Tuesday 9 April 2013

Dakwah dan Obat


Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan cara yang bijaksana (hikmah) dan dengan nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik. (QS An-Nahl: 125)

Ketika menafsirkan firman Allah tersebut di atas, Muhammad Ali As Sayis, dalam kitabnya Tafsir Ayat Ahkam, memberikan sebuah perumpamaan yang indah tentang konsep, metode, dan efekifitas dakwah. Ia menyatakan bahwa metode dakwah adalah seperti obat. Satu jenis obat tidak bisa dipergunakan untuk seluruh penyakit. Obat tertentu hanya diformulasikan untuk mengobati penyakit tertentu pula. Bahkan, satu jenis obat bisa jadi tidak cocok untuk mengobati dua orang yang berbeda meskipun menderita penyakit yang sama. Lebih unik lagi, obat yang pada suatu saat cocok untuk mengobati penyakit tertentu, bisa jadi sudah tidak cocok lagi di waktu yang lain.

Demikianlah dakwah menuntut setiap orang untuk mampu secara bijaksana dan smart 'cerdas' menemukan metode dakwah yang tepat untuk sebuah objek dakwah (mad'u). Karena begitu banyaknya objek dakwah yang ada di sekitar kita, banyak cara, metode, dan strategi pun harus dipersiapkan bila kita memang ingin proyek dakwah membawa hasil yang maksimal.

Adagium, ''cara lebih utama daripada isi'' merupakan salah satu kunci penting keberhasilan dakwah. Pesan kebenaran yang disampaikan dengan cara yang tidak tepat, tidak jarang justru membuat orang semakin jauh atau malah antipati terhadap kebenaran itu sendiri. Naudzubillah.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda, ''Siapa saja di antara kamu yang melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, dan bila tidak sanggup, hendaklah ia merubah dengan lidahnya, dan bila tidak sanggup juga, hendaklah ia merubahnya dengan hatinya. Itulah yang selemah-lemah iman.''

Tetapi apakah hadis tersebut di atas berarti bahwa Islam mengajarkan bahwa dakwah untuk menegakkan yang makruf dan mencegah yang mungkar harus dilakukan dengan kekerasan, anarkisme, atau radikalisme? Tentu tidak. Dakwah harus dijalankan dengan cara yang bijaksana, hikmah (wise). Dakwah harus ditebarkan dalam hawa kesejukan dan kedamaian. Dakwah harus dilakukan dengan kasih sayang dan niat yang ikhlas. Bukankah tidak semua penyakit harus diobati dengan operasi atau amputasi.
Wallahu a'lam

No comments:

Post a Comment