Adapaun
Periode Kematian Kedua ini terdiri dari tiga Fase : 1. FASE SAKRATULMAUT
(SEKARAT) 2. FASE KEMATIAN (MAUT) 3. FASE ALAM BARZAKH (PEMISAH ANTARA DUNIA
DAN AKHIRAT)
1. FASE
SAKRATULMAUT (SEKARAT)
Perjalanan
yang kita tempu sudah cukup panjang. Sudah dua periode (terminal) yang kita
lewatkan, Periode Kematian Pertama dan Periode Kehidupan Pertama. Sekarang
tibalah saatnya kita melanjutkan perjalanan wisata kita menuju periode ketiga,
yaitu Periode Kematian Kedua yang tempat penginapannya bernama BARZAKH.
Demikianlah urutannya yang telah ditetapkan Tuahan Pencipta. Karena jatah
penginapan sementara kita di bumi sudah habis, kita harus memasuki penginapan
berikutnya yang bernama ALAM BARZAKH. ALAM BARZAKH? Ya, ALAM BARZAKH. Voucher
masuk periode ini bertulisakan “Sakratulmaut” (Sekarat) dan pintu masuknya
bernama “Maut’ yang berarti “Kematian”.
Sakratulmaut
adalah bahasa Al-Qur’an yang terdiri dari dua kata “sakrotan”; pecahan dari
kata : سكر – يسكر – سكرا (sakiro – yaskaru – sakran) yang berarti “mabuk atau teler”. Kata “maut”; pecahan
dari kata : مات – يموت – موتا (maata – yamuutu - mautan) yang berarti “mati”. Maka
Sakratulmaut berarti “kondisi mabuk menghadapi saat kematian’.
Sakratulmaut
juga dapat diakatakan sebagai warming up (pemanasan) kematian. Karena kematian
itu sulit, berat dan amat sakit maka diperlukan pemanasan. Di samping itu,
sebagaimana kehidupan pertama manusia memerlukan proses dan tahapan, Kematian
Kedua pun memerlukan proses dan tahapan agar bisa memasuki penginapan ke tiga
yang bernama Barzakh; sebuah penginapan yang jauh lebih besar dan sangat
berbeda situasi, kondisi dan lingkungannya dengan dua penginapan sebelumnya,
yakni perut atau rahim ibu kita dan bumi untuk kehidupan dunia.
Sakratulmaut
adalah sesuatu yang ditakuti manusia. Faktanya, berbagai riset dan upaya telah
dilakukan manusia untuk menghindarinya seperti, menciptakan obat-obatan untuk
memperpanjang umur. Hal tersebut digambarkan Allah dalam firman-Nya : وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ (19) Dan datanglah Sakratulmaut dengan sebenar-benarnya.
Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. (Q.S. Qaf (50): 19 )
Pertanyaan
berikutnya ialah, apakah manusia mampu menghindari Sakratulmaut? Jawabannya
tentu ‘mustahil’. Karena Sakratulmaut adalah voucher manusia untuk masuk ke
Alam Barzakh, tempat penginapan mereka yang ketiga yang sudah disiapkan oleh
Pencipta, Raja dan Pemilik alam semesta ini, yakni Allah Rabbul ‘Alamin. Mereka
tidak akan dapat mengelak dan lari dari keharusan melewati Sakratulmaut,
sebagaimana mereka tidak bisa mengelak dan menghindar dari ketentuan dan
kehendak-Nya ketika mereka diciptakan sebelumnya dari tidak ada menjadi ada.
Sebab itu,
sebelum Sakratulmaut datang menghampiri kita, Allah sebagai Pemilik dan
Pengendali jagad raya mengajak kita memikirkan dan menyaksikan kehendak,
keputusan dan sistem-Nya tentang Sakratulmaut yang telah menjadi kenyataan
sehari-hari yang kita saksikan seperti yang tercantum dalam surat Al-Waqi’ah
berikut ini:
فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ (83) وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ (84) وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لا تُبْصِرُونَ (85) فَلَوْلا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ (86) تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (87)
“Maka
mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, (83) padahal kamu ketika itu
menyaksikan (orang yang sedang sekarat itu) (84) dan Kami lebih dekat kepadanya
daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihatnya (85) maka kalaulah kamu tidak
tunduk (pada Kehendak Allah) (86) (pastilah) kamu (mampu) mengembalikan nyawa
itu (kepada tempatnya semula) jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (Q.S.
Al-Waqi’ah (56) : 83 – 87)
Tentang
kondisi Sakraulmaut tersebut, Sayyid Qutb menjelaskannya dengan begitu indah
dan menarik dalam tafsirnya “Fii Zhilal Al-Qur’an”, sebagai berikut : “
Kemudian, peristiwa terakhir dalam surah ini (Al-Waqi’ah)…. Momen menjelang
kematian… Sentuhan yang menggemetarkan persendian…. Momen yang mengakhiri semua
perdebatan…. Momen tempat orang yang hidup berhenti antara akhir suatu jalan
dengan awal suatu jalanan yang lain… Di mana dia tidak kuasa mundur dan tidak
pula menarik diri…. “Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al Qur'an ini?,
kamu (mengganti) rezeki (yang Allah berikan) dengan menolaknya?. Maka mengapa
ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat (orang
yang sedang sekarat itu) “dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi
kamu tidak melihatnya. Maka kalaulah kamu tidak tunduk (pada Kehendak Allah)
(pastilah) kamu (mampu) mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu
adalah orang-orang yang benar?”
Apakah Anda
masih ragu tentang berita yang sudah dikabarkan padamu terkait kejadian
Akhirat? Masih menolak Al-Qur’an dan masalah Akhirat yang telah diceritakan
Al-Qur’an padamu? Demikian pula dengan masalah-masalah ‘Aqidah (keyakinan
/ideologi)? Kamu (mengganti) rezeki (yang Allah berikan) dengan menolaknya
(Al-Qur’an)? Berarti penolakan itu adalah rezekimu yang kamu peroleh semasa
kamu hidup di dunia dan menjadi deposito Akhiratmu? Ah!!! Alangkah buruknya
rezekimu….
Apa gerangan
yang akan Anda lakukan ketika nyawa telah berada di tenggorokan? Anda sedang
berada di persimpangan jalan yang majhul (tidak diketahui). Kemudian,
penggambaran Al-Qur’an yang inspiratif yang melukiskan semua dimensi sikap
dalam sentuhan-sentuahan yang cepat, mengungkapkan semua kondisi yang sedang
dihadapi, latar belakangnya dan semua yang akan menginspirasikannya… Maka
mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat
(orang yang sedang sekarat itu) dan Kami (dengan malaikat-malaikat) lebih dekat
kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihatnya…
Kita seakan
mendengar suara tenggorokan orang yang sedang sekarat dan melihat tatapan
wajahnya, merasakan bencana dan kesulitan (yang dihadapinya) lewat firman
Allah, “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan”. Sebagimana kita juga
bisa melihat tatapan wajah yang tak berdaya, putus asa yang dalam raut muka
orang-orang yang hadir (di sekitar orang sedang sekarat itu) lewat firman-Nya “
padahal kamu ketika itu melihat (orang yang sedang sekarat itu)”.
Di sini,
pada momen ini, sungguh ruh (nyawa) itu telah selesai dengan urusan dunia. Ia
telah meninggalkan bumi dan seisinya. Ia akan menyambut dunia yang belum pernah
ditempatinya…Ia tidak akan mampu lagi menguasai sesuatu selain dari apa yang
pernah ia tabung sebelumnya… berupa kebaikan atau kejahatan yang dilakukannya…
Di sini, ia
melihat, tapi ia tidak mampu membicarakan apa yang dilihatnya… Ia telah
terpisah dari orang-orang yang ada di sekitarnya dan apa saja yang ada di
sekelilingya…Hanya fisiknya yang bisa disaksikan oleh yang hadir di
sekitarnya…Mereka hanya melihat begitu saja sedangkan mereka tidak bisa melihat
apa yang sedang terjadi dan tidak punya kuasa terhadapnya barang sedikitpun….
Di sini,
kemampuan manusia terhenti… Ilmu pengetahuan manusia juga tidak berguna
sebagaimana peran manusia juga tidak ada…Di sini, mereka mengerti, tapi tidak
bisa membantahnya. Mereka lemah,…. lemah…..terbatas….terbatas…. Di sini layar
diturunkan tanpa mereka lihat, tanpa sepengetahuan mereka dan tanpa kemampuan
bergerak/berbuat.
Di sini,
yang berperan hanya Qudrat Ilahiyah (Kekuasaan Allah)… Ilmu Ilahi…(Ilmu
Allah)….Semua urusan murni milik Allah tanpa sedikitpun keraguan, tanpa
bantahan dan tanpa ada kiat-kiat apapun. “dan Kami lebih dekat kepadanya
daripada kamu”. Di sini, terjadi kebesaran sikap yang membesarkan Kebesaran
Allah… Kewibawaan dan kehadiran-Nya –Subhanahu Wata’ala – sedangkan Dia hadir
setiap waktu. Ungkapan itu membangunkan perasaan akan suatu hakikat (kenyataan)
yang dilupakan manusia.. Maka tiba-tiba, majlis yang menghadiri kematian
merasakan seramnya (suasana) karena didominasi oleh ketakutan, kehadiran dank
kebesaran-Nya…Yang mendominasi ialah ketidakberdayaan, ketakutan, keterputusan
dan perpisahan…
Dalam
kondisi liputan perasaan yang gemetaran, berdebar, putus asa, dan duka lara,
datanglah Tantangan (Keputusan Allah) yang memotong semua perkataan dan
mengakhiri semua perdebatan : “. Maka jika kamu tidak tunduk (pada Kehendak
Allah), (pastilah) kamu (mampu) mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika
kamu adalah orang-orang yang benar?” Jika sekiranya masalahnya seperti yang
kamu katakan : “sesungguhnya tidak ada perhitungan dan tidak ada balasan”,
bebrarti kamu orang-orang yang bebas tanpa ada pembalasan dan perhitungan? Jika
demikian, kamu mampu mengembalikan nyawa – yang sduah sampai di tenggorokan itu
– agar kamu hindarkan ia dari kondisnya yang sedang menuju perhitungan dan
balasan itu…Padahal kamu berada di sekitarnya sedang menyaksikannya, sedangkan
ia berlalu menuju dunia yang besar, dan kamu diam saja dan tidak berdaya…
Di sini,
gugurlah semua alasan, habislah semua argumentasi, punahlah semua kiat dan
habislah bantahan…Dan tekanan hakikat (kenyataan) ini membebani diri manusia.
Sebab itu, mereka tidak akan mampu bertahan,(dengan kondisi pembangkangannnya
kepada Tuhan Pencipta) kecuali jika mereka tetap menyombongkan diri tanpa bukti
dan argumentasi”
Tiga Golongan Menghadapi Sakratulmaut
Ada tiga
golongan manusia dalam menjalani dan menghadapi Sakratulmaut. Pertama, golongan
“Muqarrabin”, yakni orang yang dekat dengan Tuhan Pencipta ketika berada di
dunia. Kedua, “Ash-habul Yamin” (Golongan Kanan) yang merupakan bagian dari
‘Muqorrobin”. Ketiga, golongan yang menentang dan menantang kebenaran Tuhan
Pencipta dan sistem hidup yang datang dari-Nya dan tersesat dari jalan yang
benar. Tentang ketiga golongan ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya :
فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ (88) فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ (89) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (90) فَسَلَامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (91) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ (92) فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ (93) وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ (94) إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ (95) فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (96)
“Adapun jika
dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), (88) maka
dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta Syurga kenikmatan.(89) Dan adapun
jika dia termasuk golongan kanan, (90) maka keselamatan bagimu karena kamu dari
golongan kanan.(91) Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang menolak
(kebenaran Tuhan Pencipta dan apa saja yang datang dari-Nya) lagi sesat, (92)
maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, (93) dan dibakar di dalam
Neraka.(94) Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang
benar.(95) Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar
(96)” (Q.S. Al-Waqi’ah (56) : 88 – 96)
Ibnu Katsir,
seorang ahli tafsir terkemuka, menjelaskan ayat-ayat tersebut di atas dengan
penjelasan yang sangat indah dan menarik. Alangkah baiknya kita simak
penjelasan Beliau berikut ini : “ Inilah tiga suasana yang dialami oleh manusia
ketika Sakratulmaut. Adakalanya ia termasuk kaum ‘muqorrobin’ atau termasuk
golongan yang ada di bawah mereka, yaitu yang termasuk golongan kanan, dan ada
yang teremasuk orang-orang yang mendustakan kebenaran, yang sesat dari petunjuk
dan tidak tahu menahu tentang perintah Allah. Itulah sebabnya Allah SWT
berfirman, “Adapun jika dia termasuk orang yang didekatkan kepada Allah.”
Mereka adalah orang-orang yang setia mengerjakan hal-hal yang diwajibkan dan di
sunnahkan. Dan, meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan dimakruhkan serta
sebagian dari yang diperbolehkan. ”Maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki
serta Syurga kenikmatan”. Dan, para Malaikat akan menyampaikan berita gembira
itu ketika Sakaratulmaut tiba, sebagaimana yang diterangkan di dalam hadits
Al-Barra’, Para Malaikat rahmat akan mengatakan, ‘hai ruh yang baik dalam jasad
yang baik, kamu telah memakmurkannya, keluarlah menuju ketenteraman, rezeki,
dan Tuhan yang tidak murka’.
Ruh dan
Raihan dalam ayat ini berarti rahmat, rezeki, kgembiraan, dan kesenangan. “Dan
Syurga kenikmatan”.
Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dari Imam Syafii’ dari Imam Malik dari Zuhri dari Abdurrahman
bin Ka’ab bin Malik dari Ka’ab bahwa Rasul saw, bersabda, “ Ruh seorang Mu’min
itu berupa (bagaikan) burung yang bergelantungan pada pohon Syurga sebelum
Allah mengembalikan ruh itu ke jasadnya ketika membangkitkannya kembali.” (pada
hari kiamat nanti) Sanad hadits ini hebat dan matannya lurus.
Abul Aliah
mengatakan, “Tidak akan dipisahkan nyawa seorang muqarrabin sebelum dihadirkan
kepadanya satu dahan dari kenikmatan Syurga, lalu ruhnya itu disimpan di sana.”
Di dalam sebuah hadits shaheh dikemukakan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Ruh-ruh para Syuhada (orang-orang yang mati sedang berjihad menegakkan agama
Allah) itu dalam perut-perut burung hijau yang berterbangan di taman-taman
Syurga kemana saja mereka kehendaki, kemudian bermalam pada pelita-pelita yang
bergelantungan pada Arasy.”
Allah SWT
berfirman, “Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan.”. Yaitu, jika orang
yang sedang mengalami Skaratulmaut itu termauk golongan kanan, “maka keselamatan
bagimu, karena kamu termasuk golongan kanan.” Yaitu, para Malaikat akan
menyampaikan kabar gembira itu kepada mereka. Hal ini sebagaimana firman-Nya,
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adalh Allah” kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka,
’Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah
kamu dengan Syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah
pelindung-pelindungmu di dalam kehidupan dunia dan di Akhirat; di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan di dalamnya kamu memperoleh pula apa yang
kamu minta. Sebagai hidangan dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Fush-shilat : 30 – 32)
Imam Bukhari
mengatakan, “Maka salam sejahtera bagimu,” yaitu disampaikan salam kepadamu
bahwa kamu termasuk golongan kanan. Allah SWT berfirman, “ Dan adapun jika dia
termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia akan mendapatkan
hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam Neraka.” Yaitu, bila orang
yang tengah mengalami Sakaratulmaut itu termasuk golongan yang mendustakan
kebenaran dan sesat dari jalan petunjuk, “maka dia mendapatkan hidangan dari
air yang mendidih,” Yaitu cairan yang akan melelehkan isi perut dan kulit-kulit
mereka. ” Dan dibakar di dalam Neraka,” yaitu dia akan ditempatkan di dalam api
Neraka yang akan menyelimutinya dari semua arah.
Kemudian
Allah berfirman, “Sesungguhnya ini adalah suatu keyakinan yang benar,” yang
tidak diragukan lagi. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya. Dan dia
adalah berita yang menyaksikan. “Maka bertasbihlah dengan nama Tuhanmu yang
Maha Besar.” Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa U’qbah bin Amir Al-Juhani
berkata, “Maka bertasbihlan dengan nama Tuhanmu yang Maha Besar, ‘ Rasulullah
mengatakan, ‘Jadikanlah ayat ini bacaan ruku’ kamu.’ Dan ketika turun wahyu
kepada beliau, ‘Maka sucikanlah Tuhanmu yang Maha Tinggi,’. Rasulullah
mengatakan, jadikanlah ayat ini sebagai bacaan sujud kamu.”
Tatap gambar
di bawah ini, baca ayat Al-Qur’an di bahwah ini berulang-ualng!!!
Gambar :
Majalah Hidayah Edisi 55 فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ (83) وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ (84) وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لا تُبْصِرُونَ (85) فَلَوْلا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ (86) تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (87) فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ (88) فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ (89) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (90) فَسَلَامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (91) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ (92) فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ (93) وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ (94) إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ (95) فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (96)
“Maka
mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, (83) padahal kamu ketika itu
menyaksikan (orang yang sedang sekarat itu) (84) dan Kami lebih dekat kepadanya
daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihatnya (85) maka kalaulah kamu tidak
tunduk (pada Kehendak Allah) (86) (pastilah) kamu (mampu) mengembalikan nyawa
itu (kepada tempatnya semula) jika kamu adalah orang-orang yang benar? Adapun
jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), (88)
maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta Syurga kenikmatan.(89) Dan
adapun jika dia termasuk golongan kanan, (90) maka keselamatan bagimu karena
kamu dari golongan kanan.(91) Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang
menolak (kebenaran Tuhan Pencipta dan apa yangdatang dari-Nya) lagi sesat, (92)
maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, (93) dan dibakar di dalam
Neraka.(94) Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang
benar.(95) Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar
(96)” (Q.S. Al-Waqi’ah (56) : 83 – 96)
No comments:
Post a Comment