Rabu, 25 Apr 07 16:33 WIB
Kirim Pertanyaan | Kirim teman
Saya membaca satu
artikel yang memboleh bersenggama dengan isteri semasa haid melalui anus dan
hukumnya makruh. Mohon ustaz ulas apakah ini benar, sekiranya benar apa nasnya?
Rie
Jawaban
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Nash yang ada
justru menyatakan bahwa seks lewat anus (anal) hukumnya haram, bukan makruh
seperti yang ditulis dalam artikel itu. Bahkan bukan sekedar haram, tetapi
mandapat laknat dari Allah SWT.
مَلْعُونٌ مَنْ أَتَى امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا- رواه الإمام أحمد
Terlaknatlah
orang yang mendatangi isteri dari duburnya (melakukan anal seks) (HR Ahmad)
Namun bukan
berarti hasrat seorang suami jadi tidak ada penyalurannya saat isteri haidh.
Yang diharamkan adalah melakukan penestrasi, sedangkan percumbuan yang tidak
sampai terjadinya hal itu tetap dibolehkan, bahkan dilakukan oleh Rasulullah
SAW dan isterinya saat mendapat haidh.
Sebagaimana
penjelasan dari Aisyah ra tentang hal itu
.وَعَنْ عَائِشَةَ رضيَ اللهُ عَنْهَا قَالَت: كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَأْمُرُنِي فَأَتَّزِرُ، فَيُبَاشِرُنِي وَأَنَا حَائِضٌ، مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
`Dari Aisyah ra
berkata, "Rasulullah SAW memerintahkan aku untuk memakain sarung, beliau
mencumbuku sedangkan aku dalam keadaan datang haidh." (HR Muslim)`.
Wanita yang
sedang mendapat haid haram bersetubuh dengan suaminya. Keharamannya ditetapkan
oleh Al-Quran Al-Kariem berikut ini:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُواْ النِّسَاء فِي الْمَحِيضِ وَلاَ تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىَ يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
`Mereka bertanya
kepadamu tentang haidh. Katakanlah: `Haidh itu adalah suatu kotoran`. Oleh
sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah
suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri.(QS. Al-baqarah:222)
Yang dimaksud
dengan menjauhi mereka adalah tidak menyetubuhinya.
Azhab Hanabilah
membolehkan mencumbu wanita yang sedang haid pada bagian tubuh selain antara
pusar dan lutut atau selama tidak terjadi persetubuhan. Hal itu didasari oleh
sabda Rasulullah SAW ketika beliau ditanya tentang hukum mencumbui wanita yang
sedang haid maka beliau menjawab:
وَعَنْ أَنَسٍ رضيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ اليَهُودَ كَانت إِذا حَاضَتِ المَرْأَةُ فِيْهِمْ لَمْ يُؤَاكِلُوهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: اصْنَعُوا كُلَّ شَىءٍ إِلاَّ النِّكَاحَ، رَوَاهُ مُسْلِمٌ
`Dari Anas ra
bahwa Orang yahudi bisa para wanita mereka mendapat haidh, tidak memberikan
makanan. Rasulullah SAW bersabda, "Lakukan segala yang kau mau kecuali
hubungan badan." (HR Muslim)`.
Keharaman
menyetubuhi wanita yang sedang haid ini tetap belangsung sampai wanita tersebut
selesai dari haid dan selesai mandinya. Tidak cukup hanya selesai haid saja
tetapi juga mandinya.
Sebab di dalam
al-Baqarah ayat 222 itu Allah menyebutkan bahwa wanita haid itu haram
disetubuhi sampai mereka menjadi suci dan menjadi suci itu bukan sekedar
berhentinya darah namun harus dengan mandi janabah, itu adalah pendapat
al-Malikiyah dan as Syafi`iyah serta al-Hanafiyah.
Wallahu a'lam
bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
No comments:
Post a Comment