www.eramuslim.com
Rabu,
2 Apr 08 07:02 WIB
Assalamu 'alaikum wr.wb
Intinya gini ustadz, saya kok agak "gerah" melihat
banyaknya acara-acara di televisi yang menampilkan mereka yang kita sebut
"bencong"
Sebetulnya bagaimana sih dalam pandangan Islam tentang mereka itu? Lalu sikap dan pandangan ustadz secara pribadi?
Sebetulnya bagaimana sih dalam pandangan Islam tentang mereka itu? Lalu sikap dan pandangan ustadz secara pribadi?
Wassalam
Ummu Nabil
Jawaban
Sebuah kesalahan persepsi yang paling fatal adalah mengatakan
bahwa menjadi bencong (waria) merupakan takdir atau kehendak Allah. Dan
dikatakan bahwa itu merupakan pilihan hati yang harus dilindungi serta menjadi
hak asasi.
Ini adalah sebuah perkataaan yang paling dahsyat dan tuduhan
yang paling nista yang dinisbatkan kepada Allah SWT.
Pernyataan itu sama saja dengan seorang pelacur beralasan bahwa
dirinya melacurkan diri karena kehendak Allah juga. Sehingga bila seseorang
rela menjadi pelacur, maka itu merupakan hak asasi yang harus dilindungi.La haula wala quwwata illa billah.
Menjadi bencong pada jelas bukan kehendak Allah SWT, sebab
justru Allah SWT telah mengharamkan perbuatan itu. Bahkan lafadz haditsnya
sampai kepada sebutan laknat.
Dan para ulama mengatakan bahwa apabila dalam suatu larangan,
Allah sampai mengancam dengan laknat, maka perbuatan itu merupakan dosa besar
dan pelakunya berhak dihukum secara berat di hadapan mahkamah syar'iyah.
Kedua hadits berikut ini tidak lepas dari ancaman dalam bentuk
"Laknat"
عن عبد الله بن عباس رضي الله عنهما قال: لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم المتشبهين من الرجال بالنساء والمتشبهات من النساء بالرجال
Dari Abdullah bin Abbas
radhiyallahu 'anhu berkata, "Rasululllah SAW telah melaknat laki-laki
yang bergaya (menyerupai) perempuan, dan juga melaknat perempuan yang
bergaya (menyerupai) laki-laki. (HR Bukhari)
Rasulullah SAW pernah
menghitung orang-orang yang dilaknat di dunia ini dan disambutnya juga
oleh malaikat, di antaranya ialah laki-laki yang memang oleh Allah dijadikan
betul-betul laki-laki, tetapi dia menjadikan dirinya sebagai perempuan dan
menyerupai perempuan; dan yang kedua, yaitu perempuan yang memang dicipta oleh
Allah sebagai perempuan betul-betul, tetapi kemudian dia menjadikan dirinya
sebagai laki-laki dan menyerupai orang laki-laki
(Hadis Riwayat Thabarani).
Kalau memang itu kehendak Allah, maka seharusnya tidak ada
larangan untuk melakukan tindakan yang tidak senonoh itu. Dan kalau menjadi
waria itu merupakan hak asasi, maka tidak perlu ada laknat dari Allah.
Yang benar adalah bahwa menjadi waria atau bencong itu adalah
sebuah tindakan yang dilakukan secara sadar, nyata, pilihan, dan tentunya
sebuah dosa besar yang menurunkan laknat. Bukan sebuah takdir dari Allah,
apalagi hak asasi.
PeranTV Dalam Menghancurkan
Syariah Islam
Salah satu bentuk peperangan umat Islam melawan kekafiran yang
maha dahsyat adalah kampanye dan propaganda gaya hidup waria dan bencong. Nyaris semua
televisi dan programnya tidak pernah melewatkan propaganda kufur yang satu ini.
Coba hitung lagi, nyaris hampir semua group lawak selalu ada
bencongnya. Bahkan tanpa sadar, propaganda untuk menjadi bencong sudah ada
sejak zaman dulu. Bayangkan, di masa yang masih sangat murni dan kental dengan
agama, sudah banyak pelawak yang berkostum perempuan, meski saat itu nyaris
semata-mata buat lucu-lucuan semata.
Di tahun 80-an sudah adaada Ester atau Joice yang mendampingi
Jojon (Jayakarta Group). Di Srimulat ada Kabul
yang berlagak jadi Tessy. Masih di zaman itu, dulu ada Karjo AC-DC yang juga
selalu berdandan ala perempuan.
Tapi di zaman sekarang ini, gaya bencong itu bukan saja masih
dipertahankan, tapi bahkan sudah jauh semakin merajalela. Bahkan sudah
mendominasi.Hari ini nyaris semua bencong di pinggir jalan masuk TV. Termasuk
juga para bencong salon, ikut-ikutan masuk ke TV kita, ditonton oleh jutaan
pasanga mata yang mengaku beragama Islam.
Hari ini siapa yang tidak kenal tokoh lawak selalu tampil
sebagai bencong? Siapa tidak kenal Dorce Gamalama (Dedi Yuliardi Ashadi), Olga,
Tata Dado, Aming, Avi (Joko), Ivan Gunawan, Ruben, Dave Hendrikdan seterusnya.
Penampilan bencog mereka di TV sudah sangat akrab di mata para pemirsa, sampai
nyaris tidak ada lawakan kecuali selalu ada tokoh bencong ini tampil.
Para artis
di Ekstravaganza selain Aming, yang lainnya juga pada rajin berpenampilan
bencong. Seolah jadi bencong itu memang lucu dan silahkan ditertawai. Seakan
sebuah lawakan masih kurang afdhal kalau tidak menampilkan bencog.
Yangamat menyedihkan adalah Irfan Hakim.
Pemuda yang berbakat dan lulsan IAIN Sunan Gunung Djati ini ternyata juga
sering latah ikut-ikutan tampil jadi bencong. Dia sering nongol sebagai
perempuan di acara Ngelenong Nyok. Meski mengaku sudah tahu bahwa hal itu tidak
boleh, tapi alasannya dia bilang ini kan cuma aksi panggung, bukan betulan.
Jadi logikanya, kalau sekedar jadi bencong-bencongan, hukumnya tidak apa-apa.
Yang haram adalah kalau jadi bencong betulan. Wah, ini ada mujtahid baru.
Tessi Srimulat malah jauh lebih parah. Dia
malah mengaku tidak tahu bahwa berpenampilan daya wanita itu haram. Majalah
Sabili menuliskan wawancara dengan bencong TV ini:
Ketika ditanya apakah profesinya
dipermasalahkan secara agama, Kabul Basuki yang lebih tenar dengan
panggilanTessy menjawab, “Agama yang mana?” Tessy juga heran kalau perbuatannya
itu terlarang dalam Islam. “Diharamkan? Wah, saya baru dengar. Saya nggak
pernah dengar hal itu, ” ujar Kabul pada Sabili ketika dikonfirmasi tentang
hadits yang melarang seorang laki-laki menyerupai wanita.
Ramadhan:
Bulan Bencong
Lebih parah dari yang parah, kita harus
mengurut dada kalau sudah masuk bulan Ramadhan. Bayangkan, sejak acara
pengantar sahur hingga acara menjelang berbuka, semua diwarnai lelucon yang
konyol. Hampir seluruh acara Ramadhan menampilkan sosok waria.
Entah karena jahil atau karena ada unsur
kesengajaan, yang pasti kita melihat fenomena aneh. Pengelola acara Ramadhan di
televisi secara kompak, serempak, dan berjamaah dengan terang-terangan dan
secara sengaja menampilkan kaum banci sebagai menu wajib yang harus dipelototi
umat Islam. Dan itu akan mencapai puncaknya di masa Ramadhan.
Ramadhan yang seharusnya penuh berkah
berubah kalau kita melihat TV, karena isinya kaum bencog merajalela. Tanpa
sadar dan memperhatikan syariah, mereka tampil dengan ikhlas karena dapat
bayaran yang tinggi.
Direktur Eksekutif Lembaga Pemberdayaan dan
Penguatan Publik (LAMPIK), Mayjen Simanungkalit menilai sebagian besar acara
Ramadhan di televisi swasta disusupi misi-misi yang menyesatkan, karenanya umat
Islam diimbau agar tidak mudah terjebak.
“Hanya sedikit acara Ramadhan di televisi
yang istiqomah pada misi dakwah, selebihnya justru disusupi misi-misi
menyesatkan dan bahkan misi-misi setan, ” katanya kepada ANTARA di Medan, Rabu
[26/09].
Menurut alumni Fakultas Dakwah IAIN Medan
yang juga Wakil Ketua GP Ansor Sumut itu, di antara ciri masuknya misi setan
dalam acara Ramadhan di televisi terlihat dari upaya menonjolkan sosok waria atau manusia idiot menjadi tokoh utama dalam sebuah
tayangan.
Ranah
Iklan
Bahkan demam bencong pun juga masuk ke
ranah iklan. Salah satu operator seluer besar di negeri inigiat berdakwah
mempopulerkan perbencongan ini. Jargonnya adalah "Kasih deh...."
Seolah dalam benak pembuat iklan itu, kartunya akan laku karena para bencong
se-Indonesia akan membelinya.
Iklan ini juga telah menjadi kampanye
terselubung yang masuk ke alam bawah sadar 200 juta muslim Indonesia, bahwa
setidaknya menjadi bencong itu wajar, boleh, manusiawi, dan merupakan hak asasi
yang harus dihargai orang lain.
Bencong
Betulan
Banyak artis yang merasa dapat rejeki kalau
berpenampilan bencong, meski kesehariannya tidak demikian. Tapi jangan lupa,
tidak sedikit dari mereka yang memang dalam kesehariannya memang bencong
betulan.
Seolah sekarang ini bencong sudah
benar-benar diridhai, bukan sekedar lawakan lucu-lucuan, tetapi sudah dianggap
sah, diakui hak-hak asasinya, dan dianggap sebagai kodrat dan takdir dari
Allah. Naudzubillah.
Para
Bencong Bersatu
Kita bisa menggigil kalau melihat bagaimana
para bencong sudah merajalela di negeri ini. Dan mereka pun bersatu, saling bela
dan saling dukung sesama penganut kebatilan. Mereka punya komunitas, bahkan
punya oraganisasi serta rajin berbagi job.
Pendeknya, era ini adalah era para bencong
merajalela. Era di mana para ulama sudah hampir tidak terdengar suaranya,
khususnya urusan perbencongan ini.
Di tahun 80-an, Buya Hamka ketika menjabat
sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia pernah mengharamkan operasi ganti
kelamin, karena para bencong sering melakukannya. Namun sampai hari ini, kami
belum mendapat fatwa baru yang mengharamkan berpenampilan bencong, terutama
terkait dengan maraknya kemunculan para bencong di layar TV. Padahal layar TV
itu dipirsa oleh anak-anak dalam jumlah berjuta. Lalu mau dibawa ke mana
anak-anak itu?
Himbauan
Maka kami himbau kepada MUI untuk
mengeluarkan fatwa haramnya mencari nafkah dengan menjadi bencong, baik di
layar TV sebagai pelawak, penyanyi, artis, penghibur, atau pun sebagai pelacur
di pinggir jalan.
Mengingat dalam hukum Islam, menjadi bencong atau berpenampilan
waria hukumannya dari Allah sangat berat. Dan dari sisi hukum dunia, mereka
bisa dihukum mati atau diasingkan.
Kepada teman-teman para da'i, mohon lebih sering diangkat tema
anti bencong, karena sekarang ini bencong sudah menjadi penyakit besar. Harus
ada kekuatan bersama untuk menolak keberadaan bencong, baik di TV atau
tempat-tempat yang sekiranya akan merusak moral umat.
Wallahu a'lam bishshawab,
wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
No comments:
Post a Comment