Senin, 19 Mar 07 06:43 WIB
Kirim Pertanyaan | Kirim teman
Salamun 'alaikum ayyuhal akhil karim,
Bismillah, washshalatu wassalamu 'ala rasulillah,
Sejak lama Ana menyampaikan kebenaran dan tahdzir kepada
umat ini, terutama tentang sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa alihi
wasallam tentang berpecahnya umat Islam dan semua pecahan itu pasti masuk
neraka, kecuali satu yang masuk surga, yaitu para penerus manhaj salaf (ahlu
sunnah).
Namun belakangan
Ana juga mendengar bahwa hadits ini bermasalah dari segi sanadnya. Untuk itu
Ana ingin menanyakan sanad dan kekuatan hadits ini, yaitu tentang perpecahan
umat Islam menjadi 73 golongan. Barangkali antum mengetahuinya.
Kalau memang
hadits itu tidak shahih, berarti ana harus mengoreksi pidato dan ceramah ana
selama ini. Itu saja, jazakallhu ahsanal jaza'.
Abu Abdillah At-tamimi As-sala
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahatullahi wabarakatuh,
Ayyuhal akhul
karim,
Hadits yang anda
tanyakan itu memang sangat populer di hampir semua lapis umat ini. Bahkan tiap
kalangan umat telah menghafal betul hadits ini, malah sebagiannya telah
menjadikan hadits ini sebagai 'senjata andalan' untuk menguatkan hujjah bahwa
kelompoknya adalah yang selamat, sedangkan kelompok yang lain dianggap termasuk
yang tidak akan selamat.
Hadits nabi yang
menceritakan bahwa umat beliau SAW akan terpecah menjadi 73 golongan lumayan
banyak versinya. Namun kesemuanya seakan seragam tentang terjadinya perpecahan
dalam tubuh umat Islam.
Di antara
versi-versi hadits itu adalah:
افترقت اليهود على إحدى ـ أو اثنتين ـ وسبعون فرقة، وتفرقت النصارى على إحدى ـ أو اثنتين ـ وسبعين فرقة، وتفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة
Dari Abi Hurairah
ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72
golongan, nasrani terpecah menjadi 71 atau 72 golongan. Dan umatku terpecah
menjadi 73 golongan. (HR Abu Daud, Tirmizi, Ibnu Majah, Ibu Hibban dan
Al-Hakim)
Selain hadits
ini, juga ada hadits lainnya yang senada, misalnya hadits berikut ini.
إن بني إسرائيل تفرقت على ثنتين وسبعين ملة وتفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة ، كلهم في النار إلا ملة واحدة. قال: من هي يا رسول الله ؟ قال: ما أنا عليه وأصحابي
Sesungguhnya Bani
Israil terpecah menjadi 72 millah (agama), sementara umatku berpecah menjadi 73
millah (agama). Semuanya di dalam neraka, kecuali satu millah." Shahabat
bertanya, "Millah apa itu?" Beliau menjawab, "Yang aku berada di
atasnya dan juga para shahabatku." (HR At-Tirimizi, Abu Daud, Ibnu
Majah, Al-Baihaqi dan Al-Hakim)
Kedudukan Hadits
Dari Segi Sanad
Sebenarnya kami
tidak berada dalam kapasitas sebagai muhaddits yang tahu seluk beluk tiap
hadits. Apa yang kami sampaikan hanyalah kutipan dari para muhaddits yang telah
melakukan penelitian panjang terhadap kedudukan hadits ini. Maka apa yang kami
sampaikan bukan semata pandangan kami, melainkan pandangan orang lain.
Hadis Pertama
Hadits pertama
oleh Al-Imam At-Tirmizi disebut sebagai hadits hasan shahih. Penyebutan hasan
shahih adalah khas beliau seorang, muhaddits lain tidak ada yang menggunakannya.
Umumnya muhaddits hanya menggunakan istilah shahih saja atau hasan saja.
Para ulama hadits
berikutnya kemudian menjelaskan bahwa apabila Al-Imam At-Tirmizi menyebut
istilah hasan shahih, maka ada dua kemungkinan.
Pertama, hadits
itu punya 2 sanad. Sanad pertama hasan dan sanad kedua shahih. Kedua, hadits
itu punya 1 sanad saja, oleh sebagian ulama dikatakan hasan dan oleh ulama lain
disebut shahih. (Lihat kitab Taisir Musthalah Hadits oleh Mahmud Thahhan
halaman 47).
Al-Hafidz Ibnu
Hajar termasuk orang yang menghasankan hadits ini. Dan Al-Imam Ibu Taimiyah
bahkan mengatakannya shahih, karena banyaknya jalur periwayatannya.
Namun sebagian
muhadditsin lainnya nampak kurang sepakat dengan At-Tirmizi dalam menshahihkan
hadits ini Titik masalahnya ada pada salah satu perawi yang bernama Muhamad bin
Amru bin Alqamah bin Waqqash Al-Laitsi. Tarjamah (track record) perawi ini di
dalam kitab rijalul hadits seperti Tahzibul Kamal oleh Al-Mazi dan Tahzibut
Tahzib oleh Ibnu Hajardisebutkan sebagai rajulun mutakallam alaihi min qibali
hifdzhihi, orang yang masih diperdebatkan dalam hafalannya.
Memang benar
bahwa Al-Hakim menshahihkan hadits ini atas syarat dari Imam Muslim. Karena
Imam Muslim menjadikannya hujjah. Namun penshahihan Al-Hakim dikritisi dengan
argumentasi bahwa Imam Muslim menshahihkan Muhammad bin Amru dengan kesertaaan
perawi lainnya. Bukan kalau dia sendirian.
Oleh karena itu
Az-Zahabi menolak periwayatan lewat Muhammad bin Amru kalau dia sendirian
meriwayatkan hadits itu.
Ibnu Hazm
mengomentasi hadits tentang perpecahan umat Islam menjadi 73 golongan sebagai
hadits yang tidak shahih dari segi sanadnya.
Hadits kedua
Hadits kedua,
menurut para muhadditsin dikatakan sebagai berikut:
Al-ImamAt-Tirmizi
mengatakannyasebagai hadits hasan.
Al-Hakim mengatakan
bahwa hadits keduadapat dijadikan hujjah. Maksudnya dapat dijadikan dasar
argumentasi secara ilmiyah.
A-Imam Zainuddin
Al-Iraqi (w. 809 H) dan Al-Imam Jalaluddin Assuyuthi mengatakan bahwa hadits
kedua ini termasuk hadits mutawatir. Yaitu hadits yang pada setiap jenjangnya
terdapat minimal 10 orang perawi.
Al-Ajluni
menuliskan hadits kedua ini dalam kitabnya, Kasyful Khafa' wa Muilul Ilbas.
Kitab ini merupakan kitab yang berisi hadits yang populer di tengah masyarakat.
Kalau kita
perhatikan, antara hadits pertama dan kedua, ada sedikit perbedaan, yaitu pada
hadits pertama tidak terdapatkan tambahan, "semuanya di neraka kecuali
satu golongan, aku dan shahabatku."
Kalimat terakhir
ini oleh sebagian ulama juga dijadikan polemik. Sebab yang agak sensitif memang
bagian yang ini. Sedangkan adanya perpecahan di kalangan umat, barangkali
dianggap sesuatu yang tidak bisa dipungkiri. Tapi kalau sampai dikatakan bahwa
semuanya masuk neraka kecuali satu kelompok saja, maka di situlah titik pangkal
fitnah.
Sebab tiap
kelompok akan merasa dirinya saja yang paling benar. Sedangkan kelompok lain
akan dianggapnya sesat, bid'ah dan calon penghuni neraka. Berapa banyak jatuh
korban di mana umat Islam saling menuduh saudaranya sebagai kelompok sesat,
bahkan sampai saling mengkafirkan.
Para tokoh salafi
akan merasa bahwa hanya salafi saja yang masuk surga, sementara yang tidak ikut
salafi, boleh jadi dianggap akan masuk neraka. Tentu saja kelompok yang dituduh
demikian akan balas menyudutkan salafi dengan tuduhan sebaliknya, yaitu sebagai
kelompok sesat yang akan masuk neraka.
Dan semua
kelompok akan memainkan hadits ini seperti kartu 'AS' untuk saling menelikung,
saling jegal, saling menjatuhkan dan saling mengumbar kejelekan saudaranya.
Lalu mengklaim bahwa surga itu hanya diisioleh pengikut setianya saja.Naudzu
billahi min zalik.
Padahal tambahan
hadits ini sebenarnya masih bermasalah dari segi keshahihannya. Misalnya
komentar Ibnu Hazm yang dengan tegas mengatakan bahwa tambahan kalimat itu
adalah hadits palsu. Bukan bagian dari sabda Rasulullah SAW.
Demikian juga
dengan Imam Asy-Syaukani ketika mengutip pandangan Ibnu Katsir, bahwa tambahan
kalimat, "semuanya di neraka kecuali satu kelompok" telah didhaifkan
oleh banyak ulama muhadditsin.
Terakhir, Dr
Yusuf Al-Qaradawi ketika mengomentari masalah perpecahan 73 golongan ini
mengatakan bahwa seandainya tambahan kalimat ini memang shahih, tidak ada
ketetapan bahwa perpecahan itu harus terus menerus terjadi selama-lamanya,
seolah sebagai kutukan buat umat Islam. Beliau berpendapat bahwa mungkin saja
untuk satu kurun tertentu umat Islam pernah berpecah menjadi 73 golongan dan
semuanya sesat, kecuali satu golongan. Namun hadits itu tidak bisa ditafsirkan
bahwa keadaan itu akan terus menerus terjadi selamanya.
Tidak tertutup
kemungkinan pernah ada golongan-golongan atau sempalan yang sesat dan masuk
neraka. Sebagaimana tidak tertutup kemungkinan bahwa golongan itu sudah selesai
riwayatnya sekarang ini. Sehingga pintu untuk saling mengkafirkan sesama umat
Islam seharusya sudah kita tutup rapat. Bukan waktunya lagi kita saling mencari
titik-titik lemah sesama umat Isla, lalu dengan bekal titik lemah itu, kita
saling menghujat dan memvonis saudara kita sebagai penghuni neraka.
Kalau pun ada
benar dari umat Islam yang sesat karena menyempal dan masuk neraka, maka hadits
itu pun juga tidak memastikan bahwa yang masuk neraka itu akan kekal selamanya
di dalam neraka. Sebab hadits itu tetap menyebut mereka sebagai 'ummatku'.
Artinya, Rasulullah SAW tetap menganggap mereka bagian dari umatnya dan
agamanya tetap Islam. Tidak divonis oleh hadits itu sebagai orang kafir yang
kekal di dalam neraka.
Semoga Allah SWT
melunakkan hati saudara-saudara kita dan bisa menerima kekurangan sesama
saudaranya. Amien.
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
No comments:
Post a Comment