu
shahih.
Untuk sekedar diketahui, Al-Bukhari selain
menyusun Kitab Ash-Shahih juga pernah menulis beberapa kitab lainnya seperti al-Adabul Mufrad, Raf’ul Yadain fish
Shalah, al-Qira’ah khalfal Iman, Birrul Walidain, at-Tarikh ash-Shagir, Khalqu
Af’aalil ‘Ibaad, adl-Dlu’afa
(hadits-hadits lemah),
al-Jaami’ al-Kabir, al-Musnad al-Kabir, at-Tafsir al-Kabir, Kitabul Asyribah,
Kitabul Hibab, dan kitab Asaami ash-Shahabah. Tapi yang benar-benar beliau jamin keshahihannya
hanyalah kitab As-Shahih saja.
Sebenarnya kita masih bisa membela Nu'aim
ibnu Hammad sebagai guru Al-Bukhari. Karena beliau juga tidak pernah mengatakan
hadits dalam kitab Al-Fitan itu sebagai hadits shahih, makanya beliau
menuliskan hadits itu lengkap sanadnya, yang akan menjadi bahan buat para
peneliti hadits untuk mengerjakan tugasnya. Dan dunia Islam memang mengenal
Kitab Al-Fitan ini adalah kitab yang berisi hadits-hadits batil dan israiliyyat (dongeng bangsa Israil).
Sayangnya, Amin Jamaluddin menukil hadits
hadits dalam kitab Al-Fitan itu begitu saja tanpa menyebutkan bahwa isnad
hadits ini belum selesai dikerjakan dan dia sama sekali tidak mencantumkan
daftar perawinya. Sehingga terkesan pembaca digiring untuk mengatakan
seolah-olah hadits-hadits itu shahih dengan menyebutkan bahwa Nu'aim adalah
guru imam Bukhari.
Buat mereka yang terlalu bersemangat tapi
awam dengan ilmu naqd (kritik) hadits, mudah sekali percaya bahwa
hadits-hadits itu sebagai hadits shahih.
4.
Kelemahan Keempat: Dongeng Nostradamus
Salah satu kelemahan fatal buku ini adalah
turut dicantumkannya juga dongeng-dongeng modern, semisal ramalan Nostradamus
yang berkebangsaan Perancis, untuk menguatkan teori penulis buku.
Sejak kapan umat Islam berdalil dengan
ramalan orang kafir, meski pun ramalan itu secara kebetulan memang terjadi.
Sebab ramalan itu hukumnya haram, karena satu kebenaran ditambah dengan 100
kebohongan.
Salah satu ramalan batil yang disebut-sebut
sangat terkenal adalah peristiwa 11 Sptember 2001 di Newyork. Salah satu
petikan di buku itu sebagai berikut:
"Di suatu tahun di abad yang baru dan
sembilan bulan, dari langit akan datang Raja Teror.Langit akan terbakar pada
empat puluh lima derajat. Api akan turun di kota baru yang besar itu di kota
York."
Dan masih banyak lagi
kejanggalan-kejanggalan buku ini, sehingga para ulama sampai mengharamkan umat
Islam merujuk buku ini dalam memahami ajaran Islam. Karena selain bercampurnya
hadits shahih dan palsu, juga banyak berisi dongeng yang dihubung-hubungkan.
Wajar kalau ada pihak yang mengatakan
tujuan buku ini diterbitkan tidak lain sekedar cari sensasi belaka. Dan alasan
paling logis untuk itu sekedar meraup uang saja.
Harapan kepada umat Islam, setidaknya
sebelum bicara hal-hal yang berbau masalah hari kiamat yang merupakan khabar
ghaibi, syarat mutlaknya adalah memastikan hanya menggunakan hadits yang shahih
dalam arti yang sebenarnya. Pastikan
hadits memang telah disepakati keshahihannya oleh para ulama hadits.
Selain itu kitab sharah hadits itu wajib dibaca, semacam Fathul Bari oleh
Al-'Allamah Ibnu Hajar Al-'Asqalani, kitab penjelasan untuk Shahih Bukhari,
atau Syarah Shahih Muslim oleh Imam An-Nawawi untuk penjelasan Kitab Shahih
Muslim.
Agar jangan tujuan mulia kita tercemar
dengan kejahilan ilmu hadits kita, sehingga bukannya menyebarkan ilmu tetapi
malah menjadi agen khurafat. Wal 'Iyadzhu billahi.
Wallahu
a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
No comments:
Post a Comment