Selasa, 28 Agu 07 20:52 WIB
Kirim teman
Pluralisme dan Liberalisme Agama merupakan pintu masuk bagi
penghancuran agama itu sendiri. Hal ini sudah menimpa agama Nasrani ratusan
tahun lalu di Eropa dan Amerika, sehingga gereja di sana banyak yang kosong dan
kemudian dijual. Banyak pula orang Eropa dan Amerika yang mengaku sebagai
Kristiani kian lama kian sedikit dan berubah menjadi agnostik, kaum yang tidak
mau tahu soal agama. Inilah buah dari Liberalisme yang melanda umat Kristiani
Eropa dan AS.
Setelah itu, kaum Liberalisme dan Pluralisme yang didalangi
oleh apa yang disebut-sebut Henry Ford sebagai The International Jews ini
mengarahkan sasarannya ke umat Islam dunia. Indonesia sebagai negeri kaum
Muslimin terbesar dunia menjadi tujuan utama gerakan penghancur agama ini.
Berkedok sebagai Islam Pluralis, Islam Liberalis, Islam Damai, Islam Kultural,
dan kedok-kedok lainnya, mereka mencoba mendangkalkan agama Allah ini.
Selain membentuk Jaringan Islam Liberal (JIL), mereka juga
melakukan promosi di dunia maya. Salah satunya, mereka membuat situs www.
Libforall. Com yang awalnya (2003) hanya berbahasa Inggris namun beberapa waktu
lalu telah pula diluncurkan versi bahasa Indonesia. Tujuannya apa lagi jika
bukan untuk memperluas cakupan “jualannya”.
Di halaman pertama kita akan disambut dengan kalimat
“LibForAll Foundation adalah sebuah institusi yang berusaha mewujudkan dunia
yang damai berdasarkan nilai-nilai luhur agama di bawah bimbingan dan
perlindungan Yang Mulia KH. Abdurrahman Wahid dan para ulama lain. ”
Masih di halaman yang sama, Associated Press menulis bahwa
CEO LibFor All, Holland Taylor, tengah berupaya menghimpun tokoh-tokoh
Liberalis dan Pluralis ber-KTP Islam di seluruh dunia untuk membentuk satu
jaringan “Muslim Moderat”. Inilah kalimatnya: “Pendiri-bersama LibForAll C.
Holland Taylor sedang menghubungkan para pemimpin Muslim moderat dalam sebuah
jaringan mercusuar di dalam dunia Islam yang akan mempromosikan toleransi dan
kebebasan berpikir dan beribadah. ”
“Kebebasan beribadah” di sini diartikan sebagai “Walau Anda
Muslim, Anda bebas memilih mau sholat apa tidak. Itu terserah kepada Anda”
Sebab, bukan rahasia umum lagi jika kelompok ini orang-orangnya sering tidak
sholat. Sholahuddin Wahid, adik kandung Gus Dur, pernah berkata dalam satu
acara, “Saya tahu betul, Gus Dur itu tidak sholat. ”
Yang kelihatan konyol, terdapat satu kalimat di halaman
“Kultur Pop” yang penuh dihiasi tulisan dan gambar band Dewa-19 pimpinan Ahmad
Dhani—yang beribu kandung seorang Yahudi-Jerman—yang berbunyi: “Kata-kata
“Laskar Jihad” berarti “The Warriors of Jihad. ” Ia juga merupakan nama sebuah
kelompok radikal yang telah bertanggung jawab atas meninggalnya ribuan umat
Kristen di Indonesia timur, Maluku dan Sulawesi baru-baru ini, dan telah
mengusir setengah jutaan lainnya dari rumah mereka. ”
Yang membuat konyol bukan soal Laskar Jihadnya, karena
laskar yang ini pun kita tahu betul apa kerjanya ketika tengah bergelora Jihad
di Ambon. Tetapi, kekonyolan yang menganggap pihak Muslim yang harus
bertanggungjawab atas matinya ribuan umat Kristen di Maluku dan Sulawesi.
Padahal, yang memulai konflik, yang memulai serangan, memulai pembantaian,
memulai perkosaan, memulai pengusiran, di Ambon sama sekali bukan umat Islam,
tapi non-Muslim. Betapa naifnya kalimat itu.
Situs ini pun tanpa tedeng aling-aling menyatakan kelompok
Islam Radikal sebagai kelompok yang diilhami Setan. Lihat saja halaman berjudul
“Sebuah ‘Fatwa Musikal’ Melawan Kebencian & Terorisme Religius”.
Bendera perang telah dikibarkan oleh mereka. Genderang telah
ditabuh. Umat Islam Indonesia harus dididik agar memahami dengan penuh
kesadaran agar bisa menilai mana Islam yang benar dan baik, Islam yang
berkiblat ke Makkah, yang Nabinya bernama Muhammad Rasulullah SAW, dan mana
Islam made in Amerika yang berkiblat ke Washington dan Pentagon, serta nabinya
bernama George W. Bush. Ini merupakan pekerjaan besar yang harus ditunaikan
oleh orang-orang yang menyandang sebutan Ustadz dan Ulama. Tinggalkanlah
paradigma bahwa umat itu komoditas atau alat untuk mendorong mobil mogok, yang
didekati jika sedang diperlukan, namun ditinggal kabur ketika sudah tidak
dibutuhkan. (Rizki)
No comments:
Post a Comment