Selasa,
12 Peb 08 10:23 WIB
Assalamu'alaikum
wr. wb.
Langsung saja pertanyaan saya Ustadz,
bagaimana hukum merayakan hari Valentine dalam pandangan syariah Islam? Mohon
dijelaskan hakikat dan sejarahnya. Mohon dijelaskan, terima kasih
Wassalamu'alaikum
wr. wb.
Nurahini Hendrawati
nura_stevenson
nura_stevenson
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Boleh jadi tanggal 14 Pebruari setiap
tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri
ini maupun di berbagai belahan bumi lainnya. Sebab hari itu banyak dipercaya
orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari
valentine, sebuah hari di mana orang-orang di barat sana menjadikannya sebagai
fokus untuk mengungkapkan rasa 'kasih sayang', walau pun pada hakikatnya bukan
kasih sayang melainkan hari 'making love'.
Dan seiring dengan masuknya beragam gaya
hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan
sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan
valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan
berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasan valentine setiap tahunnya, bahkan di
kalangan remaja muslim sekali pun.
Sejarah Valentine
Valentine’s Day menurut literatur ilmiyah
dan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal dari upacara ritual agama
Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara
ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi
agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.
The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub
judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih
mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan
upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s
Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The
World Encylopedia 1998).
Keterangan seperti ini bukan keterangan
yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan
keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu
berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal
dari ritual Romawi kuno.
Sementara di dalam tatanan aqidah Islam,
seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik
agama Nasrani ataupun agama paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno.
Katakanlah, "Hai orang-orang kafir.
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan
yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al-Kafirun: 1-6)
Kalau dibanding dengan perayaan natal,
sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. Natal
dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Sehingga
seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini sebagaimana
haramnya pelaksanaan Natal bersama.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang
haramnya umat Islam ikut menghadiri perayaan Natal masih jelas dan tetap
berlaku hingga kini. Maka seharusnya juga ada fatwa yang mengharamkan perayaan
valentine khusus buat umat Islam.
Mengingat bahwa masalah ini bukan
semata-mata budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, di mana umat Islam
diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain.
Valentine Berasal dari Budaya Syirik.
Ken Swiger dalam artikelnya “Should
Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari
bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”.
Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.
Disadari atau tidak ketika kita meminta
orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang
menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar,
menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada
berhala. Icon si “Cupid (bayi bersayap dengan panah)” itu adalah putra Nimrod “the
hunter” dewa matahari.
Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan
sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam
mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan
dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan
aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut
dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.
Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain
adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan
membawa pelakunya masuk neraka, naudzu billahi min zalik.
Semangat valentine adalah Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang
ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat
terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa
Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang
ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana
seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara
legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada
semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti
berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan
seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya,
semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.
Bahkan tidak sedikit para orang tua yang
merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis
dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa
hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.
Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah
zina yang diharamkan. Orang barat memang
tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang
artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan
hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah
melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun
mengalami distorsi parah.
Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah
penjaja cinta tidak lain adalah kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan
seks?
Di dalam syair lagu romantis barat yang
juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini, ungkapan make love
ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk
pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi yang
dilindungi undang-undang.
Bahkan para orang tua pun tidak punya hak
untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina dengan teman-temannya. Di
barat, zina dilakukan oleh siapa saja, tidak selalu Allah SWT berfirman tentang
zina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun
diharamkan.
Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk. (QS Al-Isra’: 32)
Eramuslim Digest
Karena masalah Valentine ini sangat berat, maka kami terbitkan
satu edisi majalah Eramuslim Digest yang khusus membahasnya.
Kami rasa pantas bila majalah ini dijadikan rujukan, sebab
selain padat, kita juga diberikan ilustrasi gambar-gambar yang menarik. Kalau
berminat hubungi saja pak Tio di nomor 021-999-80-000 atau 0813-999-80-000.
Bahkan saat menjawab pertanyaan ini, kami sedang berada di Bandung untuk Road Show Eramuslim Digest
edisi koleksi 5yg berjudul The Dark Valentine Satanic RitualYang Kini di Pujadi
MQTV dan MQFM.
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ahmad Sarwat, Lc
No comments:
Post a Comment