Selasa, 25/08/2009 08:13 WIB
Assalamualaikum,
tolong jelaskan definisi musyrik dan
ciri-ciri orang musyrik.
Saya sering mendengarkan kata2 tersebut
dalam ceramah agama, tapi
sampai sekarang yang saya dengar, saya
belum mengetahui definisinya.
terimakasih akan jawabannya
roy
Jawaban
Wa’alaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh,
Bung
Roy yang semoga
senantiasa mendapat rahmat hidayah dan lindungan dari-Nya, kita tentu sedikit
banyak sudah tahu sebenarnya apa itu musyrik dan bagaimana itu kelakuan
orang-orang musyrik. Sejak kecil kita tentu pernah mengaji dan atau tiap
Muhamaram di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, kita tentu pernah mendengar
kisah perjuangan Rasulullah Saw dalam menegakkan kalimat tauhid dan menghadapi
ancaman serta perlawanan keras dari kaum kafir Quraiys. Kaum Quraiys ini juga
sering disebut sebagai Musyrikin Quraiys.
Definisi
“Musyrik” sangatlah simpel, yakni menyekutukan Allah Swt dengan apa pun. Musyrik secara literer
merupakan antitesa dari “Tauhid” yang memiliki arti: Mengesakan Allah Swt. Dan
“Orang-Orang Musyrik” adalah mereka yang menyekutukan Allah Swt. Banyak sekali
ayat Al-Qur’an Nur Kaiem yang menyatakan hal itu. Saya yakin, Anda pun sesungguhnya
telah mengetahuinya.
Namun,
berhubung Anda bertanya di dalam rubrik ini, maka saya berhuznudhon jika
yang Anda maksud adalah “Definisi Musyrik di Dalam Dunia Kontemporer”, di mana
seringkali orang menyatakan jika di dunia kita sekarang ini, antara kebenaran
dengan kejahatan, antara al-haq dengan al-bathil, bahkan antara ketauhidan
dengan kemusyrikan, banyak wilayah abu-abu. Saya tidak sepandapat dengan
pandangan seperti itu. Islam adalah agama yang sederhana, jelas, dan tegas.
Sebagai agama yang dijamin Allah Swt sebagai agama yang paripurna, yang paling
sempurna, dan terjaga hingga akhir zaman maka Islam sangat terang
benderang. Tidak ada wilayah abu-abu sedikit pun dalam Islam. Dan
seharusnyalah, sebagai orang yang bersyahadat, kita juga tidak pernah ragu-ragu
dalam menjalankan agama Allah Swt ini.
Kehidupan
dunia adalah medan peperangan antara Pasukan Allah Swt melawan pasukan Iblis
dan Dajjal. Sebuah peperangan antara para penyeru ketauhidan melawan penyeru
kemusyrikan. Dan kian berkembangnya usia dunia, maka berkembang pula siasat,
taktik, dan strategi kaum pengikut Iblis dan Dajjal untuk menyesatkan umat
manusia dari jalan lurus ketauhidan. Taktik dan srategi mereka, manipulasi
mereka, seakan kian maju dan kian canggih. Padahal sebenarnya, bagi seorang
Muslim yang selalu awas, hal itu bukan halangan yang berarti.
Sejak
dahulu hingga sekarang, kitab suci al-Qur’an pun telah berkali-kali
memperingatkan, jika Yahudi merupakan musuh terbesar umat manusia. Allah Swt
telah memberi mereka berbagai label yang mencirikan sifat-sifat dasar mereka,
dari panggilan sebagai Kaum Kera dan Babi, hingga kaum yang fasik, suka
berdusta, gemar memutar-mutar lidah mempermainkan ayat-ayat Allah, sering
memberi kesaksian palsu, dan sebagainya.
Adalah
kenyataan sejarah, jika kemudian orang-orang Yahudi ini tumbuh menjadi satu
bangsa yang sangat kuat dan berpengaruh di dunia sekarang. Mereka menguasai
jaringan media massa dunia, perbankan, militer, dan sebagainya. Mereka juga
menciptakan berbagai ideologi yang memecah-belah umat manusia dari ketauhidan,
antara lain Nasionalisme, Kapitalisme, Komunisme, dan lain-lain. Demokrasi pun dibuat oleh
mereka.
Ada
kesadaran yang salah selama ini tentang demokrasi. Banyak kalangan menyebut
bahwa sistem pemerintahan buatan manusia ini berasal dari ajaran Plato, seorang
filsuf Yunani, yang tertuang dalam bukunya “La Republica”. Mereka juga menganggap jika
sistem pemerintahan Amerika Serikat sekarang, yang disebut sebagai Panglima
Demokrasi Dunia, mengadopsi demokrasi-nya Plato. Ini salah besar! Sistem
demokrasi sesungguhnya berasal dari Bani Israel, tatkala mereka, 12 suku,
mendiami wilayah Palestina setelah keluar dari Mesir. Bani Israel telah
menjalankan praktek ini berabad-abad sebelum Plato lahir. Sejarahnya sangat
panjang, antara lain bisa kita baca dalam penelitian Max I. Dimont yang
berjudul “Sejarah Yahudi”. Sistem demokrasi di Indonesia sekaran pun, yang
mengadopsi sistem demokrasi Amerika, juga berasal dari “Sunnah Yahudi”.
Islam
tidak mengenal demokrasi. Islam mengenal Syuro. Ini sangat berbeda secara
prinsipil. Dalam Demokrasi, “Suara seorang pelacur dianggap sama dengan suara
seorang Ustadz, masing-masing hanya dihitung satu suara”. Sedangkan dalam
Syuro, hal ini tentu tidak akan ditemui. Inilah yang dikerjakan bangsa Indonesia
sekarang, sehingga negara ini sampai 64 tahun setelah proklamasi kemerdekaan,
bukan malah membaik malah kian hancur tak keruan.
Demokrasi
merupakan salah satu tools kaum musyrik untuk memalingkan umat manusia
dari petunjuk Allah Swt. Demokrasi inilah yang kemudian berhasil menjadikan
orang-orang yang tadinya shaleh, orang-orang yang tadinya sepenuh hati
memperjuangkan agama Allah Swt, orang-orang yang tadinya begitu berani
menyuarakan al-haq dan menentang al-bathil dihadapan penguasa sekali pun,
berubah menjadi orang-orang yang kelu lidahnya menyuarakan al-haq, menjadi
orang-orang yang malu dengan perjuangan Islam, menjadi orang-orang yang membela
kebathilan dan menyimpan al-haq rapat-rapat di dalam hatinya.
Demokrasi
inilah yang telah mengubah orang yang tadinya kita kenal dengan sangat baik,
menjadi orang yang asing dan ‘aneh’. Demokrasi inilah yang bisa mengubah
seorang yang sebenarnya faqih dalam ilmu ilmu agama, namun bisa-bisanya
menyepelekan perintah wajib menutup aurat para perempuan dengan menyebut hal
itu hanya sebagai “persoalan selembar kain” saja. Banyak yang seperti ini
sekarang. Bahkan ada yang tanpa malu menyatakan orang yang memilih tidak ikut
proses sunnah-Yahudi ini sebagai orang-orang yang mubazir dan saudaranya setan.
Ini
mengingatkan saya pada firman-firman Alah Swt, yang antara lain:
“Dan
janganlah kamu campuradukan kebenaran dengan kebathilan dan (janganlah) kamu
sembunyikan kebenaran sedangkan kamu mengetahuinya” Al Baqoroh : 42.
“Dan
apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman mereka berkata ‘kami telah
beriman’ tetapi apabila mereka kembali kepada setan – setan (para pemimpin)
mereka, mereka berkata “sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok –
olok” Al Baqoroh : 14
“Dan
apabila dikatakan kepada mereka jangan berbuat kerusakan di muka bumi, mereka
menjawab ‘sesungguhnya kami justru orang – orang yang berbuat kebaikan’.
Ingatlah sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan tetapi mereka tidak
menyadari” Al Baqoroh : 11 -12
“Mereka
itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka perdagangan mereka itu
tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk” Al Baqoroh : 16
Padahal, ancaman Allah Swt
terhadap orang-orang fasik sungguh tidak main-main:
“Katakanlah
(Muhammad) “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk
pembalasannya dari orang fasik di sisi Allah? Yaitu orang- orang yang di
laknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi
dan (orang yang) menyembah thagut. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih
tersesat dari jalan yang lurus” Al Maidah : 60
“Dan
bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita orang yang telah Kami berikan ayat
– ayat Kami kepadanya, kemudian dia melepaskan diri dari ayat – ayat itu, lalu
dia diikuti oleh setan, maka jadilah dia termasuk orang – orang yang tersesat.
Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya kami tinggikan derajatnya dengan (ayat –
ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya yang
rendah, maka perumpamaan mereka seperti anjing. Jika kamu menghalaunya dijulurkan
lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia tetap menjulurkan lidahnya juga.
Demikianlah perumpamaan orang – orang yang mendustakan ayat – ayat Kami. Maka
ceritakanlah kisah – kisah itu agar mereka berpikir” Al A’raf : 175 – 176.
Seorang
Muslim seharusnya hanya tunduk pada Allah Swt dan Rasul-Nya. Sedangkan terhadap
manusia lainnya, apakah dia menyandang gelar doktor, atau apa pun, selama dia
menyeru pada ketauhidan maka ikutilah, namun jika dia sudah mulai “aneh-aneh”,
maka ingatkanlah. Jika sudah diingatkan ternyata masih “Aneh”, maka
tinggalkanlah. Inilah sebenar-benarnya tauhid.
Dalam
zaman seperti sekarang, bertahan pada jalan ketauhidan memang jauh dari
hingar-bingar duniawi. Tauhid adalah jalan para Nabi Allah yang sunyi dan
banyak cobaan. Sebab itu, tidak banyak yang bisa bertahan meniti jalan ini dan
akhirnya tergoda pada kelezatan duniawi, salah satunya yang bernama
“Kekuasaan”. Semoga kita bukan termasuk orang-orang seperti ini. Amien Ya
Rabb al amien. Wallahu’alam bishawab.
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
No comments:
Post a Comment